Biru pulang ke rumah dengan lemas. Kakinya terasa berat, tatapannya sendu, rambutnya sudah tidak rapi saat ia habis pulang sekolah. Pulang dari pemakaman membuat Biru berubah.
Biru menaiki tangga untuk ke kamarnya. Ia berjalan sangat pelan. Ia berdiri di depan pintu lalu membukannya dan menutupnya kembali.
Biru menangis.
Tidak ada yang tahu kondisi Biru saat ini. Biru ingin sendiri. Tangis Biru reda ketika Vega mengetuk kamar Biru.
"Ru," ucap Vega lirih, "Ru, ini gue Vega. Bukain dong!" Vega terus mengetuk-ngetuk kamar Biru.
Biru masih diam, ia belum beranjak pergi ke pintu. Tangannya mengelap air mata di pipinya.
"Kalo lo ga bukain gue pergi ya Ru, gue tau lo pengen sendiri."
"Jangan." Ucap Biru lirih. Dibalik sana Vega tersenyum karena sahabatnya masih membutuhkannya.
"Gue masuk ya?" Tanya Vega. Tak ada jawaban yang Biru berikan, lantas Vega langsung membukannya.
Vega membuka pintu. Ia melihat Biru di pojok sana. Biru yang semraut, tapi masih manis, batin Vega. Vega berjalan mendekat dan duduk di samping Biru.
"Lo kenapa?" Tanya Vega. Biru tidak menjawab, ia tetap diam.
"Lo kenapa Biru?" Tanya Vega sekali lagi, namun yang ditanya tetap diam.
"Asal lo tau gue benci sama lo! Mau lo apa sih? Nyuruh orang jangan pergi terus pas gue nanya lo kenapa, lo malah diem aja. Heh gue tau lo itu lagi ga baik-baik aja, seenggaknya lo cerita sama gue. Masih nganggep gue sahabat kan?" Ucap Vega dengan emosi.
"Idan," ucap Biru, "Idan Veg."
Vega melihat sekujur tubuh Biru gemetar. Vega memeluknya erat. Sangat erat.
"Veg," ucap Biru lirih.
"Iya Ru, kenapa?"
"Ini bukan salah aku kan?"
"Ru dengerin gue! Inget ya, ini fakta salah Idan sendiri. Lo dan Adril udah ngecegah itu, cuma tetep aja Idan ga pernah mau dengerin apa kata saudaranya. Ru, ini udah takdir. Jangan takut, ada gue, Adril, Rino. Kita selalu sama lo terus. Kita selalu jagain lo kok. Emang awalnya berat. Sekarang gini deh, gue bisa lupain Idan tapi kenapa lo ngga?
"Gue tau lo itu adiknya dan gue pacarnya dia waktu itu. Tetep aja Ru, walaupun pacar tapi rasanya kehilangan ya sakit. Gue tau lo bisa! Jangan lupain, tapi lo rangkul setiap kisahnya. Peluk erat dan jaga selalu. Lo bisa nerimannya, percaya deh."
Biru mengangguk pelan, Vega tersenyum. Vega memeluk Biru, mencoba menenangkan.
"Ga ada nangis-nangis lagi ya. Jangan jadi Biru yang cengeng. Idan aja kuat masa saudara kembarnya cengeng. Satu hal yang harus lo tau Ru, lo adalah sebagian dari dirinya Idan."
Gue lebih sakit Ru kalau liat lo nangis kaya gini, apalagi karena Idan. Berat, gue ngerasain juga. Gue udah janji sama Idan buat jagain lo. Gue ga mau Idan kecewa kalau gue ga nepatin janji, Batin Vega.
"Makasih Veg."
"Iya. Kita sahabat kan? Kalau sahabat lagi ada apa-apa kita harus saling bantu." Ucap Vega senang. Akhirnya gue bisa nenangin lo, walaupun sebisa gue, batin Vega.
**
Biru tersenyum senang. Mood nya sudah membaik. Ia jadi ingin cerita dan banyak bertanya kepada Vega.
"Vega orang yang pertama kali buat kamu jatuh cinta siapa?" Tanya Biru.
"Kok lo nanya gitu, tumben banget. Kenapa?"
"Aku mau nanya aja. Siapa Veg?"
"Hmmmm Idan." Muka Vega seketika mulai memerah.
"Ciee, eh btw mukannya merah tuh kaya pantat panci wk,"
"Eh enak aja pantat panci. Kalo pantat panci tuh warnanya item bukan merah." Ucap Vega dengan nada sinis.
"Iya hahahaha gosong." Biru tertawa dan Vega menyaksikkan itu. Senang rasanya.
"Sekarang gue yang nanya sama lo, siapa yang udah buat Biru jatuh cinta? Pertama kali malah. Siapa?"
"Kepo."
"Gue udah jujur loh tadi."
"Coba tebak dong!"
"Rino ya Ru?"
"Enak aja, amit-amit. Kalo ngomong suka ga bener." Ujar Biru kesal.
"Hmm Aydin nih pasti."
"Salah!" Kata Biru dengan tegas.
"Terus siapa?"
"Tebak dong,"
"Anjir, gue nyerah deh. Siapa Ru?" Tanya Vega dengan penasaran.
"Namanya Samudra."
"Oh Samudra Hindia. Apa samudra Pasifik?" Ejek Vega.
"Engga pake hindia dan embel-embel apa pun itu."
"Samudra siapa sih? Pengen liat deh orang nya kaya apa," ucap Vega. Biru terdiam.
"Hehe,"
"Apaan sih lo, ga jelas banget deh Ru. Ga ada yang lucu juga. Ini malah hehe, sekalian aja hihi biar kaya kuntilanak."
"Iya ampun ih."
"Sekarang gue mau nanya lagi sama lo Ru," kata Vega. Biru mengangguk pelan.
"Apa kabar Samudra?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh
Teen FictionIa tidak pernah mengerti mengapa rasa ini telah hadir di hidupnya. Membawa banyak perubahan tentang nya. Ini hanya sebuah kisah cinta Biru dan Samudra dalam diam. Apakah rasa itu akan terbalaskan atau pun sebaliknya?