Semakin Dekat

218 2 0
                                    

Rasanya seperti beribu abad aku tak bercerita tentang ia. Dikarenakan kesibukan ku di kampus. Tetapi, aku tetap berkomunikasi dan bertemu dengan ia. Senang!

***

Rasaku kepada ia semakin hari semakin tumbuh. Aku sangat menyayangi nya. Seolah-olah kita telah lama berpacaran, dekat sekali.
Aku sangat beruntung bisa dekat dengan ia. Berteman dengannya. Iya, karena ia belum memutuskan akan dibawa kemana hubungan kami. Namun, aku sebagai wanita pada umumnya, juga ingin adanya kejelasan. Status yang sangat penting. Tidak seperti kebanyakan orang yang berkata: "yang penting, kan, sama-sama sayang dan cinta, tak usahlah ada status. " salah, menurutku.
Status itu penting. Jika salah satu dari kami berbuat curang, aku atau ia pun berhak saling tegur. Ya, karena status berpacaran yang kita tegaskan.
Walaupun hingga detik ini, ia tak memutuskan apapun. Mungkin, ia belum siap untuk berkomitmen. Nyatanya, kami juga merasa nyaman dengan kondisi kami yang seperti ini.

***
Aku dan ia semakin dekat.
Kami banyak menghabiskan waktu di malam hari bersama. Di kedai kopi termashyur di kota Jogja. Bercengkrama apa saja. Tentang hidup, ideologi, dan pengorbanan.
Oh iya, ia ini sangat pemikir. Pikirannya luas dan berat. Bahasan ia yang ia lontarkan pun sangat berbobot. Aku mencoba memahami, walaupun sebenarnya kewalahan. Biar ia tak kecewa. Hehehe.

Aku menyukai sosok ia yang dewasa. Yang dapat mengayomi. Sifat kekanak-kanakan ku yang sangat membutuhkan sosok seperti ia. Nyaman betul aku berada di dekatnya.
Aku pun telah berani menyebutnya: rumah.

Aku berharap, nantinya, ada kejelasan dari ini semua. Namun, biar saja ia yang menyadari akan hal itu. Aku hanya terima beres saja. Intinya, jika ia menyatakannya pun akan langsung ku jawab saja, "iya!" Dengan spontan.

2017. Di Jogjakarta.

Tak Mengapa, Kan?Where stories live. Discover now