Kehidupan tak hanya berjalan tegak lurus dan terkendali sesuai keinginan.
Pasang dan surut, Naik dan turun, tak jarang pun membuat penikmatnya bergejolak menghadapi apa yang terjadi.Namun, apa daya? Meski rencana dan mimpi telah dibangun sedemikian rupa, kehendak tuhan mungkin saja berbeda. Skenario terbaiknya.
---------------------------------------------------
Memiliki tubuh tinggi ideal tentu menjadi keinginan setiap insan. Tak terkecuali aku yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas tingkat pertama.
Sebelum menceburkan diri ke kolam, aku bersama beberapa rekan memilih untuk berkeliling sebentar di salah satu tempat wisata itu.Wanita masa kini tentu tak terlepas dari budaya selfi. Melihat beberapa spot yang menarik perhatian kami, tak mungkin kami lewatkan begitu saja.
Salah satu dari kami langsung membentangkan tongkat eksis dan ponsel dengan kamera beauty yang semakin menunjang penampilan kami.
Hingga seorang pria menghampiriku yang sedang asik bergaya."Hei.. Ditungguin Fhandi di Gazebo tuh"
Ah, ternyata Arik yang menggangguku. Tapi, tunggu. Fhandi?Flashback on
"Rud, kamu enak banget sih punya pacar mulu. Aku juga pengen"
"Yaelah, zah.. Kamu mau sama siapa"
"Mana aku tau, rud.."
"Gmana kalo si Fhandi?"
"Fhandi mana?"
"Gak kenal juga? Dia kan temen se-organisasi kita"
Flashback off
Fhandi? Nunggu seorang Zahra di Gazebo? Ngapain? Aku sempat meliriknya yang sedang duduk dibawah atap gazebo. Ia tersenyum simpul saat aku meliriknya, jantungku berpacu tak terkira. Tak mungkin aku bertahan, dengan segera ku alihkan fokusku.
"Etdah, zahra.. Kok malah celingukan gtu sih? Buruan.. Ditungguin tuh"
Arik terus berbicara sambil menunjuk pria yang menungguku."Iya-iya"
Kucoba melangkahkan kaki dengan langkah pasti. Berbahaya jika ku tunjukan gelagat yang bisa membuatnya tau bahwa aku masih terjebak di masa lalu.
1 tahun lalu, semula semua baik-baik saja. Hingga suatu waktu, aku dan Fhandi terjebak dalam suatu pertengkaran hebat. Aku masih berdiri dengan keadaan terisak, dan ia pergi begitu saja. Enyah dari hadapanku. Dan kini ia datang kembali kehadapanku. Membuka luka lama meski luka lain mulai sembuh bersama dia yang tak lagi sama.
Fhandi terus menatapku. Aku tak kuasa untuk berjalan lebih dekat. Sekarang ia berdiri tegap dihadapanku dengan jarak sekitar 7 langkah.
"Ada apa?" Ku beranikan diri untuk membuka pembicaraan.
"Lama tak jumpa, zah.. Aku ada coklat buat kamu"
Ah, apa-apaan ini. Aku tak mungkin menolak. Pun untuk menerima pemberiannya. Dan untuk apa? Dalam rangka apa? Apakah mungkin?
Flashback on
"Ay.. Kemana aja sih? Aku kangen.."
"Udahlah, zah.. Aku cuma gak mau larang-larang kamu terus."
"Maksud kamu apa?"
"Kamu gak bkalan maju, zah.. Kalo aku ngelarang kamu terus. Aku bkalan bikin kamu bebas dan enggak terkekang lagi"
"..."
"Jangan nangis, zah.."
"..."
"Aku harus pergi"
Flashback off
"Zah? Kok bengong sih? Diterima ya"
Dia mendekat dan meraih lenganku untuk menerima sebatang coklat pemberiannya.
"Hah? Oh, enggak bengong kok. Makasih"
Aku terjebak nostalgia. Seketika brangkasku memutar lagi memori. Saat ia pergi sehari sebelum ia akan memperkenalkanku pada orang tuanya.
"Aku.. Mau kesana lagi ya"
Tentu saja aku bergegas pergi seblum semua semakin dalam."Zahra"
Refleks. Aku pasti langsung menoleh. Seseorang memanggilku.
"Kita pulang bareng ya."
Tuhan.. Apalagi ini. Wajahku pasti menunjukan ekspresi terkaget-kaget. Aku bingung harus bagaimana dan menjawab apa.
Biar ku singkat saja dengan acungan jempol.
Ah, kenapa aku menyetujuinya.
"Ka.. Kakak.."
Hah? Suara ibu? Kenapa ibu ada disini?
"Kak.. Bangun, kak.. Udah siang"
"..."
Tepat sudah dugaanku. Kejadian yang merupakan sebuah ketidakmungkinan. Bunga tidur semalam, menenggelamkanku kedalam bahtera angan penuh harapan. Seakan sungguh nyata terjadi.
Entah mengapa meski telah lama kau pergi. Masih saja yakin ini hadir dalam sukmaku. Aku terlalu mengharapkanmu.
*Next story,hehe
Maaf untuk karya saya yang masih jauh dari kata baik. Mohon kritik dan sarannya^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranah Hayati
Short StoryHidup berliku menjadi jalan dari kenyataan semu, tak ada lagi ragu ketika aku dekat dengan pencipta semesta yang tak pernah keliru Mencoba menjadi seorang hayati..