SPECIAL PART

3.5K 70 2
                                    

HAHAHA! Gue tau ini bukan Epilog kok. Tapi tambah chap spesial untuk kalian yang masih setia mau baca cerita nggak menarik ini. Bahasanya makin kacau tiap hari, inspirasinya udah sering ilang ganti sama pengen buat cerita baru sumpah!!!

Jadi disini cuma ngungkapin kebenaran yang masih ganjal aja kok HEHEHE MAAPIN YAK! SELAMAT MENIKMATIII!!! Dan gue mau disini lebih banyak yang VOTE DAN KOMEN! DITUNGGU WAJIBBB WAHAHA! Setelah ini janji langsung Epilog kokk *kecupelukbasah*

***

Terkapar disebuah ruang hampa yang kini-- tak lagi terasa bernyawa semenjak sudah tigaminggu berlalu peristiwa tersebut berlangsung. Melihatnya tak lagi membuka mata dengan kedua mata sendu tegasnya, tangan hangat yang kekar seolah meninggalkan belaian terakhir ketika dalam dekapan, juga senyum yang sudah takkan bisa terukir sampai kapanpun orang lain miliki. Tapi menyisakan kenangan demi kenangan manis sebagai memori terkuat selama 3tahun belakang ini.

"makan dululah za," suara berat itu terdengar dari balik pintu dengan langkah kaki pelan lalu terdengar sedikit suara piring dan gelas saling beradu disebuah meja.

Masih sama dari hari ke hari untuk jawaban yang mungkin cukup lirikan menanggapi semua pertanyaan atau bahkan perintah kecil seperti ini.

"serius deh, ini makanan kesukaan lo za. Kalo lo yang gamau makan bisa gue embat juga kalinih," katanya yang mengikuti arah pandang gue keluar jendela dengan satu novel fokus terbaca.

Jangan pernah tanya kenapa gue sekarang. Jangan pernah bilang gue udah sembuh total dalam duka. Dan jangan pernah bilang gue cewek lemah saat ini juga. Karena setiap waktu dijam bahkan menit juga detik gue selalu mencoba menyimpan hal terbesar rasa kegembiraan yang pernah gue alamin buat jadi semangat hidup gue. Tanpa menangis sedih, berganti air mata kegembiraan.

"gue nggak laper, Rik. Lo aja yang makan" masih tetap fokus dalam bacaan lembaran tebal habis setengahnya tandas.

"sejak kapan sih lo jadi suka baca novel picisan gini?" bukan sarapan pagi yang dibahasnya, tapi membalikkan buku cover yang gue pegang buat dibacanya.

"eh kita jalan yuk! Gue bosen liat lo ngurung dikamar mulu tau, ada filem seru tuh sekarang" tariknya.

"gue males Rik, dirumah aja" tolak gue cepet.

"rumah? Lo tuh dikamar mulu gapernah mau keluar kamar tepatnya, jadi jiwa lo cuma ada dalem kamar ini aja tanpa ada sebatang hidung lo buat keluar kamar masih lo sebut lo mau dirumah aja?" ah sial! Gue males debat sama Erik sekarang.

"udah lo makan dulu gue temenin di meja makan, nyokap lo kawatir liat anaknya kurus begini" sekali lagi Erik narik gue bersama nampan berisi soup cream ayam dan segelas susu hangat menuju ruang makan.

Dalam diam gue nurut aja ditarik Erik, skali lagi gue males debat sama dia.

Selesai makan tanpa ada jeda buat balik ke kamar Erik narik lagi keluar rumah. Uuuhh... Gue narik nafas selama mungkin, berhari-hari tanpa keluar rumah-- tepatnya kamar nggak pernah lagi gue menghirup udara sesegar ini. Dimana daun-daun masih basah akibat ujan kecil tadi malem.

"mau kemana? Gue belum siap-siap Rik!"

Selangkah sebelum masuk mobil Erik, gue buru-buru sadar masih pake kaos polos warna merah yang lebih nambah terang dikulit pucat gue, juga celama jeans ditambah sendal rumahan.

"lo ganti pake sepatu aja deh, kelamaan kalo nunggu ganti semuanya" katanya.

Gue nurut. Butuh 5menit aja kok cuma buat ganti sepatu.

Disini sekarang gue berada di salah satu mall ternama daerah Bogor. Jalan berdua aja sama Erik, ya gue cuek aja selagi jalan dengan rambut disisir pake jari tangan doang.

Tears of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang