" Emily dan Alice tak menyesal mereka lahir dengan wajah berbeda. Mereka tetap bermain bersama, menjelajah, dan mecintai indahnya dunia "
Emily menatap pantulan dirinya di cermin yang memandangnya balik. Ia lalu tertegun melihat sepasang mata hazel kelabunya yang indah, dinaungi bulu mata panjang nan lentik. Wajahnya cantik dengan pipi merona dan hidung mancung. Helai rambut cokelat pirang yang ikal membingkai wajahnya.
Orang-orang selalu tertawa dan bertanya-tanya, membandingkan ia dan saudara kembarnya, Alice. Mereka tampak berbeda. Sama sekali tak mirip.
Alice cantik dengan rambut pirang yang tergerai dan semua orang mengagumi matanya yang bulat sebiru air telaga. Bagai permata shapir yang dipoles setiap hari. Sedang Emily tampak manis dengan lekukan lesung pipi yang samar di pipinya yang merona.
Mereka tak seperti anak kembar.
Emily dan rambut cokelat ikal bergelombangnya. Alice dengan rambut pirang.
"Ma, kata Diana, setiap anak kembar selalu mirip, dan kenapa kami tidak?" Emily pernah bertanya kepada Ma. Tapi, wanita itu dengan lembut mengelus pipinya.
"Emily, kembar memang kebanyakan mirip. Tapi, kalian tidak, karena kalian unik. Uhm... coba katakan padaku, apakah kau suka kucing, Em sayang?" Ma menatapnya yang mengangguk heran.
"Dan... Kau, Alice??" pandangan Ma pun beralih ke arah Alice.
Alice menggeleng dengan cepat. Ia memang alergi pada kucing "Oh, tidak! Yah... sedikit," seru Alice seketika. "Dia... berbulu. Dan membuatku bersin."
"Nah, kesukaan kalian berbeda kan? Seperti itulah kembar. Sama, tapi berbeda. Kepribadian dan sifat kalian berbeda," jelas Ma, kemudian berlalu meninggalkan mereka yang saling menatap.
Emily tak puas dengan jawaban itu. Ia masih bertanya-tanya. Alice dan Pa memiliki rambut keemasan, sedang hanya dia dan Ma yang berambut cokelat. Tapi mereka heran karena James sama sekali belum tumbuh rambut walau ia sudah berumur dua tahun
"Kau keturunan Ma," terka Alice pada suatu hari.
Tapi, lamunan Emily harus buyar ketika saudara kembarnya memekik.
"Emily! Cepat kemari! Salju turun! Salju turun!" Alice melonjak di depan jendela yang baru saja dibukanya. Emily menghampiri. James melonjak-lonjak. Mereka gembira menatap salju yang turun di tengah November.
Ma yang tengah menyiapkan sarapan menengok.
"Tutuplah jendelanya, Boneka Porselen Kecil. Kau takkan membiarkan udara dingin membuatmu beku kan?" ujar Ma, menyuruh Alice untuk segera menutup jendela.
Emily membuka pintu depan. "Yah, tampaknya udara di sini tambah dingin. Untung saja aku telah menambah persediaan kayu bakar," sahut Pa, muncul dari ambang pintu depan dengan batang-batang pohon maple, plum, dan cemara untuk perapian.
"Dan hasil ladang kita cukup untuk persediaan musim dingin kini," tambah Ma, lalu tertawa gembira karena kerja keras mereka untuk mempersiapkan musim dingin terbayar sudah.
Emily dan Alice saling tatap dengan mata berbinar riang. Untung saja kemarin, mereka telah mengumpulkan hasil ladang dan mendapat lumayan banyak makanan. Tiga karung lobak, Lima karung kentang, setengah karung kacang merah, dan tomat. Gandum juga tersedia di gudang makanan. Ditambah ikan hasil Pa menangkap di sungai, tapi ia hanya mendapat seekor kelinci.
Dan sapi serta kuda di kandang juga tak akan kehabisan makanan di musim salju itu.
***
YOU ARE READING
Adventure of Emily dan Alice-Mengarungi Samudera-
PertualanganEmily dan Alice adalah saudara kembar. Meski kembar, mereka sama sekali tak mirip. Em tampak manis dengan rambut cokelat yang membingkai wajahnya. Sedangkan Alice memiliki rambut pirang. Semua orang selalu bertanya-tanya saat mereka berdiri berdampi...