CMS 5

113 12 2
                                    

Happy reading it guys... ! :)

***

FLASHBACK ON

          Sudah dua tahun berlalu, aku tetap setia menunggu kepulangan Zahra dari Inggris, bahkan aku rutin mengunjungi pesantren As-syifa hanya untuk bertemu Kyai Umar.

          Aku selalu bertanya padanya, kapan Zahra pulang, tapi beliau selalu menjawab jika Zahra akan melanjutkan study S1-nya di Oxford University.

          Beberapa kali aku bertanya alamat tempat tinggal Zahra di London beliau juga enggan memberikannya bahkan hanya sekedar nomor teleponpun tak beliau berikan padaku.

          Lagu Imagination terdengar nyaring di atas nakas, kulihat nama ayahanda Zahra tertera di layar iPhone, segera aku menggeser tombol hijau.

          “Assalamu’alaikum, iya ada apa kyai?”

          “……”

          "Baik saya akan segera kesana.”

          “……”

          “Walaikumsalam”

          Mendapat telepon dari pak kyai tentang kepulangan Zahra, aku begitu bahagia. Rasanya senyumanku tak bisa pudar, mungkin karena sang pangeran akan bertemu pujaan hatinya yang telah kembali setelah sekian lama menunggu dalam penantian yang begitu panjang dan kesetiaan selama dua tahun lamanya.

          Rupanya Zahra membatalkan rencananya untuk melanjutkan study S1nya di Oxford University karena ingin segera menemuiku.

          Siang itu aku segera melajukan mobilku dengan kecepatan penuh menuju pesantren As-syifa.
Setelah empat jam aku menempuh perjalanan dari Jakarta ke Sukabumi, akhirnya aku tiba di pesantren As-Syifa pada sore hari.

          Rupanya Pak kyai sudah menungguku diteras rumahnya, tapi aku tak melihat ada orang lagi disana, mungkin Pak kyai akan mengajakku menjemput Zahra di bandara.

          Melihat aku turun dari mobil, Pak kyai segera menghampiriku dan mengajakku kesuatu tempat yang katanya Zahra sudah menungguku sejak lama. Ya, Tuhan aku sungguh tak sabar melihat wajahnya. Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai ditujuan, tapi tunggu inikan tempat…

          “Kenapa kita kesini, Pak?” tanyaku yang hanya dibalas Pak kyai dengan senyuman.

          “Ikuti saja Bapak, maka kau akan mengetahui jawabannya.” Akupun mengikuti Pak kyai hingga tiba akhirnya disebuah tempat yang masih membuatku tak mengerti untuk apa Pak kyai mengajakku ketempat ini.

          “Nak Kenzo, ada yang ingin bapak sampaikan mengenai kebenaran tentang Zahra.”

          “Apa pak?” jujur perasaanku sungguh tidak enak.

          “Sebenarnya Zahralah yang mendonorkan kedua matanya padamu. Didetik-detik terakhir menjelang ajalnya, Zahra juga berpesan kepada Bapak untuk memberikan surat ini dan memberitahumu tentang kebenaran yang sesungguhnya terjadi, tapi maafkan bapak yang baru mengungkap semuanya saat ini karena bapak menunggumu siap untuk menerima kenyataan ini, semoga Allah memberimu ketabahan dan keiklasan dalam menghadapi takdir-Nya.” Pak Kyai menyerahkan amplop berwarna cokelat kepada ku.

          Detak jantungku terasa berhenti saat mendengarnya, bahkan aku merasa pasokan oksigen yang kuhirup tidak cukup membuatku tetap bernafas tanpa harus merasakan sesaknya dada ini.

Cahaya Menuju Surga (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang