Ketika Hidayah Berteriak

7K 295 4
                                    

Nana berada di kelas menunggu kedatangan Nursandika.

"Nungguin siapa Na?" Tanya Dhea.

"Pacar." Jawab Nana singkat.

Tiba-tiba Nursandika muncul dari puntu.

"Hai sayang." Nana antusias menyambut Nursandika dengan berbisik saat Nursandika melewatinya,meskipun sebenarnya ia risih dengan panggilan itu.

"Ciee..." Dhea menggoda mereka berdua.

Untuk saat ini Nana belum belum begitu ikhlas mencintai Nursandika, dan belum ikhlas jika Ijal berpacaran degan Dhea. Tetapi Nana mencoba untuk mengikhlaskan itu semua.

.

Waktu terus berjalan. Membuat Nana berhasil belajar mengikhlaskan itu semua. Dia mulai ikhlas mencintai Nursandika dan dia juga ikhlas jika Ijal berpacaran dengan Dhea.

.

"Neng mau ikut pergi ke acara Tausiyah nggak?" Ajak Kak Tara.

"Tausiyah apaan?" Tanya Nana.

"Indonesia tanpa pacaran"

"Aku aja pacaran masa mau dateng ke acara begituan sih?"

"Nggak papa kali, siapa tau dapet pencerahan." Sebenarnya Kak Tara sudah sering memperingatkan Nana untuk tidak pacaran, tetapi Nana tidak mendengarkan.

"Nggak ah males." Nana malas-malasan menjawab.

"Ayolah..." Kak Tara berharap agar kali ini Nana mau mendengarkannya, mungkin ini satu-satunya harapan terakhir Kak Tara.

"Iya deh iya...." Nana mengiyakan permintaan kakaknya itu dengan terpaksa.

Akhirnya mereka menghadiri acara tersebut.

Dia acara tersebut ustad dan ustadzah menjelaskan tentang larangan pacaran, bahayanya pacaran dan ruginya pacaran.

Salah satu ustadzah menyampaikan salah satu arti dari surat al-isra' ayat 32.

Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.

Nana benar-benar memperhatikan Tausiyah yang dibawakan ustad ustadzah.

Ia mulai sadar bahwa pacaran itu dilarang dalam islam. Tak ada kata pacaran dalam hadis maupun Al-Qur'an.

Nana mulai menangis dan langsung memeluk kakak tersayangnya.

"Kak maafin Nana, Nana nggak perna mau dengerin kakak kalau pacaran itu dilarang dalam islam." Nana menunduk malu pada dirinya sendiri, dia melakukan semua kewajiban yang Allah perintahkan, tetapi tidak menghiraukan jika pacaran itu dilarang.

"Iya nggak papa kok neng, sekarang udah taukan? Udah siap buat mutusin Dika?" Kak Tara memeluk adik tersayangnya itu.

Nana hanya mengangguk saja. Air matanya semakin deras membentuk sungai kecil di pipinya. Sebenarnya dia belum siap memutuskan hubungannya dengan Nursandika.

.

Ya Allah kenapa baru sekarang hambamu ini sadar? Kenapa baru sadar setelah hambamu ini menaruh hati kepada seseorang yang belum halal? Maafkan hambamu ini ya Allah. Yang tak peduli dengan laranganmu.

Ia menangis bertumpu di sajadahnya.

.

Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan haramnya itu. Walaupun sebenarnya berat untuk dilakukan.

.

"Eh kamu kenapa nangis?" Nursandika mengusap air mata yang mengalir di pipi Nana.

Nana tidak bisa membendung selaput bening yang terus mengalir begitu saja. Ia belum begitu siap untuk memutuskan hubungan haramnya itu.

Nana memegang tangan Nursandika agar berhenti mengusap air matanya.

"Aku mau kita putus."Air mata semakin tak bisa dibendung lagi terus menetes membasahi seragam abu-abunya.

"What?! Why?!" Keputusan Nana sontak mengejutkan Nursandika.

"Soalnya pacaran haram dalam Islam Dik, sebenernya aku nggak mau ini terjadi, tapi aku juga nggak mau nentang larangan Allah." Air mata Nana semakin deras.

"Yaudah kalo itu keputusanmu, aku hargai itu, tapi jangan pernah lupain aku, semoga kamu dapet yang lebih baik dari aku." Nursandika lantas memeluk Nana dengan erat. Mungkin itu adalah pelukan terakhirnya.

Nana tak berani menatap mata Nursandika yang mulai meneteskan air mata.

"Sebenernya aku mau ngasih ini buat kamu." Nursandika mengeluarkan kalung yang terdapat huruf N.

"N untuk Nana dan Nursandika." Nursandika memberikan kalung itu ke tangan Nana.

Sejak saat itu Nana mulai belajar mendalami agama Islam, karena menurutnya hidayah sudah berteriak meminta untuk dijemput. Dan dia juga ingin menjadi muslimah sejati.

.

Belakangan ini dia hanya melihat Ijal selalu sendirian, tidak bersama Dhea lagi.

"Dhea, lo kok nggak sama Ijal?" Tanyanya pada Dhea.

"Aku udah putus sama dia." Dhea langsung memeluk Nana.

"Sejak kapan?" Nana kaget mendengarnya.

"Dua hari yang lalu Na, katanya dia mau fokus buat UN besok, dia juga bilang kalo pacaran itu haram di dalam Islam Na." Nana agak sedikit lega mendengarnya, karena kedua temannya sudah keluar dari lembah zina itu.

"Tapi lo harus terima kenyataan itu Dhe." Walaupun sebenarnya Nana merasakan hal yang sama. Yaitu belum bia menerima kenyataan itu sendiri.

"Iya gue tau, tapi gue belum bisa terima itu Na."

"Gue bantuin mau?" Walaupun sebenarnya Nana merasakan

"Gimana caranya?"

"Nanti lo pulang sekolah ikut gue."

Jangan lupa vote dan commet ya! Athor bete nih kalo ada silent reader :( Jangan lupa follow juga! Jangan lupa follow ig author juga @vyna05 *sekalian promot :v
O

k, bye bye :*

Idolaku Pacar Halalku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang