Twenty

2.1K 61 5
                                    

Pagi cerah. Suasana baru dalam keadaan belibet yang menjadi kelas ricuh akibat jadwal baru disemester dua ini. Menikmati liburan dalam kurun waktu cukup 2minggu hingga harus menghembuskan sesering mungkin nafas dalam-dalam, kenapa? Tentu kebijakan kepala sekolah tercinta kita disini mengubah dalam percobaan yaitu moving class kepada semua murid tapi masih diuji cobakan pada kelas 10 dan 11 saja.

Sekarang sudah ada bagian selebaran dimeja semua murid, gue cuma natap tanpa menyentuh sebelum kertas itu melayang ketangan jahil lelaki yang kini duduk disebelah gue.

"lo pasti pilih Fisika, Seni musik, sama...." dia meneliti kesemua deretan barisan itu, "Geografi!"

what? Itu pilihan yang sangat bertolak belakang sama kriteria yang ga banget harus gue jalanin, gue bingung sama rumus Fisika, gue ga bisa nyanyi apa lagi mainin musik, terusss gue lebih tertarik menjelajah luar angkasa dari pada gejala-gejala bumi apalah gue gangerti itu. Yang pasti Erik, dia udah nyoret sembarangan pilihan itu semua asal.

"Fisika?! Musik?! Geo?! Lo mau bunuh gue rik?" kata gue histeris.

"lo lebay amat deh za"

"nggak! Nggak! Gue mau pilih Biologi, Seni rupa design, sama Astronomi aja titik!" gue merebut kertas gue dari tangan Erik mencoret semua pilihan awal yang dipilihnya menjadi pilihan yang lebih tepat sesuai kemampuan gue.

"za kita gakan ada yang sekelas dong?" tatapnya meneliti lagi lembaran miliknya dengan kepunyaan gue yang bertolak belakang banget pilihan kita.

"kelas fisika dong lo samain sama gue, yayayaya!" Erik menarik alih kembali, pasrahnya gue gabisa ngapain-ngapain karena dia mencoret Biologi menjadi Fisika lagi dan dongkolnya Erik ngumpulin selebaran itu ke ketua kelas tanpa bisa diambil lagi.

Shit! Dia tau kelemahan terbesar gue di Fisika, bisa apakan gue kalo nginget rumus aja butuh beberapa jam buat ngertiin, cara mengenal mana hukum newton dan statistik aja gue cengo, mana ngertiii Tuhaan!

"Erikkk! Jahat lo sumpah!" gue menjambak jambak rambutnya sampe puas dihadapan anak-anak sibuk ngisi alih alih mencocokkan satu sama lain, heran ngeliat kehisterisan gue.

"ampun za ampuunn.."

"woy woy moving class sekarang! Jadwalnya ada dimading kelas masing-masing katanya"

Sleb! Semua murid mengarah kearah sumber suara seketika hening.

Bruk! Bruk! Jedarr! Ckittt.. Suara rusuh setelah beberapa detik mereka mencerna hasil pendengaran dari seorang ketua kelas sebelah mengumumkan apa yang seharusnya dia tahu bahwa mading kelas itu hanya beberapa meter panjangnya dan harus berdesak-desakkan sekarang demi melihat jadwal. Suara desakan riuhnya ocehan saling grasak grusuk demi melihat selembar kertas penting dimading itu, meja kursi mulai tidak sejajar ditambah jambakan beberapa orang pada temannya menyingkirkan bagaikan kuman nakal menempel didinding.

"yes! Jadwal gue cuma matematika sama Asronomi ajanih, pulang cepet donggg" rius suara dari keramaian sekumpulan orang derdesas desus.

"Hoaa! Fisika jam pertama? Gila diruang lab atas?"

"eh eh apaan? Gue liat dong minggir dikit lo" kata gue mencoba membelah kerumunan itu susah payah dan akhirnya berada paling depan juga.

"HAA!! Erik fisika sekarang! Mampus gue" yaps sekarang gue masih histeris aja liat jadwal pertama berada di lab ruang teratas bersama sekumpulan propesor.

"buruan nanti telat za!" Erik narik tangan gue dari kumpulan orang-orang yang mulai mengeluarkan tanduk kepala mereka karena kehebohan gue juga Erik yang sedari tadi saling ga bisa diem, mungkin tepatnya gue yang heboh.

Tears of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang