"Dia memintaku memanggil Astoria."Semua langsung terdiam. Hermione menurunkan tangannya yang tadi hendak membuka handel pintu. Dia tidak mengatakan apapun. Ia hanya bisa memandangi Astoria yang menggeser tubuhnya untuk masuk kedalam ruangan.
Astoria masuk kedalam ruangan itu dan menutup pintunya. Ia langsung berlari kearah Draco dan memeluknya.
"Syukurlah kau sudah sadar.." Astoria memeluk Draco sangat erat.
"Hey, hey. Kau mau membunuhku ya?!"
Astoria terkekeh, "Sorry, Sir."
Draco memutar bola matanya. Namun, tiba-tiba Ia menyentuh keningnya yang masih terasa ngilu.
"Kau tidak apa-apa?" Astoria panik.
Draco hanya menggeleng pelan, "Aku tidak apa-apa. Hanya kepalaku sedikit sakit."
Astoria masih menatap Draco lekat-lekat. Ia mengambil tangan Draco dan menggenggamnya erat.
"Kau membuatku khawatir."
Draco tersenyum. Lalu mengusap kepala Astoria dengan lembut. Mata mereka bersitatap beberapa saat. Membuat jantung Astoria berdegup tak karuan. Ia menelisik tatapan Draco yang seakan berbicara.
"Kau ingin mengatakan sesuatu?"
Draco tersenyum kecil, "Ya. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
***
Gadis itu masih memandangi daun pintu yang tertutup. Ia tersenyum pedih. Memang ini 'kan yang Ia mau. Draco menemukan sosok yang lebih baik dari dirinya. Melihat bagaimana Astoria marah tadi, Hermione semakin yakin kalau gadis itu bisa menjaga Draco dengan baik.
Ia memutar tubuhnya lalu memandang ke semua orang. Mereka masih terkejut dengan apa yang terjadi. Setahu mereka, Draco amat mencintai Hermione. Tapi kenapa nama orang lain yang dipanggil?
"Maaf, aku pergi tanpa izin." Ujar Hermione dengan kepala tertunduk.
Harry, Ginny, dan Ron diam. Mereka makin tidak tahu harus apa, ketika tiba-tiba melihat Hermione mulai menangis.
"Hiks.. maafkan aku. Khususnya kau, Ron. Maafkan aku." Kata Hermione dibalik isakannya. Ron berjalan beberapa langkah mendekati Hermione, lalu memeluk gadis itu.
"Aku juga minta maaf. Seandainya saat itu aku ikhlas melepasmu, pasti kau tidak akan pergi."
Hermione menggeleng, "Tidak. Disini aku yang salah. Aku yang jahat, Ron. Jangan meminta maaf atas perbuatan yang tidak kau lakukan."
Ron mengangguk. Ia mengelus kepala Hermione dengan sayang. Gadis itu memang salah. Ia sudah berkhianat. Tapi semua hukuman yang diterima Hermione sudahlah cukup. Ia tahu bagaimana rasanya tidak punya keluarga. Hermione sendirian selama tiga tahun ini. Lagipula, cinta tidak bisa disalahkan. Mungkin ini saatnya Ron merelakan semuanya. Mungkin sekarang saatnya Ia percaya dengan kalimat, 'Bahagia melihat orang yang dicintai bahagia, walaupun kebahagiaan itu dari orang lain sekalipun'. Dan juga kalimat, 'Cinta tak harus memiliki'.
Hermione melepas pelukannya, lalu berganti memeluk Harry dan Ginny secara bergantian, "Waktuku di sini sudah habis. Tolong jaga Draco, ya. Aku harus pergi."
Ginny langsung memegang pergelangan tangan Hermione ketika melihat gadis itu hendak pergi, "Jangan seenaknya pergi, datang, lalu pergi lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Heart [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Dramione Fanfiction : Hermione Granger X Draco Malfoy Cover : by Carey_san