BAB 7

103 9 0
                                    

Raihan mengehela nafasnya pelan, tidak ada yang bisa dilakukannya apabila Naura memang sudah memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Ade. Naura benar, Dia tidak berhak untuk mengatur hidup Naura karena memang Dia bukan siapa-siapa.
"Abang ikutan seneng kalo memang itu udah jadi keputusan Kecil dan bisa bikin Kecil bahagia," sahut Raihan akhirnya dengan senyum kecilnya.
"Tentu aja gue bisa bikin Naura bahagia, Re. Elo gak perlu kuatir,"
"Gue pegang omongan lo, De. Jaga adek gue baik-baik,"
"Gue berasa kayak ngadepin kakaknya Naura aja kalo gini," gumam Ade pelan yang tidak luput dari pendengaran Naura.
Naura mengalihkan matanya yang sudah mulai berkabut dan menatap ke jalan diluar cafe, mengerjapkan matanya pelan untuk menghalau gumpan-gumpalan bening yang mengancam untuk meloloskan diri.
"Ya udah kamu siap-siap pulang gih, bareng Ade kan pulangnya?" tanya Raihan sendu dan mengusap kepala Naura pelan.
"Ya jelas bareng gue dong, Re. Kan tadi sampek sini bareng gue," Ade menyentak tangan Raihan dari kepala Naura dan menatap laki-laki gondrong itu tajam. Raihan yang dikuliti dengan tatapan tajam Ade itu hanya menyeringai kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan sambil berlalu dari hadapan mereka.
"Udah gak usah diliatin terus. Percuma juga kamu liatin, Dia gak bakalan liatin kamu balik. Nanti kamu malah sakit sendiri," Ade yang melihat Naura masih menatap ke arah kantor Raihan seakan bisa menembus dinding dan melihat Raihan dibaliknya, sudah tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak berkomentar.
Bagaimana tidak kesal jika pacar sendiri malah sibuk melihat laki-laki lain di depan mata. Mungkin saat ini Naura masih bisa menghiraukannya, tetapi Ade akan melakukan apa saja untuk membuat Naura hanya melihatnya dan tidak berkeinginan untuk melihat atau memikirkan laki-laki lainnya.
Ade bisa melihat bibir gadis itu sudah bergetar menahan tangis. Mungkin kata-katanya memang sudah keterlaluan, tapi Dia tidak peduli. Semuanya harus berjalan sesuai yang Dia rencanakan, membuat wanita ini hanya melihatnya.
"Aku gak suka kamu diemin gini. Kamu punya mulut kan? Atau aku emang lagi ngomong sama tembok?" sahut Ade ketika Naura mulai beranjak tanpa berniat menatapnya.
Naura memicingkan matanya, wajahnya sudah memerah menahan marah yang sedari tadi sudah ditahannya.
"Elo. .elo cowok paling gak berperasaan yang pernah gue temui. Gue benci sama lo, benci banget sama lo," ucap Naura dengan suara pelan dan jari telunjuk yang ditekannya di dada keras Ade.
Ade menangkap jari Naura dan menggunakan tangan lainnya untuk menarik kepala Naura mendekat ke arahnya.
"Kamu jangan nantang aku, Naura. Aku bukan laki-laki yang memiliki kesabaran yang tinggi. Aku bisa melakukan apapun sampai kamu hanya bisa menggantungkan hidup kamu sama aku. Aku bisa jadi prince charming seperti di novel-novel roman picisan yang sering kamu baca, tapi aku juga bisa jadi mimpi buruk kamu. Aku bisa membuat kamu menyesal bersikap seperti ini sama aku," bisik Ade tepat di telinga Naura. Naura masih bisa merasakan rambut tengkuknya berdiri mendengar keseriusan ancaman Ade.
"Cepet siap-siap, nanti keburu malem," Ade melarikan tangannya yang meremas kasar rambut Naura ke pipi Naura yang halus, dan mengusapnya pelan.
Naura masih limbung saat Ade mendorong bahunya pelan. Laki-laki itu memang sudah gila, berkepribadian ganda. Mungkin saja ucapan Ade hanya gertak sambal, tapi Naura bisa merasakan Ade serius dengan setiap kata yang diucapkannya.

~~~

"Elo belom mau cerita sama gue, Ra?" Saat ini Naura dan Alysa sedang berkutat dengan laptop mereka di kos Alysa, menyusun laporan untuk tugas kuliah mereka.
"Cerita apaan?" jawab Naura tanpa mengalihkan fokusnya dari layar kotak itu.
"Hubungan lo sama Ade," seketika gerakan jari Naura berhenti, Dia tidak menyangka Alysa akan mengangkat topik yang sama sekali tidak ingin dibahasnya.
"Lo sama Ade udah bukan kayak orang pacaran, terutama elo. Muka lo kayak yang ketemu musuh bebuyutan aja,"
Naura terdiam dan menautkan jari-jarinya dengan gelisah. Dia tidak tau apa yang harus dikatakannya. Sudah 2 bulan hubungan anehnya dengan Ade berjalan, tidak ada yang spesial. Tidak ada malam mingguan, makan malam romantis, bunga dan hadiah-hadiah berkesan. Ade adalah laki-laki penuh kejutan, Naura bahkan tidak berani membayangkan kejutan apa yang menunggunya ketika Dia membuka mata di pagi hari.

NAURAWhere stories live. Discover now