Twenty Eight

1.8K 52 4
                                    

"gue nyerah. Gue gasanggup lagi pokoknya!" berulang kali kata-kata itu terucap dari bibir manisnya.

"gue udah beli dan mungkin aja lusa barang itu dateng, kenapa tiba-tiba sekarang lo ngotot ngegagalin rencana gue?" hampir saja rahangnya mengeras seandainya gadis dihadapannya ini bukan orang yang penting.

"mereka itu susah dipisahin, lo tau yang ada gue dikejar-kejar sama temennya disaat gue mau deketin cowok itu!"

"terus?"

"ish! Gue gabisa bersandiwara lebih lama, gue bukan orang kaya gitu niel" suaranya kembali parau, entah apa yang kini menyelimuti hati dan pikirannya mulai taksejalan.

"lo ga tega sama cowok itu? Terus lo tega sama gue?" tanyanya tepat dihadapan manik mata gadis dihadapannya.

"bukan! Bukan itu!" bantahnya.

"apasi yang lo mau dari cewek itu?" tiba-tiba saja pertanyaan itu mengalihkan perdebatan mereka.

Lelaki itu terhempas pada shofa panjang milik keluarganya.

"dia udah bahagia sama orang lain, dan lo masih mengejar orang yang ga pasti buat lo sendiri?" lagi. Perkataan itu membuat kelaki-lakian yang berpikir pintar biasanya secara tidak langsung otaknya menyerah dan menyerahkan kepada hati untuk menjawab.

"udah. Gue capek, gue mau pergi." sayang dengan kata yang biasanya dapat dia jawab kini semua sarafnya tak berfungsi.

Kepergian lelaki itu hanya membuat gadis dihadapannya terjatuh menahan rasa salah, oh apa? Apa? Kenapa tiba-tiba dia tersentuh ketika dua hari yang lalu melihat keceriaan gadis yang sama sepertinya tertawa dihadapan dua lelaki dekat sekali. Jujur sebelumnya tidak pernah ada yang mau berteman dengannya sampai saat ini, untuk menjadi yang benar-benar sebagai teman. Ketika melihat mereka ke irian yang sebenarnya takpernah dimiliki.

Banyak. Bahkan semua orang memang meliriknya,tapi bukan sebagai keadaan dia yang mereka tahu. Tapi paras, martabat, apa lagi? Mereka melihat kelebihannya saja.

Pernah sekali memergoki gadis itu bertengkar cemburu membawa namanya? Disitulah terungkap nyatanya mereka memiliki hubungan lebih dari sekedar teman dekat, kecuali disadarinya satu teman lelaki yang melindungi gadis itu nyatanya mengejar dimana dirinya terlihat. Menyebalkan! Tapi berhasil mengambil sebagian hatinya saat ini. Jangan sampai, jangan sampai dirinya terlihat bodoh didepan lelaki itu atas tingkah yang kini mulai berbeda darinya.

-------------------------------------------------

"hei lo sendiri? Boleh gue duduk sini?" suara cewek khas yang seminggu ini entah gue rasa sudah hafal.

"eh eum boleh kok"

Dia duduk berhadapan didepan gue dengan santai menyantap nasi goreng dihadapannya, sesekali menawari ke arah gue yang cuma minum jus dan buah.

"serius lo gamau? Ini enak bel, gue sering liat lo cuma makan buah aja" katanya menyodorkan nasi goreng miliknya.

"gue cukup makan buah aja kok, emm thanks za"

"nih minuman lo nyonya besarr!" seseorang menghentakan kaki sekaligus kalengan minuman kehadapan Iza.

"anjrit lo pilihin minuman mematikan Erik!" jawab Iza tercengang mendapati kalengan bersoda.

"oh gue salah, ini minuman lo" ditariknya kembali dan digantikan yang lain dari tangan sebelahnya.

Gue cuma melihat interaksi mereka berdua yang terlihat 'sweet' sebagai teman.

"eh gue baru sadar lo sama An, hai gue rasa kita sering ketemu ya hari-hari ini" tatapannya beralih ke arah gue duduk dihadapan gue melihat setiap gerak gue dengan gayanya yang sok mempesona itu.

Tears of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang