Ashley POVGadis remaja SMA yang selalu dijauhi oleh teman-temannya karena memiliki rupa yang buruk dan tidak memiliki selera berpakaian yang baik itu aku, Ashley Jodie Vaughn. Aku adalah anak dari Degar Jodie Vaughn dan Kania Lamas Vaughn. Mereka adalah orangtua yang hebat. Dad merupakan CEO dari perusahaan milik keluarga yaitu Vaughn Inc dan Mom adalah seorang model cantik yang terkenal. Semua orang tidak ada yang tidak mengenal mereka. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki tampan bernama Aska Jodie Vaughn. Ia mengambil jejak mom sebagai model remaja dan akan menjadi penerus dad sebagai next CEO di Vaughn Inc. Begitu sempurna kan keluargaku?
Tapi terkadang aku bingung dengan diriku sendiri karena hanya aku yang berbeda. Aku memiliki penampilan buruk yang berbading terbalik dengan dad, mom dan Aska yang membuat kepercayaan diriku buruk seperti penampilanku. Anak-anak sekolahku sering meledek karena hal itu. Tapi mom sering meyakinkanku bahwa itu hanya angin lalu.
Dengan kaca mata hitam tebal, rambut sebahu mengembang, gigi yang tidak rata dan jerawat yang menghiasi wajahku ini selalu menjadi penampilan sehari-hariku. Entah sejak kapan penampilanku seperti ini, aku hanya sibuk menyesali tanpa repot-repot memperbaikinya. Bukankah itu cukup menjadi alasan kenapa teman-teman maksudku anak-anak sekolah mengejekku sebagai Ashley si buruk rupa?
Sekarang aku mulai sekolah memasuki semester awal ketiga. Hari-hari SMA yang kumiliki terlihat sama saja 'tidak seru' itulah yang dapat menggambarkannya.
"Asi, apakah telingamu tuli hingga tak bisa mendengarkanku, heh?" Panggil seseorang yang sedaritadi berjalan disampingku "Apakah ada yang mengacaukan pikirinmu? Katakan saja padaku" sambungnya.
Aku tersenyum kearah Matt dan memberikan jawaban dengan gelengan.
Matt mengedikan bahunya melihat respon yang aku berikan "Baiklah, jika kau sudah ingin bercerita, ceritalah oke?"
"Oke" Jawaban yang kuberi sambil menyatukan jari telunjuk dan ibu jariku "Aku akan melihat kelas apa yang akan kutempati" tambahku ketika sadar, ini adalah hari pertama aku sekolah.
Oh iya, aku belum bercerita tentang Matt ya? Matt adalah satu-satunya orang yang mau mengulurkan tangannya dan menjadi temanku. Mungkin ia iba terhadapku tapi dia sangat baik, percayalah.
Kita sudah berteman semenjak kita duduk dibangku sekolah menengah pertama sekitar 4 tahun yang lalu. Dulu aku selalu duduk di taman sekolah untuk membaca novel kadang-kadang sambil mendengarkan musik yang aku suka. Dan Matt selalu datang ke taman sekolah setelah ia selesai bermain basket untuk mencari angin sejuk yang dapat menyejukkan badannya yang terasa gerah. Dan karena itulah kita berteman sekarang. Oh ya, Ia adalah kapten basket sekolahku. Begitu hebat bukan?
"Kenapa sekarang kau senyum-senyum tidak enak dipandang seperti itu, Asi?" tanya Matt yang melihat kelakuanku sedari tadi.
Lamunanku buyar karena perkataan Matt dan mendelik kesal kepadanya "Kau selalu meledekku, Matt. Aku kesal kepadamu" Aku melaju melewati Matt dan meneruskan tujuanku ke papan pengumuman tidak perduli terhadap panggilan buruk Matt.
Setelah aku sudah berada di tempat papan pengumuman itu terpajang, aku menelusuri papan tersebut dan mencari nama sekaligus dimana kelasku berada. Dan tidak lupa dengan nama teman sialanku itu.
Ashley Jodie Vaughn 11 MIPA 1
Matt Louis Glover 11 MIPA 3Aku tersenyum miris melihat namaku dan nama Matt memiliki ruangan kelas yang berbeda "Bagaimana, sayang? Apakah kita memiliki kelas yang sama?" Matt menunggu jawabanku sambil melipat tangannya di depan dadanya yang kekar.
Aku memukul bahunya dan Matt meringis karena pukulanku yang cukup keras "Jangan memanggilku dengan panggilan sayangmu yang menjijikan itu, Matt" kataku yang juga menuruti gaya melipat tangan didada "Dan yah, sebaiknya aku membuat pesta karena parasitku kini sudah tidak menempel lagi padaku" sambungku sambil tertawa jahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alteration
RomanceSuatu perubahan itu pasti ada. Baik itu perubahan buruk atau baik, tak ada yang tahu. Kita hanya bisa menunggu kapan perubahan itu akan datang, tak tahu cepat atau lambat hanya sang waktu yang bisa menjawabnya.