"Sindy! Kebo! Bangun... kampus woi!"
Wisnu sudah rapi dan berteriak dari jendela kamarnya.
membangunkan Sindy yang ㅡmungkin sajaㅡmasih tertidur. Wisnu hendak berteriak sekali lagi sampai...
"Berisik aku udah siap dari tadi..." Sindy keluar dari kamar ke balkon. Udah rapi plus wangi.
Juga udah cantik.
"Ya udah aku tungguin di bawah cepet!"
*****
"Iya... aku udah buat kok presentasinya bu wahyu... jangan bikin aku geregetan napa sih."
Sindy langsung nunduk pas didepannya Wisnu. Otomatis tanpa aba-aba Wisnu masangin helm ke Sindy.
Setelah nyelipin ponselnya ke telinga kiri, sindy lanjutin misuh-misuh yang Wisnu gak tahu sama siapa.
"Siapa sih kok bikin ricuh pagi-pagi.." wisnu bertanya sambil menjalankan motornya.
"Hah?"
"Siapa yang nelpon kayaknya ribut banget.." ulang Wisnu.
"Itu si pentolan korek, udah gak ikut buat presentasi pake acara ribet... padahal udah aku kirim semalem ke emailnya doi.."
"Pentolan korek? Siapa tuh?"
"Itu sih Khrisna.. nyebelin banget jadi orang."
"Udahlah, sin.... jangan marah-marah entar cepet tua lo."
"Cepetan gih biar bisa siap-siap buat giliran presentasi."
Wisnu cuma nyengir geli liat Sindy ngamuk pagi-pagi. Paling tamu bulanan lagi singgah. Pikirnya.
*******
Wisnu sedikit terhenyak kala melihat gadis itu masih
ada di balkon kamar selarut ini."Gak tidur?"
"Belum ngantuk, baru aja nyelesein tugas."
"Kebiasaan kamu tuh gak berubah. Begadang mulu."
Sindy gak dengerin apa kata wisnu. Dia memilih mendongakkan kepalanya dan liat bintangnya indah.
Ketika melepaskan pandangannya dari langit. Sindy terkejut karena Ia melihat wajah Wisnu dari jarak sedekat ini sampai Sindy bisa merasakan deru napas laki-laki itu.
Wajah Wisnu mungkin tidak semulus wajahnya. Tapi, untuk ukuran laki-laki yang tidak peduli penampilan. Wajah Wisnu bisa dibilang putih bersihㅡmeski ada bekas jerawat disana.
"Kenapa? Aku ganteng ya?"
"Pede amat."
Wisnu terbahak-bahak. Sindy memukul puncak kepalanya dengan bantal. Lalu memberi tatapan udah-malem-jangan-berisik-bego.
"Boleh meluk gak?" Sahutnya tiba-tiba.
Woy! Kesambet apaan nih dia minta peluk.
Sindy sih main meluk-meluk aja. Lah udah kenal dari jaman pake popok, masa minta peluk aja ga boleh.
Tapi,
Ada yang mengganjal saat Wisnu melepas pelukannya.
Wisnu menatapnya dalam. Sindy jadi bingung apa arti tatapan itu.
Sindy hendak masuk ke dalam kamarnya saat Wisnu menahan lengannya dan menyondongkan badannya ke balkon kamarnya dan mendaratkan bibirnya di bibir tipis Sindy.
Wisnu langsung saja masuk ke kamar setelah ulahnya barusan.
Sementara Sindy, Ia masih saja terpekur disana. Mencerna apa yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Sky
Short Story"aku menyukai langit malam dan isinya..." "karena kamu salah satu isi dari langit malam itu sendiri."