enough [ix]

10 5 0
                                    

Bulan Januari, merupakan  bulan terdingin di New York. Suhunya yang paling rendah bisa mencapai minus dua belas derajat celcius. Memang sangat dingin untuk berada di di luar rumah, tetapi tidak untuk kedua anak ini. Mereka berdua tetap bermain di luar rumah, lebih tepatnya halaman belakang rumah meskipun suhunya sangat rendah. Mereka memakai baju yang cukup tebal untuk menghindari dingin di tubuh mereka saat bermain di luar.

"Bagaimana ini, apakah boneka saljuku sudah bagus?" Seorang gadis kecil bertanya kepada temannya yang sedang sibuk dengan bergulung-gulung di atas salju, lalu ia mendongakkan kepalanya disaat gadis itu bertanya kepadanya.

"Hah bagus? HAHAHAHAHA. Bagaimana mungkin bagus. Semua yang kau buat selalu jelek." Ucapnya dengan tertawa keras kemudian dilanjutkan dengan bergulung-gulung di atas salju kembali.

Sang gadis hanya memandangnya dengan tatapan kesal, ia tidak terima semua penghinaan yang ditujukan untuknya dan ia memulai pembalasan dendam untuk temannya itu. Ia mengambil salju yang ada di bawahnya, ia menjadikannya seperti bola, tidak terlalu kecil tidak terlalu besar namun cukup dalam genggamannya. Ia membuatnya sangat banyak disaat temannya itu berganti dengan duduk di atas salju yang dingin.

'Ceplak. Ceplak. Ceplak.'

Terdengar seperti suara lemparan yang mengenai sasarannya. Dan seperti gadis itu yang melempar tepat mengenai punggung temannya yang sedang duduk. Selanjutnya suara tertawa terbahak-bahak yang mendominasi.

"Yak, apa yang kau lakukan padaku? Apa kau baru saja melemparkan bola salju padaku?" Sang laki-laki itu berteriak kepada temannya yang masih setia tertawa memegangi perutnya.

"HAHAHAHAHAHAHA"

"Yak, mengapa kau masih saja tertawa? APA ADA YANG LUCU HAH?!!" Bukannya menjawab pertanyaan dari sang laki-laki, gadis itu malah melemparkan bola saljunya yang sudah disiapkannya kepada temannya. Temannya tidak sempat menghindar, dan akhirnya tepat mengenai wajahnya. Sang gadis tidak berhenti untuk melemparkan amunisi bola saljunya. Ia justru melemparkannya dengan beruntun hingga amunisi bola saljunya habis.

Sang laki-laki hanya diam saja, tetapi matanya tidak pernah lepas dari mata sang gadis, "PUASKAH KAU SUDAH HAH?!!" Amarahnya keluar setelah sang gadis berhenti melemparkan bola salju. Karena ketakutan sang gadis sudah beranjak dari duduknya dan mulai berlari meninggalkan sang laki-laki sendiri.

"HEI KAU JANGAN KABUR DARIKU. TUNGGU AKU, AKU AKAN MENGEJARMU SAMPAI AKU BALAS DENDAM DENGANMU!!" Setelah mengucapkan kalimat itu, sang laki-laki berdiri dari duduknya, membersihkan dirinya yang penuh dengan salju di setiap bajunya. Ia menepuk-nepuk badannya agar saljunya turun. Lalu ia mulai berlari mengejer temannya yang sudah dulu kabur darinya, "aku akan balas dendam, tunggu saja aku. Aku akan datang sebagai mimpi burukmu."

Dan akhirnya terjadi kejar-kejaran antara mereka berdua di halaman belakang rumah. Mereka berdua tidak ada yang mengalah dan kejar-kejaran masih berlanjut hingga sang gadis menyerah karena tidak kuat untuk berlali lagi dan duduk begitu saja di atas salju yang dingin. Disaat sang gadis duduk, memperbaiki nafasnya yang tersengal-sengal akibat berlarian, tiba-tiba dari belakang hujan salju tepat terjadi di dirinya. Tubuhnya pun tertutup salju.

Dan ternyata memang sang laki-laki itu tidak diam saja, malah mengambil satu bak yang ada disana dan mengisinya dengan salju, setelah penuh ia menghujaninya kepada temannya yang sedang duduk kecapekan. "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

"Bagaimana pembalsanku hah? Apa sekarang kau senang?"

📍bagian sembilan - berkunjung📍  

Saat ini Rise sedang berada di lokernya, ia mengambil beberapa buku yang ada disana yang digunakan untuk pelajaran setelah ini. Rise masih sibuk berkutat dengan lokernya hingga tidak mengetahui keberadaan seseorang yang ada di belakangnya.

enough (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang