Setengah jam telah berlalu. Keluarga Nathan, Mr. Feard dan Key sedang bertatapan satu sama lain.
"Ada apa ini? Mengapa aku ada di sini?" Nathan bertanya seraya memijit keningnya yang terasa sakit.
"Kau pingsan," ujar Key yang duduk di sampingnya.
"Mengapa aku pingsan?"
"Kau tidak ingat?"
Nathan mulai memutar kejadian yang menimpa dirinya.
"Ahh. Ternyata Avaline itu Lav ya? ASTAGA!!" Nathan jatuh pingsan lagi.
"Yaampun dia pingsan lagi," ucap Olivine sambil mendekati kakaknya. Key segera bangun dan tempatnya diduduki oleh Olivine.
"Key kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu?" Raja Roland mengalihkan topik pembicaraan yang semula terpusat pada Nathan yang 'pingsan'.
"Ya, Ayah. Aku sudah bisa mengendalikannya."
"Kira-kira ada berapa kekuatan?" Kini Ibu Nathan yang bertanya.
"Ehmm. Kira-kira enam yang tadi aku keluarkan, Bu."
"Bagaimana kalau sekarang kita makan dulu?" Olivine segera bangun dan memandang Key.
"Pasti kakak sudah bisa mengubah daun menjadi makanan kan?" Senyum menggoda dari Olivine membuat Key merasa agak ilfil.
"Ya. Makanannya ada di luar. Tadi aku lupa membawanya, karena sibuk memapah Nathan. Ayo kita keluar."
Dengan semangat yang terpancar jelas dari wajahnya, Olivine mengikuti Key.
Saat mereka sampai di luar, mereka segera mendorong meja bergerak itu ke dalam.
"Ah, kalau begini kita tidak bisa makan di sini. Ruangan ini terlalu sempit." Mr. Feard akhirnya membuka suara.
"Ya benar. Bagaimana kalau kita makan di luar saja? Key bisa mengubah batu menjadi kursi dan meja makan tidak?" ucap Roland.
"Bisa, Yah."
"Kalau gitu kenapa kakak tidak membuat rumah saja dari batu?" Semua langsung memandang Olivine terkecuali Nathan yang masih pingsan.
"Kenapa? Apa ideku konyol?"
"Tidak. Itu ide luar biasa yang bisa keluar dari otakmu itu," ucap Roland sangat senang.
"Jadi maksud Ayah selama ini ideku buruk? Oh, oke kalau begitu Ayah tidak usah ikut makan!" Olivine segera menutupi makanannya dari pandangan ayahnya.
"Ayah cuman becanda, Olive. Masa kau tega sama Ayah? Ayah belum makan berjam-jam tahu." Roland menunjukkan muka seperti orang yang kelaparan lima ratus tiga puluh tahun, tidak masuk akal!
"Iya-iya. Terserah deh." Olivine menyerah lalu menyingkirkan tangannya dan bersikap seperti semula, berdiri tegap.
"Nah, itu baru anak Ayah. Key kapan kau akan memulai membuat meja?" Key segera tersadar dan langsung keluar untuk membuat meja makan beserta kursinya.
"Lilipous dermantena." Batu-batu yang ada di depan Key seketika berubah menjadi meja panjang besar dan enam kursi.
"Wow, hebat!" komentar Olivine.
"Terima kasih."
"Harusnya kami yang berterima kasih Key. Terima kasih atas makanan dan kursinya ini," ucap Roland sambil menunjukkan gigi putihnya.
'Ia lebih mirip anak remaja daripada seorang raja berumur tiga puluhan,' pikir Key.
Mereka segera menempati kursi yang telah Key sediakan. Key membuat meja dan kursi itu tepat di depan rumah kecil Nathan. Dibawah pohon yang lebat membuat suasana semakin indah saja, tentunya karena ada makanan yang utama.
