1

221 25 14
                                    

"tegaaakkk... grak!"

seorang gadis berdiri diluar gerbang sekolah dengan mengenakan seragam sekolah. Sepertinya dia datang terlamabat sehingga harus upacara diluar gerbang sekolah.

Berdiri di luar pagar sendirian memang sangat menyedihkan, namun itu sudah biasa bagi pelangi. Tiada hari tanpa terlambat, mungkin itu kata-kata yang pantas untuknya.

Senin memang hari sial baginya, namun sebenarnya setiap hari tak pernah beruntug dalam hidupnya.

#

#

#

Upacara pun selesai, namun tidak begitu dengan hukuman untuk orang yang selalu terlambat datang ke sekolah.

Pelangi sudah tau apa yang akan terjadi padanya. Dihukum hormat tiang bendera selama dua jam pelajaran, atau membersihkan toilet sekolah, menyiram tanaman, atau yang lebih parah masuk ke ruang BK.

Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan yang membuat beberapa orang yang masih berada di lapangan mengarahkan pandangannya pada sumber suara. Pelangi yang sedari tadi menunggu diluar gerbang sekolah menarik nafas panjang. Dia sudah tau siapa itu dan dia juga pasrah akan semua yang akan terjadi.

"PELANGI!" suara yang sangat dikenalnya, suara penuh ketegasan dan emosi yang meluap-luap. Suara yang sangat lantang dan menggebu-gebu. Suara dengan tingkat volume yang tinggi dan...

Degg...

Degg...

Degg...

pelangi melirik orang yang memiliki suara itu. Benar saja ternyata itu guru yang selalu mengincarnya, guru yang selalu menghukumnya, guru yang selalu menceramahin dia, guru yang selalu mengancamnya dengan surat panggilan orang tua, guru yang selalu stay di pintu gerbang depan. dialah PAK SUPRI.

"Kamu mau kemana? Mau kabur? Udah tau telat masih aja mau kabur! Bagus ya! Udah berapa kali saya bilang jangan telat lagi pelangiii! Tapi liat ini! Kamu emang gak pernah ngedengerin omongan guru ya! Harus sampai kapan saya cermah kayak gini? Sampai kamu tamat? Belum cukup minggu kemaren saya panggil orang tua kamu? Sekarang kamu telat lagi?!" Teriak pak supri menggebu-gebu.

"Eh bapak. Maaf pak. Saya telat gara-gara..." pelangi berpikir sejenak.

"Gara-gara apa? Batrai jam kamu habis lagi? Ketiduran diangkot? Atau salah pakai seragam? Atau nolongin anak kucing yang kecebur di got lagi? Semua Alasan kamu itu udah basi tau nggak! Sekarang kamu ikut saya!" tukasnya sambil berjalan menuju ruang wakil kesiswaan.

Oh tidak! Ruang wakil kesiswaan? Pelangi bukanlah anak nakal yang harus mendapat hukuman langsung dari wakil kesiswaan. Walaupun dia selalu datang telat dan buat onar di kelas, sering tidak buat PR dan jarang buat tugas. Tapi dia selalu mematuhi aturan sekolah. Kecuali dalam hal disiplin.

Dia hanya mengekor dari belakang pak supri berdoa atas keselamatannya. Semoga saja kali ini dia dimaafkan lagi.

Pak supri berhenti di depan ruang wakil kesiswaan.

"Kamu tunggu disini!" Perintahnya sembari melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan itu.

Oh my god! Pelangi mulai panik. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia sudah membayangkan bagaimana nasibnya nanti.

Pak supri keluar dari ruangan itu dan menyuruh pelangi untuk masuk ke dalam untuk menerima hukumannya.

Dengan langkah ragu-ragu ia masuk untuk menemui pak agus selaku wakil kesiswaan yang menangani segala urusan berkaitan dengan siswa.

Tapi sepertinya pak agus mempunyai seorang tamu lain yang bermasalah.

Memang kebanyakan siswa yang bermasalah adalah laki-laki. Entah apa yang akan terjadi pada seorang pelangi.

Langit Untuk PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang