"Van! Elah, buruan kek jalannya! Gue takut Prilly kenapa-napa!" gerutu Reta sambil menarik tangan Alvan paksa yang berada di belakangnya.
Alvan yang ingin membenarkan tali sepatunya pun berdecak pelan. "Bentar kenapa, Ta! Tali sepatu gue copot ini."
"Lama lo ah, udah baarin aja kenapa sih. Kita harus buru-buru ke taman komplek!"
"Iya, Ta, iya." ucap Alvan jengkel. Tangannya membenarkan rambutnya yang jatuh ke dahinya.
"Jangan kebanyakan gaya deh lo, gimana pun juga lo tetep jelek!" sewot Reta pada Alvan, Reta lalu berlari meninggalkan Alvan sendiri.
Ia khawatir dengan kondisi Prilly saat ini. Yang Reta inginkan saat ini adalah Prilly baik-baik saja.
"Ganteng gini di bilang jelek? Halu kali ya itu anak." ucap Alvan lalu melangkahkan kakinya mengikuti Reta yang terlihat sudah berada duduk di samping Prilly.
"Prill, udah dong jangan nangis terus. Gue kan udah bilang sama lo kalau Ali itu freak! Lo seharusnya sadar, kalau Ali nggak baik buat lo." ucap Reta sambil merangkul bahu Prilly yang bergetar.
"Reta... gue nggak bisa, gue sayang sama dia."
"Gue tau, Prill. Gue tau, tapi apa lo nggak capek kayak gini terus? Please, buka mata lo! Ali itu cowok nggak bener, tiga tahun dia nyakitin lo tapi lo masih setia sama dia? Orang tua lo sama Abang lo kalau tau lo kayak gini mungkin Ali udah abis!"
"Gue harus gimana, Ta? Gue harus gimana?"
Isakan pilu Prilly membuat hati Reta ikut rapuh mendengarnya. Ia tak mau jika sahabatnya terus seperti ini.
"Lo harus tinggalin dia, sementara lo tinggal di rumah gue ya, Prill. Lo nggak usah takut sama Ali, ada gue sama Alvan yang jagain lo." ucap Reta meyakinkan Prilly.
Prilly menganggukkan kepalanya, mungkin ia memang benar-benar harus pergi meninggalkan Ali.
***
Hari kini sudah semakin malam, Ali yang masih berada di rumah Prilly pun terus melihat jam tangannya. Jam sudah menunjukan pukul 22.00 tapi Prilly belum pulang.
"Si Prilly kemana lagi! Di telepon nggak di angkat-angkat, bikin susah aja!" gerutu Ali.
Ali berjalan menuju sofa, di ambilnya jaket merahnya lalu ia berjalan keluar rumah. Untung saja Sela sudah pulang sejak tadi, jadi Ali lebih leluasa mencari Prilly.
Ali menaiki motor sport metaliknya, ia tersenyum miring dari balik helm full face-nya. Ali tahu dimana Prilly saat ini.
***
"Prill lo makan dulu ya? Dari tadi lo belum makan nanti lo sakit." ucap Reta sambil ikut duduk di samping Prilly yang berada di atas kasur.
Prilly hanya menggelengkan kepalanya. "Gue nggak mau makan, Ta. Gue nggak laper." ucap Prilly pelan.
Reta menarik napasnya dalam. "Lo kenapa lagi, Prill? Udah biarin aja Ali sendiri, lo emang seharusnya pergi tinggalin dia dari dulu!" ucap Reta.
"Gue takut, Ta."
"Takut kenapa, Prill? Lo tenang aja, ada gue kok disini yang selalu ada buat lo." ucap Reta sambil memeluk Prilly dari samping.
"Gue takut kalau Ali dorong sama pukulin gue lagi." lirih Prilly pelan.
Reta terdiam, Ali memang benar-benar kurang ajar! Ali itu iblis! Bahkan Reta ingin sekali membunuh Ali, apa Ali tak sadar jika Ali selalu menyakiti Prilly saat ini Ali sama saja dengan ingin membunuh Prilly secara perlahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile
FanfictionPrilly mencintainya. Mencintai sosok berandalan yang tak pernah menganggap dirinya ada. Ali Atha Fahlevi, sosok pria yang tempramental dan emosional, ia selalu menyakiti hati maupun fisik Prilly padahal Prilly adalah kekasihnya. Ali lebih asyik deng...