PROLOG

208 30 0
                                    

MEMANDANGI langit senja yang begitu indah rasanya membuat orang yang melihatnya sejenak melupakan kepenatan yang membebani hidupnya.

     Untuk beberapa orang, senja dapat menyebabkan euforia. Seperti pada sepasang kekasih ini. Sepasang kekasih yang sedang menikmati senja dari apartemen sang lelaki yang berada dilantai 10.

     "Aku ambil polaroid aku dulu, bagus nih buat foto siluet." Rakha bangkit dan menuju kamarnya untuk mengambil polaroidnya.

     Setelah Rakha kembali dengan polaroid digenggamannya, Tanaya bertanya. "Kenapa nggak pakai SLR? Kan lebih bagus hasilnya."

     Rakha tersenyum mendengar pertanyaan Tanaya. "Kan udah pernah aku bilang, aku malas nyetak foto lagi kalau pakai SLR, nanti di fotokopian digodain mas-masnya lagi. Kalau pakai ini kan bisa langsung ditaruh dikamar."

     "Mas-mas juga nggak ada yang mau godain lo." Tanaya tertawa geli.

     Rakha mematikan lampu ruangan di dalam dan membuat tempat yang mereka pijaki gelap. "Ih mau ngapain, Kha?! Macem-macem gue cakar lo."

     "Sstt, lupa mau foto siluet? Bloon dasar." Rakha bersiap dengan polaroidnya dan Tanaya bersiap dengan posisi terbaiknya yang menghadap kekiri Rakha, menonjolkan siluet hidung mancung Tanaya. Setelah menemukan posisi yang dikiranya bagus, Rakha memencet tombolnya.

     Ckrek...

     Satu foto telah keluar dari kamera polaroidnya. "Aku langsung tempel ya." Rakha bergegas menyalakan kembali lampu dan masuk ke kamarnya.

     Lantas, Tanaya langsung mengekori Rakha karena ia belum melihat hasil jerpetan dirinya. Saat Tanaya masuk, Rakha sedang menjepit foto tadi dengan jepitan khusus ke tali berwarna galaksi yang sedikit merenggang dengan dinding.

     Tanaya mendekat, ia bergumam. "Jadi pengin travelling, terus foto-foto yang bagus--" ia menarik napasnya. "--bareng kamu, kira-kira bisa nggak ya?"

     'Tapi aku nggak bisa janji, Nay' "Pasti!" Seru Rakha. Rakha melihat jam kamarnya sudah menunjukkan pukul enam kurang. "Ayok aku antar pulang, nanti papa kamu nyariin."

     Mendengar panggilan itu, Tanaya yang dari tadi masih memandangi hasil jepretannya dengan jepretan pacarnya itu langsung mengangguk dan mengambil tasnya di ruang tamu.

     Mereka berdua turun dari apartemen Rakha. Rakha memang tinggal sendirian di apartemen itu, orang tuanya mendidik untuk dapat hidup mandiri.

Hai, hai! Ini cerita baru gue, mungkin agak absurd dan gadanta gitu :v tapi ikutin aja ceritanya insyaAllah seru. Jangan lupa di vote+comment ya biar gue nggak bosen dan jenuh bikin ceritanya...author juga manusia yang lama-kelamaan jenuh, yee curhat. Udah sekian dulu ya, pantengin terus update-an terbaru dari cerita-cerita gue, salam.

5,3

PolaroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang