Pertemuan antara ZEFA gadis pindahan 16tahun yang pemalu dengan RIZAL pemuda 17tahun yang merupakan pembuli terkenal di SMA 1. Membuka ingatan Zefa akan Rizal sahabat baiknya 10 tahun yang lalu.
Namun ingatanya akan Rizal yang baik dan selalu m...
"Setelah sub kulitnya selesai di dapat kita apakan Rizal?" Tanyaku pada Rizal yang berada di belakangku namun karena tak mendapat jawaban maka ku balikan badanku bermaksud melihatnya dan kejadian selanjutnya membuatku sangat malu serta kaget karena wajah Rizal tiba-tiba menubruk wajahku yang langsung memerah,
Rizal telah mengambil ciuman pertamaku tujuh tahun yang lalu, dan sekarang dia mengambil ciuman keduaku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lindungilah orang yang kamu sayangi sekarang atau tidak sama sekali!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zefa Pov
"RIZALL!" Aku memekik kencang dan mendorong tubuh Rizal hingga jatuh di lantai dengan kasar.
"Aduh.. Zefa kenapa kau menjatuhkanku?" Rizal bertanya dengan wajah bingung.
"Kau kerjakan semuanya sendiri aku mau pulang!" Aku segera membuka pintu Rizal dan hendak berlari keluar dari kamar Rizal, dapat ku dengar dia memanggil namaku namun aku tak peduli. Saat sampai di ruang tamu aku di kejutkan dengan seorang laki-laki berusia empat puluhan tahun yang mengandeng perempuan cantik. Aku mengenal laki-laki itu dia ayah Rizal.
"Temannya Rizal yah?" Ayah Rizal bertanya.
"I-ia om saya Zefa temannya Rizal mau kerja kelompok, ta-tapi udah selesai jadi mau langsung pulang." Ucapku terbata.
"Loh ko sudah pulang, kita makan dulu sekalian om mau kenalian ibunya Rizal."
"PEREMPUAN JAL*NG ITU BUKAN IBUKU!" Kudengar Rizal berteriak dari belakangku sambil menunjuk perempuan di samping ayah Rizal, raut wajah Rizal menegang dan matanya mendelik tak suka, aku menelan ludah gugup akan situasi ini.
"Rizal jaga cara bicaramu! Dia ibumu." Ayah Rizal memarahi Rizal.
"Dia bukan ibuku!" Rizal berjalan ke kamarnya meninggalkan kami dapat kulihat wanita disamping ayah Rizal itu tersenyum atau mungkin aku salah lihat.
"Nak Zefa maafkan sikap Rizal yah, Kalau begitu kita makan dulu." Aku hanya mengangguk pasrah akan ajakan ayah Rizal. Kami makan dengan canggung, makanan yang enak itu terasa hambar karena situasi ini namun aku tetap memakannya karena tak baik membuang-buang makanan. Selesai makan aku permisi ke toilet, namun aku hanya membuat alasan supaya bisa menemui Rizal.