"Apakah Nathan tidak kita bangunkan, Bu?" tanya Key yang masih 'peduli' pada makhluk tampan yang satu itu.
"Ehmm. Aku sangat lapar Key bisakah kau saja yang membangunkannya?" ucapnya memohon. Key menghela napas. Baru saja ia akan mengambil nasi dan lauk yang sudah ia sihir sendiri, tapi sekarang disuruh membangunkan Nathan.
"Baik, Bu." Meskipun hatinya protes, tetapi otaknya tidak. Karena, ini adalah kali pertama ia bersama keluarga kerajaan, ia harus berbuat sebaik mungkin.
Key segera masuk ke dalam.
"Nat, bangun! Aku sudah lapar nih. Bangun ya, ayolah Nat bangun. Nanti nasi dan lauknya habis karena mereka Nat. Ayolah bangun, kau tidak kasihan dengan cacing-cacing di perutku? Mereka kelaparan tahu! Nat? Nathan? Nat? Nathan? WOY NATHAN AMATARA LOUIS BANGUNNNN!!" Key mengeluarkan suaranya hingga bumi dan langit seketika berguncang sebentar.
Di meja makan
"Wow pasti manusia mengira ini gempa bumi," komentar Olivine.
"Key sudah marah." Roland terkekeh saat membayangkan bagaimana wajah Key yang bisa mengeluarkan suara sekeras itu dan membuat bumi dan langit berguncang hanya karena membangunkan Nathan.
"Yaampun ayamku loncat," ucap Ibu Nathan sambil meratapi ayamnya yang telah jatuh di bawah meja.
"Jangan sedih seperti itu, Bu. Ini masih banyak ayamnya kok." Olivine mengambil satu potong ayam dan menaruhnya di piring ibunya.
"Terima kasih, nak."
Di dalam rumah. Nathan langsung terbangun dengan wajah yang sangat ketakutan.
"Apa yang terjadi? Apa aku jatuh lagi ke bumi? Apa ini hanya mimpi?"
"Maaf. Aku tidak sengaja mengeluarkan kekuatanku karena membangunkanmu yang tidak bangun-bangun. Kau tidak jatuh ke bumi. Dan ini bukan mimpi." Key menjawab semua pertanyaan Nathan dengan urut.
"Oh. Lalu mengapa aku bisa sampai pingsan?"
'Astaga. Bagaimana aku menjawab? Nanti kalau aku bilang karena Avaline yang sebenarnya adalah Lav, ia bisa pingsan lagi.'
"Aku sudah ingat. Karena Lav bukan? Ah, aku sudah lelah pingsan, jadi kali ini kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan pingsan lagi. By the way, di mana keluargaku?" tanyanya sambil menyapu ke sekeliling ruangan yang kosong, ralat! Tepatnya hanya ada dia dan Key saja.
"Mereka sedang makan di luar. Ayo kita makan." Key segera berlari keluar dan duduk di kursinya lagi. Sementara Nathan yang masih agak pusing segera menempati kursi kosong di sebelah kiri Key.
Mereka makan dengan damai sampai tiba-tiba Avaline datang. Ia tidak sendirian! Ia bersama kawan-kawannya! Ralat! Bersama musuh-musuhnya! Ada Edmund, Artha, Javel dan satu makhluk asing yang belum pernah mereka lihat. Makhluk asing yang tampan! Pikir Key.
"Hii. My name Rathafael Kris Verond. Iam werewolf prince," ucapnya sambil tersenyum manis ke arah Key.
Key jatuh pingsan!
Fallen Angel
To be continued...
Votmentnya yaaa😁
Sayounara13 Januari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Angel (END)
FantasyMustahil untuk percaya. Dirinya pun tak mempercayainya. Namun, itu terjadi di depan matanya. Seorang malaikat yang jatuh ke bumi. Hei, kau bergurau saja bukan? Semesta lucu sekali pikirnya. Pertemuan tak disengaja itu membuka rahasia kelam dalam hid...