enough [iv]

36 6 3
                                    

Holla... 

Akhirnya aku apdet juga yaa, setelah sekian lama. 

OK cekidot kuyy


📍bagian empat - sakit📍

Regis berulang kali mengetok pintu kamar Rise, tetapi tidak mendapatkan sahutan dari dalam. Sudah kesekian kalinya dia mengetok pintu kamar adiknya. Dia merasa ada yang tidak beres dengan adiknya. Dia berusaha membangunkan adiknya karena dia tahu bahwa pukul 09.00 pintu gerbang Skylouce High akan ditutup. Dia melirik jam tangannya pukul 08.45. Waktu kurang 15 menit lagi, pikirnya.

"Bagaimana mas Regis? Sudah dibuka sama non Rise?" Tanya Bibi Rose yang baru saja berdiri di sampingnya. "Bi, minta tolong carikan kunci cadangan pintu kamar Rise. Percuma kalau diketok pasti gak bakalan denger. Trus kalau didobrak gak bakalan mungkin." Pinta Regis kepada Bibi Rose.

Bibi Rose hanya mengangguk mengerti dan meninggalkan Regis, yang terus berusaha mengetok pintu kamar Rise, agar ia terbangun dari tidurnya atau mungkin segera membuka pintu jika ia sudah bangun, tetapi hasilnya pun nihil.

Bibi Rose terlihat berlarian menghampiri Regis dan menyerahkan kunci cadangan pintu kamar milik Rise kepadanya dan dia segera membukanya.

Ceklek.

Regis langsung membuka pintu kamar, mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar dan menemukan Rise masih meringkuk tertidur di kasurnya. Dia berjalan menghampirinya. Matanya terbelalak saat dia melihat wajah Rise begitu pucat dan kantong hitam di bawah mata adiknya serta bekas air mata yang mengering di sekitar mata dan pipinya. Dia mengelus pipi adiknya, tak tega untuk membangunkannya. Lalu ia menaruh punggung tangannya di dahi Rise. Panas, itulah yang dia rasakan.

Segera dia menoleh pada Bibi Rose yang sedari tadi senantiasa menunggu di balik punggunggnya. "Panggil dokter Edward, wajah Rise pucat dan dahinya juga panas." suruhnya pada Bibi Rose. Dan Bibi Rose segera berlari keluar dari kamar Rise untuk menelfon dokter Edward, dokter pribadi keluarga Jenkins.

"Sayang kamu kenapa? Rise sayang bangun." Dia terus mengguncang pelan tubuh adiknya yang diam bagaikan mayat hidup. Dia langsung memejamkan matanya sejenak, dia bahkan belum siap jika adik kesayangannya akan meninggalkannya.

"Sayang kamu gak ninggalin kakak kan? Rise bangun." pinta Regis sendu. Dia langsung beranjak dari kasur, keluar dari kamar adiknya. Selang beberapa menit dia kembali ke kamar Rise dengan membawa ice bag dan termometer di tangannya. Dia menaruh ice bag di dahi Rise dan termometer di mulutnya. Dia menunggu 5 menit dan mengambilnya dari mulut Rise.

39 derajat. Panas sekali, pikirnya.

Dia merasa frustasi karena dokter Edward tak kunjung datang, "Bi.. apakah dokter Edward sudah ditelfon? Lama sekali!!" teriaknya.

Tak lama setelah Regis berteriak, pintu kamar Rise terbuka, dokter Edward muncul dan diikuti oleh Bibi Rose memasuki kamar, "maafkan atas keterlambatan saya Tuan Regis." Ucap dokter Edward kemudian langsung memeriksa Rise.

Sebelum diperiksa, Bibi Rose mengganti piyama yang dikenakan oleh Rise mulai tadi malam. Menggantikannya dengan sweater dan training bersih yang diambil dari lemari. Dan juga menaruh kembali ice bag di dahi Rise.

Regis keluar dari kamar adik kesayangannya tersebut sambil menunggu hasil pemeriksaan dari dokter Edward. Sedangkan Bibi Rose tinggal di kamar, menemani Rise yang sedang diperiksa.

enough (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang