Episode 3

2.7K 175 17
                                    

          Sore ini Nanda berada di ambang pintu apartment seorang 'Bad Boy'. Arizki Rean Pratama. Yang dijuluki 'Cowok Jahannam' oleh Nanda.

          Nanda tercengang mendapati habitat seorang 'Bad Boy' bagai kapal pecah. Pasalnya, waktu pertama kali Nanda masuk apartement ini tak seburuk seperti sekarang.

          "Bersihin! Gue mau mandi," Rean hendak meniki tangga setelah membukakan pintu untuk Nanda. Nanda masih tercengang, "ini hasil karya kamu ya?"

          Pertanyaan Nanda membuat Rean memutar bola matanya jengah, "iyalah apartment gue!" Nanda hanya mengangguk kaku dan mulai membersihkan apartment Rean.

          "Gue mau keluar," Rean tiba-tiba keluar dari kamarnya dan melihat jam di jam tangannya. Pukul 4 sore. "Ntar paling juga gue bakal balik ke sini jam enam, jangan pulang dulu sebelum gue balik," lanjutnya dan segera membuka pintu depan lalu kemudian melenggang pergi tanpa meminta persetujuan Nanda.

          Nanda yang sedang mencuci piring di dapur, yang berdekatan dengan kamar Rean hanya cengo dengan ucapan Rean tadi. Lebih tepatnya seperti perintah yang tak ingin dibantah. Sudah satu jam lebih Nanda membersihkan kamar apartment milik Rean. Saat ini ia sedang membersihkan sampah yang berserakan di atas sofa. Sekarang sudah hampir maghrib. Ruangan itu menggelap akibat pergantian waktu. Syukur tadi lampunya sudah dinyalakan. Tapi, saat Nanda ingin bangkit dari jongkoknya, lampu tiba-tiba mati. Membuat ruangan di ruangan itu bertambah gelap. Nanda terkejut dan langsung terduduk kembali. Di atas karpet di depan sofa. Kepalanya ia tumpukan diatas sofa sambil menutup matanya. Ia takut sendiri. Dalam gelap. Hampir maghrib.

          "Rean! Hiks..Hiks! Cepet..hiks-pulang!" ucapnya di sela isak tangis. Please Yan, cepet pulang.. aku takut.. batinnya

          "Cepet..hiks!" air mata yang keluar semakin deras. Semuanya gelap. Membuat bulu kuduk merinding. Sepi. Tak ada suara satu pun. Sudah hampir lama Nanda menangis, tapi Rean tak kunjung datang. Samar samar Nanda mendengar nada dering ponselnya yang pertanda ada panggilan masuk. Ponselnya terdapat di dapur. Tepatnya meja dapur. Nanda tak berani bangkit. Bergerak pun enggan. Dia ketakutan. Dalam keheningan malam.

~♡~

          Rean melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Hari sudah malam, kemungkinan besar Nanda sudah selesai bersih bersih. Pikirnya. Tapi, entah kenapa, dalam keramaian malam, dilubuk hati yang paling dalam, Rean merasakan firasat buruk. Ia kemudian memberhentikan motornya dipinggir jalan. Menelpon seseorang untuk memastikan sesuatu. Panggilan pertama tak diangkat. Ia mencoba lagi. Tak diangkat juga. Lagi. Sama. Lima panggilannya tak diangkat juga. Ia mulai merasakan firasat buruk itu lagi.

          Sesegera mungkin dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana dan mengemudikan motornya dengan kecepatan penuh. Lebih cepat dibanding sebelumnya. Perasaannya mulai tak karuan. Antara khawatir, marah, dan...takut. Menjadi satu dalam langit gelap yang sama.

          Rean secepat mungkin meletakkan motornya di tempat biasanya. Masuk kedalam gedung apartment. Semuanya gelap. Ternyata gedung apartementnya mati lampu. Akhirnya ia memutuskan untuk menaiki tangga yang cukup untuk menguras tenaga. Badannya sudah berkeringat dingin. Rasa marah tergantikan oleh rasa khawatir yang menyeruak begitu saja dalam dirinya.

          Setelah sampai di lantai lorong tempatnya, ia langsung berlari menuju kamar apartmentnya. Dia membuka pintu dan terkejut tatkala ruangannya gelap gulita. Terdengar suara isak tangis dari arah ruang tv, "NANDA!" teriaknya. Ia begitu khawatir. Takut terjadi apa-apa dengan gadis 'Nerd' tersebut. Rean merogoh kantong saku dan mengambil ponselnya. Menyalakan senter pada ponselnya agar memberi sedikit penerangan pada ruangan tersebut. Rean berjalan menuju ruang tv. Mengarahkan ponselnya pada sofa. Mendapati sosok gadis dengan posisi terduduk di karpet, kepala bertumpu pada sofa dan tangan yang sedang menutupi matanya. Rean menghampirinya. Lututnya bertumpu pada karpet. Memeluknya dari belakang. Memberi sedikit ketenangan. Dan agar dia tahu bahwa Rean sudah datang.

          "Rean.. hiks!" isak Nanda untuk yang kesekian kali, "nggak papa Nan, gue disini. Loe nggak papa kan?" tanyanya khawatir. Nanda menggeleng. Membuat Rean tersenyum. "Aku takut Yan...," untuk pertama kali dalam seumur hidup, Nanda memanggil Rean dengan namanya, bukan sebutan 'Cowok Jahannam'. "Gelap Yan.. hiks! Aku takut!" tangisnya pecah. Membuat Rean bingung dan takut sendiri. Kemudian Rean mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis tersebut. Membenamkan kepalanya di leher Nanda dan bergumam, "tenang aja, gue disini," katanya yang cukup terdengar oleh Nanda. Membuat Nanda merinding dan jantungnya tak karuan. Rean merubah posisi. Mengangkat sedikit tubuh gadis tersebut dan memangkunya. Nanda masih menutup mata dengan tangannya. Rean kembali membenamkan wajahnya pada leher Nanda. Bau khas langsung menyeruak kedalam indra penciuman Rean. Lumayan lama mereka pada posisi tersebut. Nyaman. Satu kata yang tersirat di hati mereka. Tak lama kemudian, lampu menyala. Dan mereka masih dalam posisi yang sama. Dengan langit hitam yang pekat.

~♡~

          "Loe nggak papa kan?" tanya Rean setelah lampu kembali menyala. Membuat keduanya menghela nafas lega. Nanda mengangguk, "makasih." Rean kemudian perlahan melepaskan pelukannya lalu berdiri.

          "Kamu mau kemana?" tanya Nanda takut.

          "Ke dapur doang. Ngambil minum buat loe. Capek kan habis nangis?" jawab Rean datar yang dibalas anggukan oleh Nanda. Kemudian Rean berjalan ke dapur dan mengambilkan minum untuk Nanda.

          Rean kembali dan melihat Nanda yang sudah duduk di sofa. Rean menghampirinya dan memberikan gelas yang berisi air putih tepat di hadapan Nanda. Lalu duduk di sebelah gadis tersebut.

          Nanda meminumnya. Habis. Lalu memberikan gelasnya pada Rean. "Udah nggak papa?" tanya Rean dan kemudian menatap Nanda yang juga menatapnya. Ia hanya mengangguk sebagai balasan atas pertanyaan Rean. "Ayo," kata Rean lalu berdiri dari duduknya. "Ke..kemana?" Nanda bertanya dengan gugup dan wajah memerah. Kejadian mati lampu tadi berpengaruh bagi kesehatan jantung Nanda sampai sekarang. "Loe mau pulang apa nggak?" jawab Rean datar lalu menuju dapur untuk menaruh gelas bekas Nanda tadi.

          Sekarang mereka sudah berada di depan rumah Nanda. Nanda turun dari motor Rean, "terimakasih," katanya. Lalu Nanda hendak berbalik dan jalan, tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya. "Malam, Nan!" seru Rean dan langsung memutar motornya. Suara tadi membuat Nanda terkejut dan berbalik badan. Tapi, sudah pergi. Nanda hanya bisa tersenyum dalam keheningan dan kesejukan malam hari. Di temani oleh suara suara binatang malam.

~♡~

HAI HAI HAI!! SAYA KEMBALI DENGAN CERITA ABSTRAK SAYA!

TERIMAKASIH BAGI YG UDAH BACA!! TERIMAKASIH BANYAK!! BTW, JANGAN LUPA BWT VOTE N COMMENTNYA YA!! JANGAN JADI PEMBACA GELAP!! TERIMAKASIH PARA READERS KU!! ^^😁😁😍😍😍
MAAF KALO PENDEK YA! HEHE....

Nerd Girl Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang