III. Adik untuk Sidqi

157 17 0
                                    

Beberapa bulan kemudian..

Ishqi mematut dirinya di cermin, menilik penampilannya dengan long dress berbahan chifon berwarna salem. Wajah ovalnya terbingkai oleh pashmina bermotif floral cantik yang sudah ia kreasikan dengan kreatif, khas Ishqi sekali.
Perpaduan yang elegan, long dress yang polos disatukan dengan pashmina bermotif hingga meninggalkan kesan tidak benar-benar kosong. Ah ya, kalau kalian penasaran mengapa Ishqi harus berdandan pada malam Minggu yang bertabur bintang ini, maka jawabannya adalah, Farhan mengajak dirinya makan malam bersama untuk bertemu dengan keluarga relasi bisnis Farhan. Dan jangan lupakan si menggemaskan Sidqi, tubuh gempal anak itu sudah berbalut dengan baju lengan panjang dan celana panjang berwarna biru langit juga penutup kepala berwarna putih yang menutupi rambut lebatnya, warna yang sama dengan baju atasan Farhan.

Jika kalian berpikir bahwa Farhan sudah menyukai warna lain selain abu-abu, kalian salah besar! Ishqi harus melakukan debat tiga jam dulu untuk meluluhkan hati si pria es itu, baiklah ini berlebihan, tetapi ini fakta!

Ishqi menggendong Sidqi yang menggeliat di atas tempat tidurnya, tertawa renyah sambil mengedarkan pandangannya dengan lincah ke sudut kamar yang bernuansa coklat sehingga meninggalkan kesan hangat dan nyaman. Kalau saja warnanya abu-abu, mungkin Ishqi akan benar-benar merasa terintimidasi karena dipengaruhi banyak ciri khasnya Farhan.

Fyuh, hampir Ahlam memilih nuansa yang pas. Dan ketika pikiran Ishqi mengingat sosok wanita cantik itu, hati Ishqi bagai dipukul keras oleh palu godam, serasa ada banyak jarum kecil yang menghunjam ulu hatinya. Aku masih belum bisa merawat Farhan dan Sidqi dengan baik, Ahlam. Batinnya sambil lalu menundukan kepalanya mengamati karpet bulu-bulu yang terasa menggelitik di telapak kakinya yang kini lebih menarik dari pada harus mengamati desain kamar yang menenangkan.

"Ishqi, mari kita berangkat, mobilnya sudah siap." Ucap Farhan yang tiba-tiba hadir memecahkan kesunyian dan segala pikiran yang membelenggu kepala Ishqi.

Membuat perempuan itu tergeragap, hampir saja ia membanting tubuh gempal Sidqi yang benar-benar menggemaskan itu jika saja dia lupa dan melakukan pergerakan refleks. Astagfirullah, batin Ishqi, berusaha menarik dirinya menuju ke realita.

Namun ternyata dengan tidak sengaja, ia melamun lagi, sambil menimang-nimang pelan Sidqi yang menarik-narik bros berbentuk untaian embun milik Ishqi yang ukurannya tidak terlalu besar.

"Ishqi?" Suara berat dan berwibawa itu terdengar lagi, sekali lagi menarik Ishqi paksa dari dunia alam bawah sadarnya.

"Uh-oh, iya, Farhan? Ada apa?" Ishqi menoleh langsung, menatap kikuk Farhan yang menaikan sebelah alisnya dengan bingung. Ada yang tidak biasa dari Ishqi selain dari tampilannya yang memukau.

"Mobilnya sudah siap, mari kita berangkat." Ucap Farhan, kemudian jalan mendahului Ishqi yang mengekorinya di belakang. Malam itu Sidqi sangat menggemaskan sekali, maka dari itu Ishqi tak ada hentinya menciumi pipi bak bakpau itu hingga Sidqi tertawa geli.

"Anak Umi sudah mandi belum yaaaa?" Ishqi berbisik di telinga Sidqi sambil kemudian menciumi pipi chubby itu lagi, tetapi justru Sidqi hanya tertawa dan begitu pun seterusnya.

"Eh, tunggu deh, Han." Ishqi menghentikan langkah lebar Farhan ketika pria itu sudah mau membuka pintu mobil dan tanpa sadar langkahnya sudah membawa dirinya di teras rumah.

"Ada apa?"

"Lupa ambil susunya Sidqi, titip Sidqi dulu, susunya ketinggalan di counter dapur." Ucap Ishqi sambil menyodorkan Sidqi ke dalam gendongan Farhan. Lelaki itu tersenyum merentangkan tangannya menyambut tubuh Sidqi ke dalam gendongannya. Senyum yang menawan dan menenangkan, senyum yang tak pernah terbentuk untuk Ishqi.

Ishqi LatifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang