Ia

273 5 0
                                    

"Pokoknya nanti sore pukul 3 kita harus bertemu. Jangan ada alasan apapun."

"Tetapi, aku ada keperluan."

"Yah, kita kurang beruntung."

"Yasudah, aku menunda dulu, demi ketemu kamu, nih."

"Jangan. Ya berarti, kita bener-bener lagi enggak beruntung."

"Kamu enggak mau aku berkorban? Aku ingin bertemu kamu."

"Baiklah, semenit lagi aku menuju rumahmu."

Bergegaslah aku pulang dan membersihkan diri dari debu yang melapisi permukaan kulitku.

"Aku sudah di depan rumah mu."

Gila, aku belum siap.

Ia sore itu sangat memaksaku untuk bertemu. Rindu yang tak tertahankan lagi, katanya.

"Kok dadakan sih ngajak perginya? biasanya, kan, kita ngerencanain dulu?"

"Emang enggak boleh?"

Aku terdiam. Ia tahu bagaimana membuat aku senang. Berboncengan dengan ia. Mengitari kota. Oh iya, aku dan ia berencana menonton film di bioskop.

Ia memilih bioskop yang terjauh, agar bisa lebih lama dengan ku. Lucu!

Aku memilih film kartun yang sedang tayang. Ia mengiyakan. Kita tertawa. Hal favorite-ku ketika melihat ia tertawa. Sesederhana itu. Udah cukup bagiku.

Tak Mengapa, Kan?Where stories live. Discover now