"Love is insane, and also I am."
Author's Side
Matahari bersinar terik, setidaknya cukup menyengat setiap orang yang berani bertarung langsung dengan sang raja siang. Langit cerah diikuti hilangnya arak-arak awan seputih salju yang biasanya nampak di langit, menyisakan hamparan lukisan biru muda yang setia menaung di angkasa. Singkat kata, siang ini panas. Bahkan bisa dibilang sangat panas. Jika kemarin Wendy bilang sedang musim dingin, itu salah besar karena saat ini setiap orang ingin melepas seluruh pakaiannya sakin panasnya. Poor Wendy.
Seorang lelaki keluar dari rumahnya dengan langkah malas. Sesekali dia menyeka bulir keringat yang mulai muncul di pelipisnya, membuat deretan poninya mulai acak-acakan tak karuan. Dia memperbaiki letak tas sport berukuran cukup besar yang bertengger di bahunya, nampaknya tas hitam itu menambah alasan banyaknya bulir keringat yang dia keluarkan siang ini.
"Panas.." batin Chanyeol sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke arah leher. Bahkan baju basket bernomor punggung 61 yang sedang lelaki itu pakai sudah penuh keringat sebelum Chanyeol sampai ke sekolah dan mengikuti latihan basket seperti biasanya.
Chanyeol menghentikan langkahnya, lalu asyik memandangi seorang gadis yang berjalan sambil membaca sebuah buku. Dia tersenyum miring, sepertinya dia mengenal gadis kutu buku itu.
"Wendy?" batin Chanyeol. Entah kenapa sosok gadis yang wajahnya tertutup buku itu nampak sangat mirip dengan Wendy, gadis nerd yang tadi menangis di kantin karenanya.Penasaran, Chanyeol kemudian mempercepat langkahnya dan mendekati gadis itu.
Brugh.
Chanyeol menganga. Gadis yang tinggal semeter di depannya itu kini jatuh tersungkur akibat tidak melirik polisi tidur, tentu saja karena gadis itu asyik membolak-balik bukunya. Wajah Chanyeol memerah, rasanya dia ingin menendang gadis ini ke planet Mars sekarang juga.
"YA!" teriak Chanyeol kesal sambil menarik celananya yang baru saja ditarik Wendy hingga menyisakan pemandangan boxer hitam yang menari-nari di depan mata si gadis.
Chanyeol's Side
"YA!" teriakku marah karena gadis yang semula mau kutemui dengan niat baik itu kini jatuh di depanku yang berimbas dengan tangannya yang mungkin sengaja atau tidak sengaja menarik celanaku hingga melorot, menyisakan boxer hitam yang kini menyambut mata Wendy.
Bisa ku lihat Wendy masih mengerjap-ngerjapkan matanya, mungkin dia masih belum sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan pada celana basketku itu. Persetan dengan Wendy, sedetik kemudian aku sudah menarik celanaku yang melorot itu dan memperbaiki letaknya seperti semula.
"YA! KALAU JALAN ITU PAKAI MATA!!" bentakku lagi setelah yakin letak celanaku sudah kembali seperti semula. Wendy kemudian berdiri kikuk dan sedetik kemudian kemudian dia berlari meninggalkanku yang masih marah-marah dan mengumpat tak jelas.
"YA! JANGAN LARI KAU!" bentakku lagi sambil memandangi Wendy yang sudah berlari dengan kecepatan maksimal. Aku memperbaiki letak tasku kemudian berusaha mengejar Wendy. Enak saja dia lari dari–
Brugh.
Sial. Aku memungut buku keparat yang baru saja membuatku jatuh dan menggores aspal yang panas. Tak ambil pusing, aku langsung berdiri setelah memungut benda bernama buku itu dan lanjut mengejar Wendy. Enak saja dia lari dari TANGGUNG JAWAB!.
"WENDY" teriakku lagi, tak disangka sekarang kami sudah masuk area taman komplek. Bisa ku lihat beberapa orang kini menertawakan tingkah kami berdua yang kejar-kejaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck On You「 wenyeol ft. hunrene 」✔
Fanfiction「 PRIVATE 」 • A collaboration fanfiction by Shaekiran & Shiraayuki Pernah membayangkan seorang ketua osis nan perfeksonis tanpa cacat harus bertemu dengan gadis super centil yang suka mengintip laki-laki? Pernah berpikir pula jika si jago pelaja...