BAB 12

28 1 0
                                    


Sudah 10 menit terakhir ini Naura selalu melihat ke arah jam. Dua puluh menit lagi waktunya dia pulang, tetapi debaran jantungnya tidak kunjung berhenti. Kali ini bukan karena Raihan, tetapi dengan pacar posesifnya itu.

"Ra, kamu jangan pulang dulu, Ade dateng telat soalnya macet," Naura tersentak ketika mendengar suara Raihann yang membuyarkan lamunannya.

"Eh, bang, Naura nebeng bang Rai aja ya pulangnya. Kan udah lama Abang gak nganterin Naura lagi," pinta Naura memelas. Sudah cukup pagi ini dia sudah diamuk Raihan, rasanya Naura tidak sanggup kalau harus menghadapi satu Hulk lagi.

"Kenapa? Biasanya juga ngintilin Ade terus," sahut Raihan geli, walaupun Naura melihat kilat sedih di mata abangnya itu.

"Ya kan Naura kangen sama bang Rai," sahut Naura polos dan mendapat jitakan pelan di kepalanya yang membuat Naura meringis.

"Kali ini gak mempan rayuan kamu. Ade udah pesen kamu disuruh jangan kemana-mana. Kamu disuruh nunggu disini, duduk manis nungguin dia. Lagian mau kabur-kaburan sampek kapan, hmm?"

Naura semakin cemberut mendengar ocehan Raihan yang menohok itu, tentu saja Naura memang berniat kabur dari Ade.

"Maksud Naura gak gitu kok. ."

"Kalo ada masalah diselesain, bukan malah dihindarin kayak gini, semalem itu akibatnya. Malah kabur-kaburan bikin semua orang khawatir," Naura meringis mengingat tingkahnya semalam dan amukan Raihan tadi pagi. Naura berjanji dalam hati tidak akan bertingkah konyol seperti semalam, dia tidak mau menghadapi Raihan yang emosi seperti tadi. Cukup sekali!!! Batinnya.

"Tapi Naura udah lama banget gak jalan-jalan sama bang Rai, yah kali ini aja yah, kita jalan-jalan bang. Naura bosen di rumah. Ya ya ya??" Naura memohon sambil menangkupkan kedua tangannya. Raihan juga kangen sekali dengan adik kecilnya ini, sudah lama mereka tidak menghabiskan waktunya berdua, terutama sejak Naura menjadi pacar Ade.

"Mau kemana lagi, hmmm? Mau kabur kemana lagi?" Suara yang sangat dikenali Naura membuat Naura dan Raihan menoleh dan menatap Ade yang sudah terlebih dahulu menatap Naura dengan tajam.

"Ambil barang-barang kamu, ayo pulang," sahut Ade dingin. Naura memainkan jar-jarinya gelisah, berharap Raihan membawanya kemana saja asalakan tidak menghadapi Ade yang wajahnya tidak bersahabat itu.

"Sekarang Ra!!" sentak Ade ketika Naura tidak kunjung beranjak dari tempatya berdiri. Naura tersentak dan buru-buru ke dalam untuk membereskan barang-barangnya. Samar-samar naura mendengar suara tinggi Ade dan Raihan, sepertinya mereka sedang bertengkar.

"Ada apa, Ra? Tanya Imel yang melihat ekspresi takut Naura.

"Ada Ade di depan. Dia marah besar kayaknya,"

"Gara-gara semalem?"

"Iyaa," rengek Naura seakan meminta pertolongan kepada Imelda.

"Ra, ayo cepat diberesin barang-barang kamu, Ade udah nunggu di depan."

Rasanya Naura ingin menangis saja.

"Yahhhh, abang yang nganterin Naura yaaa??" pinta Naura dengan mata merebak. Melihatt kondisi Naura itu, Raihan sebenarnya tidak tega. Tapi masalah mereka juga harus segera diselesaikan.

"Udah Naura tenang aja, Ade gak bakal nyakitin Naura. Seperti yang abang bilang tadi, kalo ada masalah dihadapi ya. Ini kan salah Naura, Naura juga harus berani menghadapi resikonya. Sahut Raihan yang semakin membuat Naura cemberut. Dengan berat hati dan langkah pelan, Naura berjalan ke arah Ade yang sedang duduk membelakanginya.

NAURAWhere stories live. Discover now