The Prince and The Ugly Girl (P.O.V Elsa) #1

136 8 0
                                    

Ketika masih SD dulu, aku benar-benar gadis yang berbeda dengan yang sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika masih SD dulu, aku benar-benar gadis yang berbeda dengan yang sekarang. Hanya anak perempuan kecil lusuh yang bisanya hanya duduk diam mengamati teman-temannya bercanda dengan cerianya tanpa dirinya. Aku tidak punya teman dan tidak tau bagaimana caranya berteman. Ketika itulah aku bertemu dengan Shena.

Jauh berbeda denganku, Shena adalah seorang pemuda yang supel. Dengan tampangnya yang tampan, dia bisa dekat dengan banyak orang dengan mudah. Selain itu, dia baik, pintar bicara, siap sedia menolong siapapun yang butuh bantuan tanpa pamrih, bisa mengetahui keinginan terpendam dari seseorang dan siap mewujudkannya dengan senang hati, juga memiliki sikap bagai seorang pemimpin yang sempurna. Tidak peduli itu tua atau muda, baik atau jahat, cowok atau cewek, guru maupun murid, dia selalu bisa dekat dengan siapapun. Aku betul-betul iri dengannya dan menganggapnya sainganku.

Aku betul-betul kesal. Sudah ada banyak orang yang diberi pertolongan secara cuma-cuma oleh Shena. Tapi, aku tak pernah sekali pun diberinya pertolongan meski aku sangat membutuhkannya. Padahal, di mataku, orang yang sudah diberinya pertolongan itu bukan orang yang benar-benar malang. Aku jadi seenaknya menilai kalau Shena itu cowok menyebalkan yang sebenarnya cuma cari muka.

"Arianna, kau bisa buatkan cerita yang bagus untuk drama bulan depan?" tanya Shena tiba-tiba padaku.

Ketika itu, aku kelas 3 SD dan sebulan lagi diminta guru menampilkan sebuah drama sederhana bertema bebas di depan kelas sebagai tugas praktik bahasa. Kebetulan, aku mendapat kelompok yang sama dengan Shena. Meski sudah memikirkannya dalam waktu lama, kami belum menemukan ide cerita yang bagus.

"Kenapa harus aku?" protesku. Aku tidak mau memikirkan hal tidak penting begitu.

"Ya harus kamu, dong. Kami semua sudah berpikir keras dan mengusulkan ide masing-masing. Hanya kamu yang belum," balas Shena.

Aku hanya merengut tapi kemudian ikut merenungkan ide cerita. "Bagaimana kalau kita menampilkan sebuah drama dari cerita dongeng saja? Kalau membuat drama karangan sendiri rasanya merepotkan dan menghabiskan waktu cukup lama. Aku sih mengusulkan cerita dongeng Cinderella. Bagaimana?" usulku.

"Oke, siapa yang setuju kalau drama kelompok kita judulnya 'Cinderela'?" seru Shena dengan semangat.

"Setuju! Setuju!" seru anak-anak sekelompok dengan semangat.

"Thanks, ya, Arianna!" kata Shena dengan senang sambil menepuk kepalaku seperti seorang ayah kepada anaknya.

Entah kenapa, sejak saat itu aku jadi sering bicara dengan Shena. Mulai gara-gara harus membantu dia membawa barang ke ruang guru, mendapat tugas piket barengan, berada di kelompok yang sama, dan karena rumah kami bersebelahan (aku awalnya kaget ketika tau kalau rumah kami bersebelahan), secara tidak langsung kami dekat dan temanku bertambah.

Aku baru sadar saat itu. Shena sudah menolongku. Selain membuatku mengenal banyak orang dan dekat dengan mereka, dia juga selalu mendukungku dan menjadi teman dekatku. Kami selalu pergi kemana-mana bersama-sama. Saat itu lah aku jadi jatuh cinta pada dirinya yang begitu baik.

A Fake RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang