"Sudah tutup mulutmu. Kalau kau masih meronta-ronta seperti itu, aku akan melepaskanmu dan kau akan mati di bawah sana." Key langsung diam. Ia tidak meronta-ronta lagi sampai akhirnya mereka sampai di depan rumah Nathan yang lebih layak di sebut kastil itu.
Key segera turun dari Nathan dan tercengang melihat pemandangan di depannya.
"Wow, besar sekali rumahmu. Mirip kastil di dongeng-dongeng."
"Dongeng? Ini kastil asli tahu! Sudah kita masuk saja, jangan melihat seperti itu, kau terlihat sangat... ehmm... kalau kata manusia sih norak."
Key langsung menatap tajam ke arah Nathan, "Cih kau bilang norak? Mungkin sih. Habis ini pertama kali aku melihat kastil sungguhan tahu."
"Whatever." Nathan berjalan sambil memegang tangan kanan Key. Mereka memasuki kastil besar itu.
"Welcome prince." Semua penjaga memberi hormat kepada Nathan saat melewati mereka.
"Prince? Oh God, malaikat di panggil prince? Seperti vampire saja." Key menatap remeh ke arah Nathan.
"Hei! Jangan bandingkan aku dengan makhluk tidak suci seperti mereka! Kau datang ke sini sebagai tamu, jangan menjelek-jelekkan aku kalau kau tidak mau berakhir di dalam penjara!" Seketika itu juga Key bungkam, tapi sepuluh detik kemudian ia bersuara.
"Iam sorry, Nathan. Aku tidak akan melakukannya lagi." Key menunduk, tidak mau melihat ekspresi Nathan yang pasti tersenyum dengan kemenangan.
"Tidak masalah. Setidaknya kau mau mengakui kesalahanmu. Ayo, cepat akan kuperkenalkan kau dengan keluargaku." Nathan semakin mempercepat lajunya. Ia menuju ke sebuah aula besar yang ternyata adalah sebuah ruang makan.
Saat masuk, semua mata menatap ke arah Key lalu ke Nathan meminta penjelasan darinya.
"Ibu, ayah, Olivine, ini Key, manusia yang menyelamatkanku dulu. Yang menjadi sanderaanku." Key langsung menatap tidak suka ke arah Nathan saat ia menyebut 'sanderaan'.
"Salam kenal, kak." Olivine langsung bangkit dan memberi hormat. Key yang diberi hormat seperti itu hanya kik-kuk tidak jelas.
"Nak, mari duduk di sini. Dan terima kasih telah menyelamatkan Nathan." Ibu Nathan tersenyum manis dan menunjuk kursi kosong di sampingnya bermaksud untuk menyuruh Key duduk.
Key yang tidak peka langsung ditarik lengannya oleh Nathan dan disuruh duduk di samping ibunya. Sementara ia sendiri duduk di seberang Key.
Meja panjang khas meja di ruang makan, terletak di lantai dua rumah Nathan.
Key tersadar dari lamunannya, "Eh iya sama-sama tan... Eh maksudku Bu, eh aku bingung harus memanggilmu apa." Key hanya tersenyum tak jelas ke ibu Nathan.
"Panggil aku dengan sebutan ibu saja." Ibu Nathan membalas menatap Key dengan lembut, khas tatapan ibu.
"Baik tan... Eh maksudku, Bu."
Melihat Key dengan sikap seperti itu, Nathan segera mengambil alih.
"Tujuan aku membawa Key ke sini karena ingin mengetahui kekuatan yang Key miliki." Nathan berbicara serius dan menatap satu persatu anggota keluarganya.
"Kekuatan? Kok bisa? Berarti kamu bukan manusia?" Ayah Nathan berbicara dengan nada ala kepopers dan menghilangkan wibawanya.
"Ayah kau tidak perlu seantusias seperti itu." Nathan menatap tajam ke arah ayahnya, mengkode agar nada bicaranya diubah dengan nada layaknya seorang raja.
"Haha, aku hanya penasaran saja. Ehmm, baik aku ulang pertanyaanku, apakah kau bukan manusia, nak?" Seketika wajah ayah Nathan jadi serius.
"Aku tidak tahu, Yang Mulia." Key menunduk, ia tidak tahu harus malu atau senang ditanya seperti itu oleh raja dari klan angel.
"Jangan panggil aku 'Yang Mulia' panggil aku dengan sebutan 'ayah' dan kau tidak perlu malu seperti itu, bila pertanyaanku tadi menyinggungmu aku minta maaf, nak." Ayah Nathan jadi merasa bersalah saat melihat Key menjawab sambil menunduk.
"Aku tidak tersinggung ayah. Aku hanya bingung saja harus menjawabmu apa." Key langsung mengangkat wajahnya dan menatap ayah Nathan.
Ayah Nathan tersenyum, "Jawabanmu sudah bagus, nak. Kau mengatakan yang sejujurnya. Aku akan menyuruh Nathan membawamu ke Mr. Feard. Ia ahli dalam melihat kekuatan yang dimiliki oleh manusia. Kau manusia ke dua yang dibawa Nathan ke sini untuk mengetahui kau memiliki kekuatan darimana, setelah Lav.... " ucapannya dipotong.
"Ayah, Key mungkin sangat lapar, jadi jangan mengajaknya bicara terlalu banyak." Nathan mengkode ayahnya agar tidak membocorkan kenangan masa lalunya.
"Tidak apa-apa Nathan, Ayah kau bisa melanjutkannya. Aku sangat penasaran dengan cerita Ayah." Key menatap antusias ke ayah Nathan. Sementara Nathan hanya menahan kekesalannya.
"Baiklah akan aku lanjutkan, jadi yang dibawa Nathan itu adalah seorang gadis yang bernama Lavillie Daisy Fernand. Ia dari bumi juga sama sepertimu. Setelah dibawa ke Mr.Feard ternyata Lav bukan manusia melainkan penyihir. Ia memutuskan untuk meninggalkan Nathan agar Nathan aman. Karena penyihir adalah musuh kami, jadi ia tidak tahu kapan ia akan menyerang Nathan dan ia memutuskan pergi lalu menghilang entah kemana." Ayah Nathan menutup cerita dengan meminum segelas anggur yang tersisa.
"Sampai saat ini Lav belum di temukan?"
"Belum. Kami tidak mencarinya, karena Lav menulis surat dan di titipkan ke salah satu penjaga istana agar kami tidak mencarinya."
"Aku jadi takut dengan identitasku nanti saat aku sudah mengetahuinya." Key menatap resah ke arah minuman yang sudah disediakan untuknya.
"Jangan takut, nak, kalau kau sudah mengetahui identitasmu kau boleh memutuskan untuk tinggal dengan kami atau kembali ke bumi." Ibu Nathan mengelus punggung Key agar Key menenangkan dirinya.
"Meskipun aku penyihir, Bu?" Key menatap ibu Nathan.
Pertanyaan sulit dan jawaban yang sulit. Ibu Nathan bingung untuk menjawabnya, untung saja ayah Nathan segera mengambil alih.
"Meskipun kau penyihir, nak."
"Terima kasih karena kalian mau menerimaku."
"Tidak masalah, nak, karena kami senang Nathan mempunyai teman di sini. Karena ia selalu menyendiri semenjak kepergian Lav." Ucapan ayahnya langsung mendapat sambutan tatapan tajam dari Nathan.
"Ehmm. Bolehkah aku mengajak Kak Key ke kamarku? Aku ingin berbicara dengannya." Olivine langsung menarik tangan Key dan membawa ke kamarnya tanpa terlebih dahulu di izinkan oleh ibu dan ayahnya.
Saat sudah sampai di kamar Olivine, lagi-lagi Key tercengang, karena kamar Olivine begitu besar dan indah.
"Wah, kau memiliki kamar yang indah, Olivine."
"Terima kasih, kak. Ayo, duduk di sini, kak." Olivine menunjuk sisi kasur di sampingnya. Key menyetujuinya.
"Jadi, kakak manusia yang menyelamatkan kakakku?" Key mengangguk.
"Itu persis dengan kejadian kak Nathan bertemu Lav, tiga tahun yang lalu."
"Benarkah? Aku penasaran dengan Lav, bagaimana rupanya? Apa ia cantik?" Key menatap Olivine dan Olivine balik menatapnya.
"Sangat cantik, kak. Ia hampir mirip denganmu hanya saja kau mengeluarkan aura yang berbeda dari Lav."
"Aura? Apa maksudmu?"
"Aku memiliki kemampuan untuk merasakan aura yang orang lain miliki. Aura yang menunjukkan seberapa kuat orang itu dengan kekuatan yang mereka miliki."
"Lalu apa yang kau rasakan dengan auraku?"
"Kau memiliki aura yang sangat kuat. Kau memiliki banyak kekuatan dalam dirimu, kak. Kekuatan yang bisa melindungimu sekaligus bisa membunuhmu!"
Fallen Angel
To be continued..
Vote dan sarannya sangat diperlukan😁
23 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Angel (END)
FantasyMustahil untuk percaya. Dirinya pun tak mempercayainya. Namun, itu terjadi di depan matanya. Seorang malaikat yang jatuh ke bumi. Hei, kau bergurau saja bukan? Semesta lucu sekali pikirnya. Pertemuan tak disengaja itu membuka rahasia kelam dalam hid...