V. Debaran Anak SMA

87 10 3
                                        

Syukuran yang diadakan karena usul dari Athaya berlangsung khidmat bersama para warga yang berbondong-bondong datang ke rumah Umi Athaya tepat di halaman rumah yang luas beratapkan tenda sederhana yang tidak terlalu mencolok. Tidak kurang juga Rizal, Farhan, dan sahabat-sahabat Athaya. Jangan lupakan juga bahwa Ishqi datang bersama Iris dan Afra. Apakah Sidqi termasuk ke dalamnya? Tentu saja! Tetapi anak itu Ishqi titipkan bersama Umi yang di dalam sana kesenangan karena Sidqi ikut serta meramaikan suasana kekeluargaan di rumah yang luas itu. Benar kata Farhan, Iris pasti datang bagaimana pun keadaannya. Sudah terbukti ketika Iris mengatakan bahwa ia sampai membatalkan visit hari itu. Betapa tidak profesionalnya Iris jika berhubungan dengan Athaya. Dan sebenarnya Ishqi merasa.... keberatan jika Abangnya itu bersikap terlalu manis pada Iris sedangkan di luar sana Athaya terkadang sangkut sana-sini bersama gadis-gadis cantik yang umurnya terpaut jauh di bawahnya.

“Ishqi kamu tau gak? Dari tadi, Farhan ngeliatin kamu terus. Bang Atha dan Rizal juga tertawa sambil membicarakanmu kayaknya.” Bisik Afra. Jika bicara dengan sahabatnya, Ishqi memang menggunakan bahasa yang kurang baku. Agar tidak canggung, katanya.

“Itu perasaan lo aja deh, Say. Bang Atha dari tadi liatin gue kali.” Sambung Iris sambil memasukan suapan puding mangga ke dalam mulutnya yang sedari tadi tak berhenti mengunyah makanan. Kegiatan yang padat belakangan ini membuatnya lelah dan jarang makan.  Ishqi percaya, karena tubuh Iris terlihat lebih kurus, pipinya juga tirus. Uh, kasihan sekali wajah cantik itu.

“Mungkin benar apa yang dikatakan Iris.”
Afra memutar bola matanya sarkastik, “Iris tuh kerjaannya mengkhayal terus.” Ujar Afra, sambil meneguk air putih yang disediakan di meja khusus para tamu. Sedangkan Iris hanya mendelik menatap wajah Afra dari samping. Tetapi entah mengapa, perasaan Iris atau bukan, terkadang bola mata Rizal bermain menelusuri wajah cantik alami Afra--seperti Ishqi--yang tanpa polesan make up setipis apapun.

Iris menggunakan make up, tetapi hanya bedak, dan eye shadow yang menyaru dengan kulitnya. Bibir Iris sudah merah, jadi tidak butuh polesan lipstik di bibirnya. Mungkin hanya sedikit sapuan pelembab bibir saja.

“Lo ada rencana honeymoon ke mana, Say?” Tanya Iris sambil mengelap sudut-sudut bibirnya dengan tisu. Kebiasaan anggun yang selalu Iris lakukan setelah makan.

“Enggak, aku dan Farhan kan harus urus Sidqi di rumah. Kasihan kalau aku tinggal,” Jawab Ishqi, meskipun sebenarnya bisa saja Ishqi menitipkan Sidqi pada Uminya  selama ia pergi bulan madu. Tetapi.... bulan madu apa yang harus Ishqi lakukan di bulan ketujuh menuju delapan bulan pernikahan? Bahkan sehari-hari saja hubungannya dengan Farhan begitu hambar tanpa ada kejadian berarti yang mengeratkan hubungan mereka.

“Kamu bisa titip Sidqi ke Umi, atau ke aku juga boleh. Selama kamu pergi, aku bisa cuti dari rumah sakit.” Ucap Afra dengan senyum antusiasnya. Ishqi balas tersenyum menerima kebaikan Afra yang begitu tulus, tapi demi bumi dan isinya, Ishqi tak pernah membayangkan berbulan madu dengan pria es seperti Farhan. Uh, pasti begitu memakan hati.

“Eh, eh, Fra! Liat deh, Rizal liatin lo noh!” Seru Iris, mengguncang tangan Afra yang perempuan itu letakkan di pangkuannya. Membuat Afra secara refleks menoleh ke arah Rizal yang berkumpul bersama para pria-pria berwajah tampan, kalau bisa ditafsir, mereka semua adalah playboy, playboy kelas kakap yang sebagiannya sudah taubat seperti Farhan. Dan ketika Ishqi ikut melihat Rizal, benar saja, lelaki itu tengah menatap Afra dengan senyum miringnya yang meski begitu masih terlihat begitu mengagumkan. Ya Tuhan, wajahnya mengesalkan seperti Farhan! Tanpa sadar, Ishqi ingat tujuan Farhan yang akan merekomendasikan Bundanya untuk menjodohkan Rizal dan Afra. Oh, well, sebaiknya Ishqi harus mulai membantu usaha suaminya itu.

Erm...., Afra, aku akan pikirkan tentang tawaran bulan madu itu. Tapi kamu gak keberatan kan kalau aku titip Sidqi selama aku gak ada?” Tanya Ishqi dengan takut-takut ketika melihat seringai iblis di bibir Iris.

Ishqi LatifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang