Bab 10

58 12 2
                                    

"Ayok!" Ajaknya dengan antusias.

Aydin tersenyum manis. Ia suka saat-saat seperti ini. Ia tidak ingin Biru nya pergi atau bahkan diambil orang.

"Kita kapan sampe sih Din?" Tanya Biru.

"Besok." Kata Aydin.

"Hah? Ih Aydin stop, aku ga jadi ikut."

"Lah? Kok gitu?"

"Kan kata kamu nyampenya besok. Itu kan lama Din. Duh nanti aku diomelin."

Aydin terkekeh mendengarkan ucapan Biru tersebut.

"Kenapa?" Tanya Biru.

"Gue bercanda sumpah. Lo lucu banget sih Ru." Tawa Aydin.

"Dih jahat."

"Maaf."

"Bikin khawatir aja deh Din. Ngeselin." omel Biru.

"Mangap."

"Maaf Din bukan mangap. Pliss deh."

"Wkwkwk iya maaf."

"Din kita mau kemana sih?"

"Kemana-kemana hatiku senang." Ucap Aydin

"Naon sih Din nteu nyambung pisan." Ucap Biru.

"Itu apaan Ru artinya?" Tanya Aydin bingung.

"Apa sih Din, ga nyambung banget."

"Hah? Apa si Ruu,"

"Ihhhhh. Naon sih Din nteu nyambung pisan itu artinya apa sih Din ga nyambung banget." Ucap Biru panjang lebar.

"Oh haha maaf, ga tau." Tawa Aydin, "Nih kita udah sampe." Ucapnya.

"Ini di mana?" Tanya Biru dengan atusias melihat pemandangan yang ada disekitarnya.

"Masa ga tau sih."

"Duh remang-remang Din." Ucap Biru. Aydin terkekeh melihatnya gemas.

"Udah berapa lama sih tinggal di Bandung?"

"Hmm ga tau, pokoknya udah lama."

"Dasar. Ini di Situ Patenggang." Ucap Aydin.

"Oh. Di Ciwidey kan ya?" Tanya Biru.

"Tuh tau."

"Hehe."

"Ayok jalan!" Ajak Aydin.

"Kemana?" Tanya Biru bingung.

"Ke laut."

"Kan ga ada laut di sini." Kata Biru dengan wajah datarnya. Aydin terlihat kesal tapi suka.

"Ya emang. Nih maksud gue tuh jalan ke sana." Ucap Aydin sambil menunjuk ke arah kanan.

Biru tertegun dan mulai mengerti, "Hehe ayok!" Ajaknya sambil menarik tangan Aydin. Aydin kaget melihat tangannya dipegang oleh Biru, tapi Aydin tersenyum senang.

*****

Biru dan Aydin berjalan beriringan. Bak sepasang kekasih tapi nyatanya tidak seperti itu.

"Ru duduk disitu yuk!" Ajak Aydin. Biru mengangguk pelan, menyetujui ajakan Aydin.

Setelah sampai, mereka duduk berdua. Sepi. Tak ada yang berbicara dan akhirnya Aydin mengawali topik pembicaraan.

"Ru," Ujar Aydin.

"Ya." Sautan hangat dari Biru.

"Boleh cerita ga?" Tanya Aydin.

"Cerita aja Din. Siap menampung kok." Ucap Biru.

"Selama gue cerita lo jangan ngomong apa pun sampe cerita gue selesai." Kata Aydin dan Biru pun mengangguk.

"Kenalin gue Aydin Santoso Alhaq, lahir di German 17 Juni 1999. Gue tinggal lama di sana. Gue pindah ke Semarang waktu umur gue 4 tahun dan sekarang gue tinggal di Bandung. Gue anaknya petakilan, ga bisa diem. Anti banget sama cewek kecuali Ibu gue. Ga pernah main sama cewek. Stok temen main gue full cowok.

"Tapi gue pernah ketemu cewe cantik banget, pertama kalinnya. Gue selalu merhatiin dia dan ternyata dia orangnya kalem. Jauh banget sama gue yang petakilan, ga cocok juga. Waktu itu umur gue 12 tahun. Dia tetangga gue Ru astaga, gue sempet syok juga. Tapi dilain sisi gue seneng, jadi lebih sering ngeliat dia. Dia jarang banget keluar rumah, anak rumahan banget pokoknya. Setiap pulang sekolah gue selalu buru-buru ke balkon kamar cuma pengen liat dia.

"Bahagia banget pas dia keluar rumah buat nyiram taneman doang. Doang Ru. Ah tapi abis nyiram dia langsung masuk rumah, ga pernah keluar lagi. Gue juga ga pernah liat dia pergi ke sekolah, bahkan yang paling begonya lagi gue ga tau nama dia siapa haha. Miris banget, tapi gue juga kesel sama diri gue. Ga pernah berani ngapa-ngapain, ya seengganya cari tau lah namanya siapa. Gue cuma diem di tempat. Aman, dia ga bakal tau gue. Seneng bisa nyukain dia diem-diem dari jauh.

"Tapi kalo kita terus diem-diem kaya gitu percuma ga akan ada hasil, ga akan ada kemajuan apa-apa. Bisa aja, kita lebih dulu suka dia, bahkan sayang sama dia direbut gitu aja sama orang lain karena dia mau berusaha, ga diem-dieman gini kaya gue. Kan kalo gitu sakit. Kita juga ga bisa marahin atau pun maki-maki orang lain yang suka sama orang yang kita suka. Kalo udah gitu, mau ngelawan dia juga susah. Emang kita ngapain dia? Merjuangin cewek itu? Engga. Diem di tempat doang.

"Kalo dipikir-pikir bisa lumutan gue nungguin dia yang ga tau gue, terlebih lagi sama perasaan gue. Tapi itu dulu, gue jadi banyak belajar sekarang, kalau jadi cowok harus ngeusahain cewek yang mau dia raih. Kalau masalah hasil mah nanti belakangan.

"Gue cerita kaya gini juga biar kita sama-sama belajar. Gue kan ga punya temen cewek Ru, apalagi pacar. Jadi lo orang pertama yang gue kasih tau sisi kehidupan miris gue soal percintaan haha. Cukup tau aja, jangan diikutin."

"Emang kenapa?" Tanya Biru.

"Nanti lo lumutan Ru haha." Ujar Aydin sambil tertawa jahil.

"Oh gitu."

"Iya haha, nanti ga ada yang suka sama lo hahahaha."

"Ye dari pada kamu nungguin yang ga pasti." Kata Biru tak mau kalah.

"Itu kan dulu Ru, pas gue masih belum ngerti tentang cinta."

"Dulu ya Din dulu, tapi kan tetep aja sama."

"Iya deh Ru. Gue ngalah aja, kan cewe mah selalu benar wk."

"Iya, emang. Tuh tau."

"Iya." Ucap Aydin pelan.

Dilain sisi matahari sudah hampir tenggelam. Sudah sore. Tidak terasa bagi Biru dan Aydin yang menghabiskan waktu berdua.

Sudah cukup untuk hari ini.

"Ayok kita pulang Ru!" Ajak Aydin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang