6

824 46 8
                                    

~ Thea prov~
Aku terbangun dari tidur panjangku. Aku tersadar dari kematian sesaatku. Burung itu membangunkan awal pagiku. Suara Bang Geza juga ikut serta membangunkanku.

" Thea, tangi oyy tangi." Ngapaknya itu membangunkanku. Duh.

" Bentar, bang. Gue tungguin. Udah mau solat ya. Gue wudhu dulu." Tanpa intruksi gue langsung buka pintu dan menarik bang Geza untuk turun menghampiri ayah dan mama serta untuk mempercepat waktu perjalanan ke lantai bawah.

" Sabar." Abang menyamakan posisi tepatnya disebelahku. Kami berlari untuk mengejar waktu solat subuh berjamaah. Gelaran sajadah telah menantiku pagi ini. Mama dan Papah juga sudah siap untuk melaksanakan solat subuh berjamaah.

" Ayo." Ucap papah pada kami.

***
~ Author Prov~
" Mampus, Ris. Buku pmr yang kemarin itu ketinggalan." Thea panik dan langsung mengacak ngacak isi tasnya.

" Loe gmn? Udah tau ini hari kamis. Loe lupa bawa. " Risma bukannya menenangkan malah memanas manasi Thea dengan kalimat menyalahkannya.

" Loe bukannya bantuin apa kek, malah manas manasin gitu. " Semua isi tasnya dibuka satu persatu tanpa ada yang ditinggalkan. Thea juga kesal dengan Risma yang sembari tadi hanya melihatnya saja bukan membantunya. Dari buku hingga novel kesayangan pun ia buka satu persatu.

" Beli novel baru Te?." Pandangan Risma dialihkan dengan kehadiran novel di hadapannya.

" Iya, tapi kali ini gue gak bolehin dulu minjemin loe, sebelum loe bantu gue." Seisi kelas dibuat bingung dengan kelakuan mereka. Termasuk Gibran yang dari tadi melihat kelakuan mereka.

" Ada yang bisa gue bantu?." Tawaran Gibran tak digubris oleh Thea. Gibran pantang menyerah dan seperti membaca suasana yang dirasakan oleh Thea.

" Te, aja yang mau bantuin loe tuh." Sahutan Afsheen. Thea hanya menatap sewot kearah Afsheen. Afsheen balas dengan sewotannya. Risma masih saja memperhatikan novel baru milik Thea.

" Heh, Sheen. Diem loe. Mereka masih drama tau." Goda Sachdev dari arah belakang. Thea hanya menggeleng.

" Gib, daripada loe ganggu gue. Lebih baik loe pergi ajah deh." Usir Thea dengan nada sedikit bentak padanya.

" Thea, jangan usir dia. Dia itu gak salah. Heh loe semua diem ya. Bukannya bantuin juga." Risma membela sahabatnya. Afsheen malah menambah masalah dengan membuat pernyataan.

" Gibran sama Thea itu lagi pdkt log." Pernyataan Afsheen langsung ditanggapi serius oleh Thea. Thea menggebrak meja dan memporak porak dakan mejanya. Thea membanting meja dengan keras dan terdenga suara gubrak,,,.

" Heh loe diem. Jangan bikin gue marah. Kalo gue marah bisa gue bunuh satu persatu dari Afsheen dulu." Thea mengancam akan membunuh Afsheen c.s. satu persatu. Mereka tetap acuh tak acuh dan tak menghiraukan ancaman Thea.

" Emang loe berani?." Ledek Sachdev selaku anggota Afsheen c.s. Saat mereka masih meributkan hal tersebut terdengar suara ketukan dari arah depan pintu kelasnya. Tok,,, tok,,, tok,.

" Permisi, mau manggil Thea sama Gibran." Ucap wanita di depan kelas dengan suara sopan dan lirih. Shaquilla Bailey Aswindra namanya. Osis kelas XI. Sekretaris osis di SMA ini.

" Oh iya. Tuh orangnya." Sambutan Aldi dengan nada sok tengilnya.

" Cantik juga yah." Suara gemuruh dari arah belakang kelas. Siapa lagi kalo bukan Afsheen c.s.

" Eh kak Quilla. Ada apa yah." Gibran keluar kelas diringi dengan gerakan Thea. Thea mengisyaratkan bahwa dirinya bingung dipanggil sekretaris osis. Risma hanya melihat kepergian sahabatnya dari hadapannya.

" Udah lah, ayo ikut ajah. Gue udah gak betah di kelas loe Gib. Ini Thea ya?." Kata Quilla.

" Iya kak. Ada apa ya?" Thea menjawab pertanyaan Quilla. Thea masih bingung mengapa dirinya dipanggil oleh nya

" Udah ikut aja dek. Gibran ayok cepet ada rapat nih." Quilla mengajak Gibran untuk menuju ruang osis, terus Thea? Mau digimanain?.

" Lha saya gak mau diapa apain kan?." Thea ketakutan ketika dipanggil oleh Quilla.

" Just calm dek. Kita gak bakal jahat kok." Quilla menggandeng Thea dan berupaya untuk menenangkannya. Mereka berjalan menuju ruang osis. Thea mengikuti saja apa yang dikatakan Quilla.

" Gib, gue mau diapain?." Thea berkata lirih agar Quilla~ kakak kelasnya tak mendengarnya.

" Udah ikut ajah." Gibran bukannya ikut berkata lirih malah ia berkata lantang dan keras.

" Knp dek? Gpp kok. Kita gak gigit." Quilla kembali menenangkan Thea. Thea pucat. Namun kepucatannya ia tutupi.

" Gibran.!" Jerit Thea pelan, ditepoknya jidat golf miliknya.

" Yuk dek masuk." Thea dipersilahkan masuk kedalam ruang Osis yang sedang diselenggarakan rapat osis. Thea mengikuti apa saja yang dikatakan Quilla. Gibran mengambil tempat nya untuk duduk rapat osis.





Hay guys😊 sore all,,,
Bentar lagi nerima rapo lho(!)😉 gmn nilainya? Bagus? Syukurlah kalo nilainya bagus.
Vote, Kritik, saran selalu ku tunggu kok😘
Happy Reading aj lah❤
Salam, S8😊











I ❤ PMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang