"Hei, Key wake up!" Suara lembut yang terdengar oleh pendengarannya membuat Key mengerjapkan mata berkali-kali berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya lampu yang masuk ke dalam matanya.
"Mengapa kau membangunkanku? Ini masih larut malam."
"Aku tahu. Tapi, aku mendengar suara yang mengetuk jendela kamar kita."
Key yang masih enggan untuk bangun itu mengatakan, "Itu hanya halusinasimu saja. Mana mungkin ada orang yang mengetuk jendela kamar kita. Lagipula kamar ini kan terletak di lantai dua."
"Key, aku tidak berbohong." Valerie masih terus meyakinkannya.
"Sudahlah itu hanya..."
'Tok..tok..tok!'
Bunyi ketukan jendela terdengar lagi. Key yang mendengarnya langsung bangun dan menatap tajam ke arah jendela.
"Sudah kukatakan bukan, ada orang di luar sana." Valerie menunjuk ke arah jendela dengan gelisah.
"Mungkin itu hanya ranting kayu yang menabrak jendela."
"Coba kita periksa."
Key yang masih malas untuk bangun dari tempat tidurnya itu terpaksa ikut bangun, karena ia sendiri pun penasaran dengan suara itu.
"Coba kau buka gordennya, Key."
Key membuka gorden dan tidak ada siapa pun. Ia melihat ranting pohon tidak bergerak, karena memang saat ini sedang tidak ada angin.
"Hah, berarti ini halusinasi kita berdua," ucap Key malas karena ia hanya membuang waktu tidurnya saja.
"Maafkan aku Key, mungkin benar ini hanya halusinasi kita saja," ucap Valerie sambil kembali ke tempat tidurnya.
Key masih menyibak gorden dan saat ia melihat ke luar jendela lagi, ia melihat cahaya merah yang menyala. Ia mempertajam penglihatannya. Cahaya itu semakin lama semakin mendekat dan kini cahaya itu sudah terlihat jelas dengan jarak kurang lebih tiga puluh sentimeter.
"Hai, Key!"
"Astaga! Siapa kau?" ucap Key kepada sosok yang membawa cahaya merah itu.
"Aku, Avaline Sarhatena."
"Mengapa kau bisa ke sini? Dan kau, astaga! Kau terbang? Kau bukan manusia? Apakah kau hantu?" tanyanya heboh sembari membulatkan matanya.
"Aku hanya ingin mengunjungi saudaraku yang sekian lama tidak bisa kutemukan. Dan kini akhirnya aku menemukanmu."
Key menatap orang itu dengan tatapan tak percaya. "Aku saudaramu? Yang benar saja! Ini pasti hanya halusinasiku saja. Tidak mungkin ini nyata."
"Ini bukan halusinasimu, Key! Ini nyata. Aku nyata. Dan kau juga nyata. Apakah kau tidak merindukan keluargamu?"
"Aku tidak punya keluarga! Sudah cukup dengan omong kosongmu itu. Aku tidak akan mendengarkan celotehanmu!"
Key berniat menutup gorden jendela sebelum Avaline menunjukan cahaya merah itu lagi.
"Cahaya apa itu?" Key menanyakannya karena rasa penasarannya.
"Cahaya ini adalah lambang keluarga kita. Kau juga memiliki cahaya ini di tanganmu. Hanya saja kau belum bisa mengeluarkannya."
"Keluarga? Memangnya kau ini makhluk apa?" tanyanya sembari menatap Avaline.
"Aku penyihir dan kau pun juga penyihir." Avaline menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk Key.
"Tidak mungkin! Aku tidak bisa mengeluarkan cahaya itu, lagipula aku ini manusia bukan penyihir."
"Apa kau tidak percaya?" tanya Avaline sembari menaikkan alis kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Angel (END)
FantasyMustahil untuk percaya. Dirinya pun tak mempercayainya. Namun, itu terjadi di depan matanya. Seorang malaikat yang jatuh ke bumi. Hei, kau bergurau saja bukan? Semesta lucu sekali pikirnya. Pertemuan tak disengaja itu membuka rahasia kelam dalam hid...