Epilog

5.3K 126 18
                                    

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

manamungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadara surgaku..

-dari kekasih abadi mu Rizya Nayla Winata-

(dikutip dari puisi habibie)

Secercah surat kecil segala isi hatiku itu kini tersimpan rapih dipusaramu, dengan satu benda yang belum sempat kau tinggalkan untukku kelak kau mengikat janji pada hari itu.

Aku tahu kau sudah tenang disana-- disinya yang pasti lebih menenangkan. Disini aku meminta maaf karena sudah hampir 5tahun kepergianmu aku selalu setia mengunjungi tiap kebahagian juga kesedihanku ter-utarakan padamu. Memang aku sadar takkan ada lagi jawaban manis dari bagian kesedihan ataupun kesenanganmu kasih, yang ada hanya tangisanku yang mengharapkanmu menjawab segala ucapanku.

Tapi kini kau hidup dalam pandangan seseorang yang kulihat setiap harinya. Menggantikan sosokmu yang selalu disisiku, memberi kasih yang sama hangatnya pada pelukanku, membalas semua perasaanku seperti dulu kau yang menemani dikala aku bicara padamu.

Kamu sudah tahu kesalahanmu yang sebenarnya tidak sengaja menabrak Daniel, mengetahui kebutaannya yang pasti setiap orang akan tidak menerimanya. Tapi kamu juga tahu ketika Daniel masih mencintai ku untuk menunggu aku terpisah darimu. Dia berhasil membuat kita terpisahkan? Tapi dia juga berhasil membuat ku kembali padanya. Entahlah aku hanya terpikir dirimu yang ternyata menyimpan banyak beban dan melepasnya menjadi sebuah donor yang setiap orang melihat mata Daniel akan terlihat mengenangmu.

Awalnya lagi aku takpernah mau menerima sampai terbiasa dan aku mencintainya, lagi untuk kedua kalinya. Apa kau tahu rencana ini, Bas?

Aku ingin kau hadir besok, hadir disetiap sudut pandang ku yang takkan pernah aku lupakan. Esok aku terikat menjadi seutuhnya milik orang lain. Dan khayalan kecil kita semasa dulu untuk bersama harus hilang perlahan yang menjadi kepergian.

Dulu aku menyesalinya, sungguh. Tapi ketika dia calon imam terbaikku besok menyadarkan untuk melepas kepergian mu tapi jangan sampai aku melupakanmu juga, katanya.

Dia sama setia denganmu, Bas. Kekasih yang menjaga ku selama ini. Tanpa aku sadar aku mempunyai dua pangeran nyata dan semuku waktu itu, dan sekarang kalian bertukar posisi itu.

Aku akan menjaga cincin-- benda yang taksempat kau pasang dijari ku saat kau tertidur lama ini, menyimpan untuk dikala anak lelaki ku memutuskan mempersunting gadis yang dicintainya seumur hidup nanti.

Sekali lagi, Bas. Aku meminta izin menjadi milik orang lain besok tapi tetap kau adalah pangeran pertama ku yang mengajarkan kesetiaan ini. Sungguh aku merindukanmu ketika pilihan-pilihan sulit seperti ini berada dijalan buntu, harusnya kau membantuku. Tapi ternyata sekali lagi aku harus sadar kau adalah bagian dalam setiap doa ku agar bahagia disana.

***

"siap?" katanya menyentuh dua bahu ku dari belakang dan kita sama-sama terpantulkan bayangan dicermin. "lo cantik banget, za"

"makasih atas pujiannya ibu hamil," balasku senyum pada sahabat ku ini.

Lalu kita sama-sama tertawa setelah itu. Disini aku bersama Annabel-- ibu hamil yang sedang mengandung sudah 1bulan, yang lebih cepat menikah mendahului.

Menunggu pintu diketuk sebagai tanda pempelai wanita boleh keluar yang juga bertanda sah sebagai isti dari lelaki pilihanku.

"masih nyimpen benda itu,za?" liriknya yang memang sedari tadi aku memegang erat cincin pemberian Bastian.

"iya, ini bakal gue kasih ke anak lelaki gue nanti buat lamar" kataku mantap, lalu samar-samar terdengar suara riuh amiin doa bersama dari luar sana.

Ijab itu dilantunkan satu tarikan nafas dengan berhasil. Apa ini bertanda aku benar-benar sudah jadi milik orang lain dan terlepas dari orang tua?

"ayo keluar! Lo udah resmi tuh, tinggal pake cincin" kata Abel semangat.

Sedikit tegang setelah memasukan kembali cincin dalam kotak buludru itu, menyimpannya kelemari perhiasanku yang lain. Abel sedikit membenarkan riasan ku yang sebenarnya sudah rapih, lalu membantuku bangkit dari duduk melangkah perlahan keluar kamar.

Disana sudah berdiri seorang lelaki tegap, aku memandangnya takjub begitu tampan ternyata dan Danielpun sebaliknya menatapku penuh minat dalam aura cantik yang ku miliki. Ditambah tatapan sendu merasakan kehadiran 2orang sekaligus dalam satu raga. Dia ada disini juga bersamaku..

Benda melingkar itu pas dijari manisku sekarang, satu kecupan cukup lama dikeningku sebagai kasih sayang. Sungguh aku merasa bahagia sekarang, ku harap selamanya..

"aku mencintaimu istriku Rizya Nayla Winata," bisiknya menggenggam jemariku yang sudah terikat cincin.

Aku membalas dengan senyum karena takmampu lagi berkata, aku benar-benar membuka hatiku untuknya.

Dalam tuntunannya menuju sebuah altar megah bagai ratu dan raja sehari saja sudah cukup bagiku, dan aku sadar aku maupun Daniel-- suamiku terus berpandang tanpa kata. Sampai sebuah kupu-kupu terasa beterbangan menggelitiki karena sentuhannya yang lembut. Aku sadar ini terlalu dalam posisi umum melakukan ciuman. Tapi aku takpeduli karena ini adalah hari kebahagianku kembali terukir.

***

Disini aku hadir menyaksikan segalanya, seperti yang kau minta. Aku menemukan mu ditangan yang berbeda, dengan gaun menjuntai panjang di iringi suami yang aku tahu ini akan terjadi nantinya.

Aku memang menginkari untuk selalu bersamamu, tapi aku takpernah menghilangkan kebahagianmu kan? Tuhan mengutus seseorang untuk mu dari ku. Aku melihat betapa cantik dan anggunnya calon bidadari ku nanti, kau begitu sempurna hari ini, kemarin, besok dan selamanya.

Aku tenang kau bahagia ditempat yang tepat, dimana akupun masih melihat kejentikan jarimu, bibirmu yang lembut, dan seluruh yang kau punya dengan mataku ditubuhnya-- suamimu.

Kini aku dapat pergi dengan tenang sekarang. Aku sudah puas hanya melihatmu tersenyum walaupun kau taklagi bisa melihat jasad ku, sayang.

END -Tears of Regret-

***

yes!! Akhirnya selesai juga walaupun dengan bahasa yang beda dari biasanya. Biar ngena aja gitu. HEHEHE. MAKASIH BGT YANG UDAH MAU BACA KARYAKU sampe akhir disini EPILOG!! BACA KARYA KU YANG LAIN JUGA YA!! LOVE YOU SO MUCH :*

Tears of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang