"Nanti aku hubungi tepat jam 22.00, ya! Kamu jangan tidur dulu."
Ya, pada pukul itu lah ia menghubungiku. Sekedar menanyakan sedang apa, sudah makan dan pertanyaan kecil lainnya, namun, sudah membuatku tenang.
Ia memang sibuk. Urusan organisasi nya yang membuatnya sibuk. Padahal, aku lihat tidak terlalu sibuk. Tetapi aku mencoba berpikir positif.
"Kenapa kok tunggu jam 22.00?"
"Karena jam itu aku mulai rindu kamu."
"Hehehe, kamu sibuk banget, ya?"
"Sibuk ku sudah terjadwalkan. Kamu masih sibuk jadi tukang foto?"
"Masih."
"Baguslah. Kesibukan ku enggak sia-sia."
"Kenapa begitu?"
"Soalnya, kalau aku enggak sibuk sedangkan kamu sibuk, aku malah rindu kamu."
**
Pukul 22.00 WIB ia menghubungiku. Aku dan ia berbincang hingga aku tertidur, meninggalkan ia tanpa pamit. Ia kesal. Ia mengirim banyak pesan. Menggemaskan. Rupanya, rindunya belum tertumpahkan pada pukul 22.00 WIB. Besok kan jumpa. Ia, sibuklah dulu. Nanti biar rindu aku.
YOU ARE READING
Tak Mengapa, Kan?
AléatoireTak mengapa, kan? Tak mengapa jika aku banyak berbincang dalam paragraf-paragraf yang telah kususun ini. Maka dari itu, izinkan aku untuk bercerita meski dalam diam. Hanya untuk orang-orang yang mempengaruhi hidupku. Soal percintaan; patah hati, ci...