Seokjin hanya terpaku di sudut ruangan tidak terlalu luas itu, beberapa gambar serta lukisan menghiasi beberapa ruang dalam dindingnya.
"Kenapa kau diam saja? Masuklah!" seru Jihyun menyadarkannya.
Seokjin hanya mengikuti kemanapun langkah gadis itu pergi, seolah tidak tau apa yang akan dia lakukan setelah ini.
"Hey, tuan hantu! Aku akan mengganti pakaianku, bisakah kau tunggu di luar saja?"
Seketika Seokjin menghentikan langkahnya, semu memerah samar terlihat di sudut tulang pipinya.
"Maaf— bolehkah aku menggunakan dapurmu?"
Gadis itu mengerutkan dahinya,
"Apakah kau bisa menyentuh peralatannya?"
"Seharusnya bisa, karena aku sudah keluar dari gedung itu perlahan aku bisa menyentuh beberapa benda."
Seokjin berlalu pergi ketika melihat gadis itu mengangguk tanda setuju, sebuah lemari es mencoba di bukanya namun nihil.
"Kenapa aku tidak bisa menyentuhnya?" gerutunya kesal, bahkan sejak beberapa waktu lalu tidak satupun benda yang dapat di sentuhnya.
"Aku kira kau akan memasak, ternyata kau hanya ingin melihat-lihat dapurku?"
Seokjin berpaling ke arah sumber suara, gadis itu baru saja mengganti coat tebalnya dengan t-shirt biru muda dengan rambut panjangnya yang di ikat asal.
"Aku tidak bisa menyentuhnya," keluh Seokjin seraya mendudukkan dirinya di kursi makan.
Gadis itu mendekat ke arahanya, dia tanpa sadar berusaha menepuk bahu Seokjin dan kembali gagal.
Tangannya seolah hanya melewati bias cahaya transparan."Aku akan melakukannya untukmu, seperti apa yang kau lakukan untukku di kelas baking hari ini," gumamnya seketika menyita perhatian Seokjin.
"Maksudmu?"
"Aku dapat melakukan apa yang tidak bisa kau lakukan, dan kau dapat melakukan apa yang tidak bisa aku lakukan, kau hanya perlu mengintrupsiku dan aku akan menjadi tangan untukmu."
Sosok hantu lelaki tampan itu tersenyum,
"Maaf jika aku menyulitkanmu."
"Tidak, anggap saja aku sedang belajar darimu bagaimana cara menggunakan dapur dengan benar."
"Baikalah, bisa kau buka kulkasmu?"
Gadis itu mengerutkan keningnya, lalu berjalan beberapa lengkah untuk membuka kulkasnya.
"Aku tidak punya apapun, hanya beberapa pack kimchi, telur dan ramen." jawabnya ragu-ragu.
"Benarkah? Selama ini kau bisa hidup hanya dengan memakan itu semua?" arwah itu bergidik.
"Aku sudah katakan, aku tidak bisa menggunakan dapurku dengan baik, satu-satunya makanan lezat yang pernah aku buat hanya ramen dengan telur— tapi aku baik dalam membuat Kimchi"
"Aku tidak percaya ada manusia yang masih dapat bertahan hidup dengan pola makan seperti itu."
Singkat kata, gadis itu merasa begitu tersindir karenanya.
"Apa hantu juga harus memakan makanan sehat untuk bertahan hidup? Jika kau tidak suka kau tidak perlu ikut memakannya."
***
Seokjin sesekali mencuri pandang ke arah panci ramen dengan kepulan asap yang cukup mengintrupsi cacing perutnya untuk mencicipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Recipe (Sweet Reverage)
FanfictionKebencianku pada dapur membuatku bertemu dengan seorang "HANTU" chef tampan yang membantuku menciptakan resep baru.