13{Risma}

490 30 15
                                    

***
" Risma." Jerit seorang gadis di belakangku, ia merangkul. Rangkulan itu juga tak asing bagiku. Thea Fausti, yapz Thea. " Thea." Aku menyambut rangkulan itu. Dia menarikku menuju papan informasi. Kebetulan aku dan dia satu kelas. Kelas Ips.2. Kami bersama sejak smp.

" Thea, kita sekelas." Riang gembira kami rasakan. Kami kembali lagi bersama setelah liburan memisahkan. " Yeee, alhamdulillah Ris. Kita sekelas lagi." Terpaut wajah gembira di wajah Thea. Sepupuku juga bersekolah yang sama denganku, namun dia di kelas Sastra.1. Sepupuku bernama Erlangga Ferrel Davian. Vian.

" Thea ya?." Suara lelaki dari arah belakang kami. Thea menjawab tanya lelaki tersebut. " Ya, saya Thea. Maaf anda siapa ya?." Thea mengeryitkan dahinya. " Saya Gibran? Masa gak kenal sih!."

" Gibran..."

***
     Kami bertiga berjalan menuju kelas IPS.2, Lelaki itu bernama Gibran. Sahabat kecil Thea. Lho, kok Thea gak pernah ngomong ya?. Batinku. Kami membicarakan hal yang menurutku tidak penting.

" Loe kan dulu suka ngiler di baskom." Tawa Thea terkekeh.

" Loe juga yang kepleset kulit mangga itu kan?." Aku hanya terbengong melihat keakraban mereka. Tak biasanya Thea sedekat ini dengan seorang cowok. Biasanya kan dia jutek plus sensi kalo ada cowok yang deket deket sama dia. Aku bagai obat nyamuk diantara mereka. Hanya bisa mendengarkan,mengangguk, dan bahkan terpaku. Hingga kami sampai di depan ruang kelas.

" Yuk Ris duduk. " Thea beralih padaku, Gibran memilih bangku duduk dengan murid lainnya. Thea berbicara panjang soal liburannya.

" Ris, loe mesti bertanya tanyakan soal dia." Thea memancung bibirnya, Risma mengikuti arah mancungan itu. " Iya, dia siapa sih?." Rasa ingin tahu itu muncul dengan sendirinya.

" Dia itu sahabat kecil gue. Kita pernah berjanji dulu, tapi... Entah kenapa dia ngejauh gitu, eee malah ketemu disini." Jelas Thea. Ooo, jadi dia itu sahabatnya Thea baru tahu gue. Rasa penasaran itu terobati dengan sendirinya. Thea membuyarkan lamunanku. " Hayo. Ngelamun apaan?." Thea mengagetkanku dengan gedoran khasnya. Hingga tanpa tersadar seorang guru berada di hadapan pintu.

" Assalamualaikum, ini IPS.2." Tanya guru tersebut. Tertera nama Ratna Arianti, mungil sih orangnya. Mungkin dia wali kelas kami.

" Iya bu." Ucap kami serentak.

" Baiklah nama ibu Bu Ratna Arianti, kalian bisa panggil Bu Ratna." Suara khas kartun shican mengawali perkenalan kami. Hampir semua murid tertawa mendengar suaranya. " Siap dibully tuh guru." Ucap salah satu murid.

" Sudah semuanya diam." Guru itu membaca suasana kelas. Perkenalanpun di mulai, saat yang gue tunggu. " Sekarang perkenalan dari kanan depan." Guru itu menunjukku, sontak aku kaget. " Saya bu?."

" Gak, itu yang dipojok." Guru itu memasang tatapan sinis. Semua isi kelas tertawa. " Sudah diam. Kamu maju."

Ah sial, baru pertama masuk udah kena bully. Gerutu batinku. " Oke bu." Perkenalan kami berlanjut hingga ada seorang lelaki yang cukup jutek, lumayanlah. Ah ngelatur kamu Ris!.

" Nama saya Sebastian Rendra Sachdev." Tutur dari mulutnya. Auh. Risma!. Rambut klimis, Bibir merah muda, wajah india gitu. Sempurna lah. Sosoknya hingga membawaku di alam lamunan.

"Putri Risma, maukah kamu menjadi istriku?." Pangeran Sachdev melamar ku di atas kastel megah, di sebuah negeri angkara.

" Mau kakanda." Jawabku dengan berlari dan terjebur sungai lumpur. Aku terjatuh. Dan. Awuh. Jeritanku menghiasi ruang kelas. Tatapan sinis Bu Ratna menatapku. " Kamu? Kamu kenapa!." Suara Sinchan membuatku ingin tertawa. " Hah bu? Gak papa." Aku beralasan agar tidak terjadi apa apa pada hari pertamaku.

" Loe kenapa Ris?." Thea menyikut bahuku. " Entar gue ceritain." Aku masih tak melupakan bayangan itu.

















Hay guys😁Happy Reading yah😌
Part khusus gue, sahabat perempuan Thea satu satunya😂Ngakungaku loe Ris. Yo maap sih😢iyoiyo😂.
Vote, Saran, dan Kritik selalu gue tunggu di part ini😍
Salam S8😘

I ❤ PMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang