Empat

20.5K 937 4
                                    

Bass pov

Sakit juga ternyata tendangan tuh cewek.

Lihat-lihat dia makan dengan enaknya tanpa ada rasa bersalah.

"Ehem.. situ enak makan,lah saya sakit perut." Sindir gue.

Gue,ortu gue n cewek sarap itu lagi sarapan bareng di meja makan.

"Bisa sakit ya mas? Wah hebat dong"

Gue mengangkat garpu gue pengen gue getok aja tuh palanya.

"Sudah-sudah di meja makan gak boleh bertengkar." Kata bokap.

Awas aja lo cewek sarap gue habisin lo kalau gak ada bokap.

Dia tersenyum sinis sambil terus makan.

Gue pelototin dia.

Awalnya sih dia ketawa. Tapi kok sekarang mukanya pucet gitu.

"Ada apa Luna?" Tanya nyokap gue.

"Tante.. maaf sebelumnya. Tante punya pekerja disini yang sudah sepuh gak? Nenek-nenek gitu?"

"Gak ada sayang. Kenapa?"

"Hmm.. tante.. itu."

"Itu apa ngomong yang jelas." Kata gue.

"Apaan sih lo. Lo gak tau sih apa yang gue lihat." Dia semakin ketakutan.

"Emangnya luna lihat apa?" Bokap gue balik nanya.

"Itu.. om.. ada mbah-mbah berdiri dekat pintu dapur." Jawab Luna sambil menunduk.

Semua menoleh kearah dapur tapi gak ada siapa-siapa.

Nih cewek mau cari perhatian ternyata.

"Udah deh gak usah cari perhatian. Kemaren lo bilang ada cewek, sekarang ada mbah-mbah. Mau lo apa sih?"

"Mau gue. Gue gak ngeliat itu semua. Emangnya lo pikir gue seneng apa bisa liat begituan?"

"Sudah-sudah. Semua tenang. Cepat habiskan makanan kalian. Setelah makan kita bicarakan semua di ruang keluarga." Bokap gue menengahi.

----

"Bass jadi gini. Luna ini anak teman mama. Selama 4 bulan dia tinggal disini. Karena dia habis operasi dia masih harus sering check up disini." Jelas mama.

Kita semua sedang duduk diruang keluarga.

"Harus ya dia tinggal disini? Memangnya kemana orang tuanya?"

"Orang tuanya sedang ada urusan bisnis di new york jadi dia gak bisa ikut. Nanti setelah dia dinyatakan dokter sembuh total baru bisa menyusul mamanya."

"Oh." Gila aja. Selama 4 bulan gue harus hidup sama nih cewek. Bakalan gak betah dirumah.

"Oia Luna. Apa kamu sebelum operasi bisa melihat sesuatu yang membuat kamu takut itu?"

"Enggak tante." Jawabnya singkat.

Hiks hiks...

Wah drama queen ni cewek sarap.

"Heh ngapain lo nangis?"

Dia menggelengkan kepala.

"Kalau ditanya jawab. Lo bisu ya?"

"Hahaha...."sekarang dia ketawa.

Wah rusak otak nih cewek.

"Gue tanya bukan nyuruh loh ketawa."

"Habis... haha itu.. itu belakang lo hahah"

"Belakang gue?" Gue menoleh. Tapi gak ada apa-apa.

"Gak usah cari gara-gara sama gue. Dah ma,pa. Bastian mau ngumpul sama anak-anak." Gue pamit.

"Tunggu Bass, mulai besok kamu berangkat sekolahnya sama Luna ya." Kata nyokap.

"Gak mau. Kan kita beda sekolah ma."

"Besok Luna hari pertamanya bersekolah di sekolahmu."

"Apa?" Kata gue dan dia berbarengan.

"Gak mau." Kata gue barengan lagi.

Gue saling liat-liatan sama dia.

"Apa lo?" Ejeknya. Nantang nih cewek.

"Awas lo besok." Gue cabut dari pada suntuk dirumah.

----

"Kenapa lo muka ditekuk kayak cewek pms aja." Tanya dino temen se geng gue.

Gue,dino, raka dan david sudah temenan awal mos. Sampe sekarang kita sekelas terus.

Jadi lah gini kemana-mana bareng-bareng. Ngumpul bareng. Tawuran bareng. ML bareng. Eh gak ding. Gak lah kalau itu sendiri-sendiri. Gak seru kalau rame-rame.

"Suntuk gue dirumah."

"Kenapa? Dimarahin nyokap bokap lo?" Gue hanya mengangkat bahu.

Males bahas tuh cewek sarap.

"Heh kunyuk itu rokok gue."

"Minta satu doang. Pelit banget lo." Raka melempar korek ke kepala gue.

"Heh. Kepala gue ini susah ngeluarinnya. Enak aja lo main-main lempar korek."

"Emang lo tahu rasanya ngelahirin?" David sambil menyalakan rokok yang dirampok dari gue.

"Gak lah. Tapi gue perna liat videonya. Hii serem"

"Kurang kerjaan banget lo. Biasanya mbokep juga." Dino menaikan kakinya di sofa panjang.

"Udah gak minat begituan gue setelah liat kesiksanya gimana ngeluarin bayi."

"Wah tobat lo. Jangan insyaf dulu lah. Kita kan belum lulus. Gak seru lo." Teriak David sambil nyalain ps nya.

"Ah setan lo semua. Tanding sama gue. Kalau gue menang lo pada turutin 1 permintaan gue. Oke."

Gue turun dari sofa dan duduk di karpet sambil memilih jagoan gue di layar tv.

"Apa aja yang lo mau. Yang penting jangan ngeML in cewek gue aja."

"Sapa juga yang mau sama cewek lo,ka. Cewek cupu gitu."

Raka melemparkan bantal kekepala gue.

Gue hanya cengengesan.

Yo bro... kita mulai pertandingannya.

123 days with BadGirl (Completed 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang