Twenty Seven

1.9K 62 4
                                    

Sebenernya masih bingung sampe part berapa cerita ini. Udah dapet ending sama masalahnya kok. Cuma..... Mungkin belum rela melepas :(

Twenty Seven

Ini bukan pertandingan pertama atau kedua gue nonton. Tapi ini malah jadi hal pertama Bastian duduk di bangku cadangan. Gue tau semakin dalam seluk beluk kebiasaan buruk baik cowo gue hampir mendekati setahun ini. Dalam perlombaan ekstern Specta ini di akhir semester 2 Bastian pertama kali menduduki bangku cadangan, dan sempat menjadi konflik antara teamnya. Bastian gapernah mau duduk dibangku cadangan selain dia terkena cedera berat misalnya, semua setuju karena kemampuanya yang hebat. Tapi tanpa sebab gini? Gue gayakin Bastian lagi cedera. Jalan lancar, sakit gue rasa cuma agak kurus aja sii minggu-minggu ini karena dia kecapean full latihan dan anemia yang dideritanya juga pasti gangaruh lah ya mungkin.

5menit lagi Bastian akan bermain diquarter ke 3, gue bersemangat menyoraki namanya.. Berkali-kali Bastian berucap I love you lewat isyarat bibir dan tangan tanpa suara jelas, tapi gue ngerasa semakin hari hubungan gue bertambah baik. Sebelum bersiap gue semakin terbiasa ngeliat Bastian meminum obatnya itu, oh lebih tepat vitamin. Gue juga selalu mengingatkan jadwalnya minum vitamin sekarang, Bastian selalu lupa.

"AYO SEMANGAT BASTIAN!" sorak gue tanpa malu, karena yang lainpun takkalah memalukan haha.

"pertandingannya seru ya za.." suara itu membuyarkan gue dari lapangan.

"Annabel? Eumm iya seru.." jawab gue sedikit bingung melihat ketiba-tibaannya.

"za turun!!" teriak Erik dari bawah sana gatau mau apadeh yang pasti gue tolak, lebih baik melihat dari atas jelas.

"dia cowok lo?" suara Annabel terdengar lagi.

"Erik? Maksud lo Erik cowok gue?" gue mengulang pertanyaannya, didapati pandangan takterbaca maksud Annabel nanya gini ke gue.

"bukan. Jelas bukanlah, dia sahabat gue" jawab gue, Annabel hanya tersenyum.

Senyumnya sama. Dia menampilkan senyum yang sama pada setiap orang. Mempesona, ramah dan cantik. Pesona yang indah yang berhasil dia dapati, sedangkan gue memendam iri. Tapi kediaman kami bersebelahan kadang terdengar suara memekik ngeri ketika Erik terjatuh, apa tandanya dia suka? Karena setiap kali gue tahu Erik mengejar hati Annabel yang dingin.

Quarter 4 berlangsung akhir dari kemenangan nantinya, tapi masih belum menentu karena skor terus saling bersusul imbang. Lagi-lagi Bastian duduk dibangku cadangan hanya bermain di quarter 3 saja, ada apa dengan Bastian? Gue kecewa ngeliat di final ini dia bermain gakseperti biasanya. Yang gue liat dia berdiam diri dibangku melingkarkan handuk kelehernya.

"pertandingan udah mau selesai, lo mau ikut kebawah?" ajak gue ke Annabel.

"boleh?" tanyanya yang takpercaya.

"ya bolehlah, yuk" gue menarik tangannya menuju kerumunan orang banyak untuk menembus ke arah depan tapi susah.

"kita tunggu sini aja" kita berhenti mendengar semua sorakan bahagia dari depan, pasti kemenangan sudah kembali diambil team sekolah lagi.

"apa kita menang?" Annabel menggeliat untuk melihat kedepan.

"za! Menang lagi!" teriak disamping gue yang sudah stay siap meminta peluk tapi gue menghindar cepat yang ada Erik nyatanya terlalu cepat ambil tindakan sasaran terkena pada Annabel.

"ups.." gue melihat adegan cukup spektakuler.

Erik memeluk Annabel dimuka umum sekolah gini, semua memandang iri.

"sorry gue salah oranggg" dilepasnya pelukan itu, erik mengelus tengkuknya salting sedangkan Annabel tertunduk malu.

"ehem, gue kabur dulu ya" ciatt gue berlalu tanpa denger seruan Annabel dan Erik mencari sosok Bastian yang menghilang di lapangan.

Tears of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang