BAB 3

213 16 0
                                    

Pic of Naura

"Bengong aja lo, kenapa?" kata Alysa melihat Naura hanya mengaduk-aduk siomay yang Dia pesan. Naura dan Alysa sedang berada di kantin kampus setelah 2 jam berkutat dengan kuliah Pisces, mata kuliah yang sangat menyebalkan. Mempelajari tentang bagaimana ikan bernapas, sistem pencernaan ikan, sistem reproduksi ikan, dan bla bla bla. Well, mereka juga tidak akan memperhatikan hal-hal itu ketika mereka sudah dihadapkan dengan gurame bakar atau kakap asam manis.
Alysa memperhatikan sudah beberapa hari ini Naura bersikap sedikit berbeda. Dia seringkali melamun dan kehilangan fokus. Naura bahkan tidak serajin biasanya dalam mencatat materi-materi kuliah.
"Elo kenapa sih, Ra? Gue perhatiin lo sering banget bengong. Elo lagi ada masalah apa?" tanya Alysa ketika pertanyaannya belum dijawab Naura.
"Gue kemakan omongan gue sendiri, Al,"
"Maksud lo?" tanya Alysa dengan dahi berkerut. Naura mendesah dan mengusap wajahnya lelah.
"Gue jatuh cinta, Al," bisik Naura. Alysa berkerut bingung mendengar bisikan Naura, dan seketika tawanya pecah. Naura menengadahkan wajahnya, bingung dengan apa yang membuat Alysa tertawa.
"Well, gue gak lagi ngelucu, Al." Naura masih harus menunggu hingga sahabatnya itu berhenti tertawa.
"Seriously? Kalo gue gak kenal lo dari dulu, gue bakalan mikir kalo elo lagi patah hati. Jatuh cinta itu gak dosa, Ra. By the way, who's the lucky guy?" kata Alysa sambil menaik-turunkan alisnya, menggoda Naura.
"Gue serius, Al,"
"Hey, yang bilang elo bercanda siapa?"
"Tapi gue gak bisa jatuh cinta. Gue gak mau, elo tau sendiri,"
"Gue gak tau Ra, gue gak ngerti. Yang gue tau selama ini cuma elo yang anti banget sama yang namanya cinta, tapi gue gak tau kenapa elo sampe punya pemikiran kayak gitu. Elo gak pernah cerita sama gue. Selama elo gak cerita, selama itu pula gue gak akan bisa ngerti jalan pikiran elo,"
Naura menatapnya dengan perasaan bersalah. Dia ingin sekali bisa berbagi masalahnya dengan sahabatnya itu, jadi Dia tidak akan merasa sendirian. Tetapi masa lalunya terlalu rumit untuk diceritakan, Naura tidak tau harus memulai dari mana.
"Maaf, Al,"
"Ra, gue ngomong gini bukan untuk maksa elo cerita sama gue. Kalo elo ngerasa waktunya tepat, elo pasti akan cerita sama gue. Gue  cuma pengen elo ngerti, gue selalu berharap yang terbaik buat lo. Dan menurut gue, terlepas dari apapun masa lalu lo, elo berhak untuk bahagia Ra."
"Thank you, Al. It means a lot to me," ucap Naura pelan dan tersenyum tipis. 
"No problem," sahut Alysa mengangkat bahunya acuh. "Hey, elo belum jawab pertanyaan gue. Who's the lucky guy? " tanya Alysa mencodongkan badannya antusias.
"Jangan berani-berani elo ketawa kalo gue ngomong,"
"Gak akan," sahut Alysa yang terkekeh pelan, Dia penasaran laki-laki mana yang bisa meluluhkan hati es sahabatnya itu.
"Boss gue, Bang Raihan," kata Naura menundukkan wajahnya malu. Naura mengangkat wajahnya ketika tidak mendengar respon dari Alysa. Alysa menegakkan tubuhnya dan memandang Naura dengan kaget. 'Dari sekian banyak laki-laki, kenapa harus Raihan?' batin Alysa.
"Elo gak apa-apa, Al?" tanya Naura khawatir. Ini bukan respon yang diharapkannya ketika memutuskan untuk memberi tahu Alysa, Dia mengira Alysa akan tersentak kaget dan berteriak kegirangan seperti ketika Naura menceritakan secret admirer-nya memberikan Naura bunga, coklat, atau setumpuk hadiah lainnya.
"Huh? Gue gak apa-apa. Makasih, elo udah mau terbuka sama gue," sahut Alysa pelan dan tersenyum tipis. Naura mengernyit heran melihat senyum terpaksa Alysa. 'Apakah ada yang salah dengan Raihan? Apa gue gak pantes untuk Bang Rai? Atau jangan-jangan. . '
"Elo suka sama Bang Rai, Al?" tanya Naura pelan, berharap pertanyaannya tidak menyinggung Alysa.
"Are you kidding me? Hey, gue ketemu Mas Raihan aja cuma sekali, gimana elo bisa nyimpulin gue bisa suka sama Dia?" ucap Alysa heran. Kalau memang hanya itu masalahnya, Alysa bahkan akan dengan senang hati mundur dan mendukung Naura dekat dengan Raihan.
"Maaf, habisnya respon lo kayak yang gak setuju aja gue cinta sama Bang Raihan,"
"Bukan gitu maksud gue, Ra, ," ucap Alysa. Ini tidak semudah yang pernah Dia bayangkan sebelumnya. Alysa mengehela napas pelan dan menatap Naura yang masih berkerut bingung menunggu penjelasannya.
"Gue bukannya gak setuju, gue cuma kaget aja,"
Naura mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, masih belum puas dengan alasan Alysa. Tetapi Dia tidak bertanya lebih lanjut. Kalau memang terbukti bahwa Alysa juga menyukai Raihan, Dia lebih memilih mundur. Persahabatan adalah prioritas utamanya.  

~~~

Naura melihat ponselnya gelisah, mengira-ngira apakah sudah ada balasan telpon ataupun sms. Hujan diluar tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, Naura bingung apakah Dia harus menunggu Raihan atau memanggil taksi dan langsung pulang ke apartmen.
'Kemana sih Bang Rai??' rutuk Naura
Naura masih ingat ketika suatu malam ketika Raihan meminta Naura untuk menunggunya menyelesaikan pekerjaan dan mengantarkannya pulang. Naura harus segera pulang dan menyelesaikan tugas kuliahnya, dan menunggu Raihan artinya menunda jam tidur Naura yang terancam berkurang. Karena pulang tanpa pemberitahuan malam itu, Naura harus mendengarkan ocehan Raihan tentang bahaya pulang malam, Naura yang perempuan dan rentan mengalami kejahatan, Naura yang membangkang, dan bla bla bla selama 2 jam penuh. Bahkan pegawai-pegawai cafe lainnya tidak berani menghadapi Raihan yang moody hari itu.
"Bodo amat, 15 menit lagi masih belum ada balesan, gue pulang sendiri," geram Naura dan segera melanjutkan membersihkan  meja cafe dan bisa segera pulang.

Setengah jam kemudian, Naura sudah berada di dalam taksi mencoba menghubungi Raihan. Dia sudah menghubungi Raihan untuk yang kelima kalinya, tetapi tidak ada yang satupun yang tersambung. Naura menutup ponselnya kesal dan menatap keluar jendela mobil, menikmati pemandangan kota yang seakan tidak pernah tidur.
Sejumlah komunitas memenuhi beberapa sudut kota, mobil-mobil masih padat merayap walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Naura bisa melihat dengan leluasa cafe-cafe yang berlomba-lomba untuk menarik perhatian para pengguna jalan, pemandangan kota pada malam hari selalu membuat Naura berdecak kagum. Tatapan matanya berhenti pada dua orang pengunjung yang duduk di sisi luar cafe. Naura bisa melihatnya dengan jelas, taksi yang ditumpanginya berhenti di lampu merah tepat di sisi cafe. Hatinya seperti diremas ketika melihat perempuan itu menangkupkan tangannya di atas tangan lelaki itu. Pantas saja telponnya tidak ada satupun yang tersambung. Apakah orang yang mengatakan baru sekali bertemu akan terlihat seakrab itu, seperti layaknya sepasang kekasih.
Naura baru menyadari bahwa Dia menangis ketika tetesan air mengenai kepalan tangannya. Dia mengusap air matanya kesal, dan menatap ke depan. Persahabatan adalah prioritas utamanya, Dia akan mundur apabila sahabatnya itu memang menyukai Raihan. Tetapi Naura tidak bisa menahan rasa iri ketika Dia bukan satu-satunya wanita yang mendapatkan perhatian Raihan.

~~~

Naura menghembuskan napas lega ketika Imelda mengatakan Raihan baru saja keluar tepat sebelum Dia datang ke cafe. Jujur saja, Naura masih belum bisa menghadapi Raihan. Sms ataupun telpon dari Raihan dan Alysa belum ada satupun yang Naura respon.
"Earth to Naura. Hey, kita lagi banyak pengunjung. Jangan bengong aja," sahut Imleda menepuk bahu Naura pelan.
"Oke,"

Naura baru saja kembali dari dapur ketika Imelda menarik tangannya.
"Kenapa sih, Mel?" tanya Naura.
"Elo jangan langsung liat ya,"
"Liat apaan?" Naura mengernyit bingung melihat keanehan Imelda.
"Husshh. .dengerin gue dulu," potong Imelda menekan telunjuknya di depan mulut, meminta Naura untuk diam.
"Laki-laki yang di deket kaca besar dari tadi ngeliatin elo terus. Pas elo nyatet pesanan, beresin meja, sampe elo ke dapur tadi," bisik Imelda antusias.
"Oh, , laki-laki berjas itu?"
"Wah, elo merhatiin juga ternyata," sahut Imelda mengerlingkan matanya.
"Mel, pengunjung kita cuma tinggal Dia sama 2 perempuan di pojokan sana. Kalo bukan Dia, siapa lagi yang elo maksud?"
"Hehehe. .iya juga," sahut Imelda sambil menggaruk lehernya.
"Lagian elo salah liat kali. Kali aja dia ngeliatin elo?" tunjuk Naura sambil terkekeh geli.
"Well, gue sama sekali gak keberatan diliatin cowok keren kayak Dia,"
"Sarap lo," sahut Naura kesal dan meninggalkan Imelda yang masih menatap laki-laki itu kagum. Naura bukan tidak sadar, Dia memang  merasa seperti diperhatikan. Karena penasaran, Naura menatap laki-laki itu yang sudah lebih dulu menatap Naura. Lelaki itu bahkan tidak mengalihkan pandangannya ketika Naura menangkap basah laki-laki itu menatapnya.
'That's creepy!' pikir Naura.

~ Setelah tanya sana-sini sama mbah google, masih belum ada yang cocok dan sesuai dengan imajinasi sya tentang tokoh yang memerankan Alysa dan Imelda. Mungkin para pembaca bisa comment dan kasih usul disini ya. 😉😊 ~

-Betewe jangan lupa Votenya guys- 😬😳


~~261216~~

NAURAWhere stories live. Discover now