Chapter 6: "For god sake I hate her"

344 16 3
                                    

“JUSTIN LO KENAPA?!” teriak gue kaget sampai terjungkal dari kasur,

Ia pun membuka sedikit matanya, mungkin sedang mengumpulkan nyawa “morning” sapa Justin dengan lembut. Gue menatap Justin dengan aneh, kenapa dia bisa lembut gini. Gue tatap dalem matanya, gue baru sadar mukanya ternyata ganteng. Eh. Enggak deng.

“just itu lo kenapa?” Tanya gue sambil menunjuk kaos yang terlihat banyak bercak darah

“oh ini, cuman luka sedikit doang kok. Tenang aja” balasnya santai,

Tunggu, kenapa gue jadi khawatir keadaannya dia. Aneh. Gue langsung membenarkan badan gue dan keluar dari kamar. Ku dengar suara keributan di bawah, dengan mengendap ngendap aku turun ke bawah menuju ke dapur, berharap gak ada yang melihat gue.

“hey sam” sapa keaton membuat keadaan hening dalam sejenak.

Gue langsung berhenti sejenak, menatap mereka dengan canggung. “erhh, hai” sapa gue canggung. Keaton langsung mendekati gue, duh kenapa tiba tiba gue jadi takut gini. Apa apaan nih masa gue takut, enggak gue gak boleh takut sama orang.

“lo mau kemana?” Tanya keaton

“umm, kedapur. Boleh minta tolong gak?” Tanya gue ragu ragu

“tentu”

“bantuin gue bikin teh dong ehehe’ cengenges gue,

“yelah, gampang. Sini gue temenin” gue pun ngikutin keaton dari belakang

“makasih ya key” kata gue ke keaton, gue langsung cabut balik ke kamar Justin, perhaps. Sambil membawa nampan berisi teh, roti dan kotak p3k. ku buka pintunya pelan pelan, dan di kasur gue liat Justin tidur –lagi- gue taro nampannya di meja kecil deket kasur pelan pelan. Tanpa sengaja gue tatap muka Justin yang lagi tidur, gila masih aja keliatan ganteng padahal lagi tidur. Eh. Tapi emang ganteng sih dia.

 “udah ngeliatin muka gue yang ganteng?” goda Justin dengan mata masih tertutup membuat gue sedikit tersentak. Dari mana dia tau kalo gue ngeliatin dia coba, apa jangan jangan dia cenayang

“gue gak cenayang” sambungnya tiba tiba, seakan akan dia bisa baca pikiran gue.

“nih makan rotinya” gue pun ngasih rotinya ke Justin dengan ragu ragu,

“thanks” Justin membuat dirinya duduk bersenderan di kasur, dan memakan roti buatan gue. ku perhatikan kaos putih yang menutupi lukanya, darah segar masih mengalir dari lukanya.

“buka baju lo” perintah gue,

“whoa whoa, sekarang masih pagi. Lo mau ‘main’ pagi pagi?” Tanyanya sambil menatap gue menggoda,

Sialan. Dasar perv. Tapi tatapannya cukup membuat gue sedikit meleleh. Eh. Enggak deng boong.

“itu gue pengen ngebersihin luka lo, gausah perv deh” bales gue dengan kesel,

Dia hanya terkekeh, sembari dia membuka baju aku pun menuang alcohol ke kapas. Ku balikkan badan ku untuk mengobati lukanya. Gue sedikit terkesima akan abs-nya dan tattoonya yang membuat badanya semakin keren. makin hot aja ini anak, sayangnya brandalan.

“udah cukup ngeliatin badan gue?” lamunan gue pun terbuyar karena omongannya,

“ha? apa?” Tanya gue sambil mengerutkan dahi gak ngerti

“melamun saja terus” ejeknya, gue hanya membalasnya dengan mendengus kesal. Sambil membersihkan darah di sekitar lukanya. Ku perhatikan lukanya yang cukup dalam membuat gue sedikit bergedik bagaimana dia bisa bilang ini cuman luka kecil.

“awww, pelan pelan dong sakit” pekik Justin,

“ini udah pelan pelan Justin, mau sepelan apalagi?” kata gue kesel,

Out of blood (BLS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang