Keesokan harinya, Nanda berangkat ke sekolah. Pukul tujuh kurang lima menit, ia baru sampai. Saat sampai dikelas, bel berbunyi nyaring. Pertanda pembelajaran akan segera dilaksanakan.
"Woy temen-temen! Bu Tika nggak masuk! Kita bakal jamkos!! YEAH!!" teriak Rian, selaku ketua kelas. Seorang yang rada gila, suka teriak-teriak dan rada absurd.
"JAMKOS!!" teriak seluruh seisi kelas. Terkecuali Nanda. Yang hanya memperhatikan mereka dengan senyum tipis.
"Gitu kek, dikit dikit senyum. Kan enak di lihat." Rean tiba-tiba datang dan duduk di bangku sebelah Nanda. "Kamu kok duduk disitu?" Nanda bertanya dengan kerutan du dahinya. Karena, tempat duduk Rean terdapat di pojokan belakang kelas. Paling belakang. "Nggak boleh ya? Terserah gue dong, mau pindah apa nggak." Rean menjawab dengan wajah datar. Lalu mengeluarkan ponselnya, dan kemudian mulai menyibukkan diri pada ponsel tersebut.
"Hm.. Rean." Nanda menatap Rean lalu memanggilnya. "Apa?" balas Rean yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Kamu kenapa tinggal di apartment? Kenapa nggak di rumah orang tua kamu aja?" Ia bertanya dengan wajah polosnya. Sangat polos. Rean langsung menoleh.
"Jangan bahas itu lagi." Dan langsung pergi meninggalkan Nanda. Sedangkan Nanda, ia bingung. Apakah Rean... marah padanya? Nanda hanya menatap kepergian Rean dengan tatapan takut. Takut kalau Rean marah padanya, lalu membeberkan aibnya.
~♡~
Seperti biasanya, saat ini Nanda berada di depan pintu apartment yang bertuliskan 203. Setelah dari rumahnya untuk berganti baju dan lain-lain, Nanda segera meluncur ke apartment di depannya ini. Ia memencet bel. Tak ada sahutan. Lagi. Tak ada. Lagi. Tak ada sahutan juga. Akhirnya ia memutuskan untuk membukanya. Tak dikunci.
Nanda melihat sekeliling. Sepi. Sunyi. Di mana Cowok Jahannam itu? Tanya Nanda dalam hati. Ia berjalan menuju kamar Rean. Terbuka. Nanda membelalak kaget melihat Rean tersungkur di atas karpet. Ia langsung menghampirinya.
"Hei! Cowok Jahannam! Kamu kenapa?" tanya Nanda yang juga menggoyangkan badan cowok tersebut. Rean mengerang kesakitan. Lalu Nanda membantunya untuk duduk diatas kasur. Terlihat jelas sekali ada luka lebam di wajah dan lengan Rean.
"Obatin gih!" suruh Rean dengan nada dingin tak terbantahkan. Nanda mengangguk dan segera turun ke dapur untuk mengambil obat. "Obat apa ya?" tanya Nanda yang sudah berada didepan tempat obat. Dia melihat lihat tulisan di setiap obat. Memang, Nanda payah dalam hal seperti ini. Akhirnya, Nanda memilih obat 'Trombophop Gel' dan mengantonginya. Lalu mencari bak kecil dan mengisinya dengan air. Setelahnya, ia mengambil kain bersih di dalam kamar mandi.
"Heh! Sakit!" kata Rean dengan tampang kesakitan. "Bisa ngerasain sakit juga ya?" tanya Nanda yang masih membersihkan luka Rean dengan kain bersih tadi. "Iyalah! Gue juga manusia." Rean berkata dengan wajah sedikit emosi dan menahan sakit pada lukanya.
"Kan, katanya kamu itu Bad Boy, kirain nggak bisa ngerasain sakit. Lagian ini kenapa kok bisa luka sih?! Ngerepotin anak orang tau nggak." Kata Nanda tak mau kalah.
"Yakali kalo gue setan nggak bakal bisa ngerasain sakit." Rean menjawab dengan nada kesal. "Kan kamu sebelas dua belas sama setan, makanya aku panggil kamu Cowok Jahannam." Kata Nanda dengan tampang polosnya. Polos banget. Rean melotot kearah Nanda yang melihatnya dengan wajah polos banget dan tak lupa dengan senyuman khas Nanda. Rean mengalihkan pandangannya dan menghela nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl Vs Bad Boy
Teen Fiction#464 Dalam Teen Fiction [ 28 05 2017] Berawal dari tubrukan di depan gerbang sekolah, membawa si cewek yang dijuluki 'Nerd Girl' di sekolahnya harus berada dalam kehidupan yang tak pernah dia inginkan terjadi. Si 'Nerd Girl' membenci cow...