8

680 38 0
                                    

***
" Kamu gak papa?." Vian melirihkan suaranya. Thea bangkit dan bertanya pada sekitar.

" Aku dimana? Kamu? Kamu siapa?." Kalimat itu yang dilontarkan Thea. Vian dibuat kaget dengan pernyataan tersebut. Risma meneteskan air mata, Myesha selaku petugas UKS waktu itupun bingung mendengar pernyataan Thea.

" Myes, Thea kenapa?." Vian memeluk dan mengdekap hangat Thea, Risma terus berkata. Myesha menggelengkan kepala.

" Te, ini gue sahabat loe Risma, ini Vian atau biasa yang disebut loe Mr. Misterius siapa lah." Vian meneteskan air mata, Thea masih bingung mengapa ia tak mengetahui siapa dirinya. Siapa kepribadianya.

" Vi, loe lepasin di, gue mau dorong dia pake kursi roda, kayanya dia terkena penyakit lupa ingatan. Karena benturan keras. Pak Taufik juga udah nyaranin buat dibawa ke rumah sakit. Ris, bantu dia mengingat kenangan nya. Vian tolong bantu dia untuk duduk di kursi roda." Myesha menjelaskan kondisi Thea, Vian mengangguk paham dan Risma terdiam terpaku.

" Baiklah." Vian membopong tubuh Thea. Mereka menjadi pusat perhatian dari arah luar jendela. Mereka bergemuruh, tanpa memerdulikan kondisi Thea. Myesha mendorong kursi roda dan di atasnya terdapat tubuh Thea, Risma membuka pintu UKS.

" Woy minggir." Suara lantang Vian membelah lautan manusia di depannya. Mereka menepi. Myesha mendorong Thea untuk masuk ke dalam ambulance, suara sirine khas mobil itupun berbunyi. Dibukanya pintu mobil oleh Vian, Myesha mendorong Thea masuk kedalam ambulance. Risma mengambil semua peralatan nya di kelas.

***
" Ris, orang tuanya Thea udah dihubungi?." Seseorang menahan Risma dari arah belakang, Risma pun terhenti dengan perbuatannya. Gibran. Ia memberhentikan gerakan Risma.

" Udah udah, semua gara gara loe." Risma mendorong Gibran, ia berlari karena ia ditunggu oleh Myesha di dalam mobil ambulance. Vian berada di depan mobil bersamaan dengan Pak Taufik. Risma naik dan duduk di sebelah Thea dan di depan Myesha. Mereka duduk di bagian belakang. Suara sirine membelah lautan manusia di depannya.

***
     Myesha berlari dan mengiri suster di sebelahnya. Disusul Vian dan Risma. Pak Taufik masih mengobrol dengan orang tua Thea dan Geza, kakaknya.

" Jadi kejadian nya gimana pak?." Tanya ayah Thea, Geza lontang lantung tentang kabar adiknya. Pak Taufik menenangkan keadaan mereka.

" Gini pak, bu, Za. Thea itu jadi osis baru, lha diajak si Vian, terus Vian katanya nembak si Thea, lha Thea lari. Terus." Disela sela penjelasan Pak Taufik, Geza langsung memotong pembicaraannya.

" Terus gmn pak. Dia gpp kan?" Geza menggoyangkan tubuh Pak Taufik. Pak Taufik menenangkan gerakan Geza. Ibunya membawa Geza meninggalkan Pak Taufik dan Ayahnya. Geza di bawa masuk ke dalam rumah sakit. Dia menunggu kabar adiknya di depan ruang UGD. Vian, Risma, Myesha masih menunggu Thea.

" Loe yang namanya Vian?." Geza berdiri di hadapan Vian.

" Iya bang, knp?." Vian menenangkan dirinya. Myesha menitihkan air mata dan memeluk Risma.

" Loe yang buat Thea kaya gini." Pukulan pertama Geza dilambung tinggi di pipi Vian. Vian terpental ke lantai. Darah segar menetes dari pinggir bibirnya. Myesha melerai aksi mereka.

" Pukul saya sepuas abang. Aku sayang dia bang." Vian bangun dibangkitkan Risma.

" Tapi gak gini caranya. Loe udah nyakitin adik gue." Geza terus meronta dari leraian  Myesha. Sang Ibu memeluk menghentikan gerakan putra sulungnya.

" Udah lah Gez, dia gak sepenuhnya salah. Kalo memang kamu sayang sama anak saya buktikan nak." Ibunya melantunkan suara lembut dan tersenyum pada Vian. Vian membalas senyuman ibu Thea. Ibu dari Thea melepas pelukannya pada Geza.

" Geza, beri nak Vian kesempatan. Kalo kamu ngelarang adik kamu terus, gimana dia bisa merasakan jatuh cinta." Lanjutnya. Geza diam dan ia meminta maaf pada Vian. Risma dan Myesha masih menunggu kabar Thea.

" Gue kasih kesempatan sama loe. Jaga adik gue. Dia belum pernah pacaran sebelumnya. Loe jaga dia." Geza menepuk bahu Vian. Vian tersenyum kepada Geza. Geza membalasnya. Pintu UGD terbuka. Mereka langsung menghampiri dokter yang keluar dari ruang UGD.

" Gimana dok kabar adik saya."  Geza berdiri di hadapan sang dokter. Ibunya pun berdiri persis di sebelah, dan diikuti Vian, Myesha, dan Risma.

" Adik abang, terkena amnesia akibat benturan keras. " Dokter yang berpakaian putih dan membawa sebuah papan yang tertulis RS. Indo Sejahtera Maria. Dan tertulis papan nama di dada kanannya, Dr. Javas Athaya Narasya Putra. Dokter Javas. Suster membawa keluar Thea dari ruang UGD, Myesha beralih mendorong Thea di kursi roda.

" Biar saya saja sus." Tangan Myesha menggantikan tangan suster.

" Baiklah." Ucap Suster. Geza menekuk tubuhnya dan membelai rambut sang adik. Geza tersenyum. Vian tersenyum melihat kelakuan Kakak Beradik ini. Risma dan Vian terdiam menikmati siang hari ini.




Happy Read Guys😘
Update kagak nentu maafin ya😊soalnya update sesuai mood aja😉
Saran, Kritik, dan Vote selalu kutunggu😚
Salam S8😘

I ❤ PMRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang