Lamaran.

7.6K 334 2
                                    

"Lo tadi ngapain bilang kayak gitu?" Tanya Nana di tengah perjalanan.

"Nanti lo juga tau." Nana dibuat penasaran oleh Ijal. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu.

.

Akhirnya mereka sampai di rumah Nana.

"Eh kakak lo ada nggak?"

"Ada, bentar ya." Nana masuk memanggil Kak Tara.

"Ada apa neng?" Tanya kak Tara ketika namanya dipanggil.

"Itu ada yang nyariin abang."

"Disuruh masuk dong." Nana kaluar menyuruh Ijal masuk.

"Assalamu'alaikum." Ijal mengucap salam saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam." Kak Tara menjawab salam, suaranya yang menggelegar membuat Ijal deg-degan.

"Afwan kak, Nana udah ada yang Khitbah belum ya?" Nana dan Kak Tara sontak dibuat kaget oleh pertanyaan yang dilontarkan Ijal.

"Belum. Memang kenapa ya?" Nana hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Saya mau mengkhitbah Nana." Hah?! Khitbah?! Nggak kepikiran buat ta'aruf dulu?

"Kenapa secepat itu? Nggak kepikiran buat ta'aruf dulu?" Tanya Kak Tara.

"Mungkin lebih cepat lebih baik." Kata Ijal.

"Kalo ana sih terserah Nana."

"Kasih aku waktu dulu ya..." Kata Nana. Walaupun ia sudah tau pasti ia akan mengatakan ya.

"Ya sudah kalau begitu, kapan lamaran resminya." Tanya Kak Tara.

"Insha Allah besok kak." Deg! Besok?!

"Baiklah kalau begitu." Nana dari tadi  hanya menunduk saja.

"Ya sudah saya pulang dulu. Assalamu'alaikum." Ijal pamit pulang dan berlalu saja.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Nana dan Kak Tara serentak.

Nana tiba-tiba meneteskan air matanya. Ia terlewat bahagia dengan lamaran itu.

"Kamu kenapa neng?"

"Aku seneng banget bang, akhirnya pria yang aku idolakan akan menjadi pacar halalku. Tapi apa nggak kecepeten bang?" Tanya Nana ragu.

"Insha Allah lebih cepat lebih baik."

"Tapi apa nggak masalah kalo aku mendahului abang?"

"Insha Allah nggak masalah, abang ikhlas kok." Kak Tara hanya tersenyum pada Nana.

.

Ijal berlari menghampiri Nana yang sedang berdiri membaca buku di taman ingin tahu apa keputusan yang sudah ia buat.

Tetapi belum sampai ia menyapa Nana pria itu tersandung batu dan..

CUP! Ia tidak sengaja mengecup pipi Nana.

PLAAAK! Nana refleks menampar pipi Ijal. Ijal sontak memegang pipinya yang terdapat bekas tamparan.

"Aduuh sakit tau!"

"Ya lo ngapain nyium gue?! Belum halal tau! Pelecehan!" Nana marah besar dengan apa yang dilakukan.

"Kan gue kesandung, nggak sengaja." Ijal membela dirinya.

"Alesan!"

"Ijal nggak salah kok tadi dia kesandung." Bela Nisa.

"Tuh kan gue nggak salah, salahin tuh batu!" Ijal kembali membela dirinya.

"Nggak mau tau! Pokoknya lo harus tanggung jawab!" Wait! Tanggung jawab? Gue ngomong apaan sih?

"Iya, kan gue udah tanggung jawab. Tergantung jawaban lo sih, mau nggak ditanggungjawabin?"

"Hah?! Tanggung jawab?!" Nursandika dan Nisa terkejut dengan kata tanggung jawab itu.

"Maksudnya udah tanggungjawab apa Jal?" Tanya Nursandika.

"Gue kemarin ngelamar Nana." Nana hanya menunduk.

"Hah?! Ngelamar?!" Nisa dan Nursandika kembali terkejut.

"Udah diterima belum?" Tanya Nisa.

"Nggak tau tuh." Ijal mengarahkan dagunya ke arah Nana.

"Terima! Terima! Terima!" Nisa dan Nursandika berharap Nana mau menerima lamaran Ijal.

Nana hanya menunduk dan menganggukkan kepalanya. Sontak Ijal ingin memeluk Nana.

"Wet belum halal!" Belum sampai Ijal menyentuh Nana, Nisa sudah menghalangi tindakan Ijal.

"Ngak usah buru-buru kali Jal, besok juga lo dapet jatah, kan udah mau halal." Goda Nursandika.

Nana hanya tertawa kecil dengan apa yang dilakukan Ijal.

Ceritanya makin gaje aja kan? Emang 😄 Jangan lupa vote dan comment ya!! :*

Idolaku Pacar Halalku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang