Rencana Kedua Puluh

3.2K 336 67
                                    

Rencana Kedua Puluh

Happy Readingo

"Kita akan memulai permainan baru."

"Aaah, permainan ini mulai membosankan." Keluh Erliza menyandarkan punggungnya di sofa tempatnya duduk. "Bagaimana jika kau mulai memeriahkan suasana?" Tanya Erliza kepada orang di depannya.

"Apakah dengan kedatanganku suasana belum meriah?" tanyanya pada Erliza sambil menyesap tehnya perlahan.

Erliza tertawa pelan. Tangannya menutup mulutnya agar tak terlihat ketika tertawa. Terlihat seperti seorang bangsawan. "Ini masih kurang. Aria Vermillon dan Felixia Andromeda belum menggila. Dan sebelum mereka menggila, permainan ini tidak akan menarik." Seringai Erliza memang terlihat mengerikan di mata orang lain, tetapi tidak untuk orang di hadapannya.

"Ya, baiklah." Desahnya pelan, "Kau atur saja semuanya. Aku akan membuat suasana lebih meriah."

Erliza menampilkan senyuman termanisnya. Matanya menatap jauh ke depan, seolah sedang melihat masa depannya sendiri. "Tenang saja. Aku sudah membuat rencana menarik,"

***

Aria, Felix dan Roy telah tiba di tempat tujuan. Mereka bertiga masih berbaris, menunggu untuk dapat memasuki Zona Netral Timur. Zona ii terlihat berbeda dari Zona Utara, keran tempat ini lebih terlihat seperti taman bunga. Di sisi kanan dan kiri gerbang dihiasi dengan tumbuhan rambat yang membuat gerbang tersebut terlihat indah. Bahkan dari luar gerbang, Aria dan yang lainnya masih bisa menghirup aroma wangi bebungaan.

"Sepertinya Kepala Pengawas tempat ini seorang maniak bunga." Bisik Roy yang masih bisa didengar oleh Aria dan Felix.

Aria baru akan menjawab perkataan Roy sebelum gerbang di depannya terbuka dan suara keras menggema di pendengarannya.

"SELAMAT DATANG DI ZONA NETRAL TIMUR!!"

Suara kasak kusuk mulai terdengar riuh. Beberapa orang yang tidak sabaran berteriak untuk segera membiarkan mereka masuk.

"Aaahh.. Semua orang mulai tidak sabaran." Semua orang langsung terdiam mendengar suara familiar tersebut. Tidak ada orang di tempat ini yang dapat melupakan suara itu. Semua mulai merasa ketakutan melihat siapa yang berdiri di tengah gerbang Zona Netral Timur. Erliza FlockHeart.

Aria menatap tajam Erliza yang hanya dibalas senyum meremehkan. "Wanita ini membuatku jengkel," desis Aria marah.

"Tenanglah, Aria." Sela Felix datar. Tak ada lagi Felix yang lembut terhadap Aria. Yang ada hanya Felix yang selalu bersikap dingin.

Hal itu sudah terjadi sejak perjalanan mereka beberapa waktu lalu, waktu yang bahkan tidak dihitung Aria.

Aria bungkam. Tidak membalas ucapan Felix sama sekali. Yang dia tunjukkan hanyalah senyuman manis yang jarang dia perlihatkan. Senyuman yang mengandung banyak makna.

"Kalian semua silakan masuk ke Zona Netral Timur." Suara Erliza tak terbantahkan. Membuat semua orang mengikuti dengan gemetar ketakutan. Tentu saja, siapa yang tidak takut menghadapi game master level tinggi? Hanya player level tinggilah yang berani.

"Felix!" seruan itu membuat Felix, Aria, dan Roy menoleh tetapi tetap berjalan.

"Cecillia?" panggil Aria memastikan saat dilihatnya Cecillia sedikit berlari ke arahnya. Tetapi ada yang aneh, "Dimana Zen?" Tanya Aria langsung saat Cecillia sudah berjalan beriringan bersamanya dan Felix.

Cecillia yang semulanya menatap Felix tersentak saat mendengar pertanyaan Aria. "Eh? I-itu.. Di jalan kami... kami terpisah. Ya! Kami terpisah saat di jalan." Jawab Cecillia memaksa jawabannya meyakinkan.

"Terpisah atau dia ditusuk dari belakang?" Tanya Aria sinis mengingat dulu Cecillia melakukan hal itu kepadanya.

Cecillia menggaruk tengkuknya dan tertawa gugup. "Apa maksudmu, Aria? Mana mungkin aku mengkhianati temanku sendiri, kan?" kilah Cecillia.

"Bukankah itu bisa saja terjadi di tempat ini?" Sela Roy mengintrupsi pembicaraan Aria dan Cecillia yang berjalan di depannya. Saat ini dia memang berjalan di samping Felix dibelakang Aria dan Cecillia, sehingga dia bisa dengan mudah mendengar pembicaraan mereka.

"Siapa kau?" ketus Cecillia menatap sengit Roy.

"Aku?" Tanya Roy menunjuk dirinya sendiri. "Aku Cuma seorang pendatang yang jatuh cinta dengan Aria." Canda Roy mengedipkan sebelah matanya pada Aria yang menatapnya jijik.

"Bisakah kalian diam?" suara Felix menyela. Dingin dan menyeramkan. Seolah-olah dari suaranya Felix berteriak bahwa dia marah. "Tidak pedulli apa yang terjadi pada Zen. Yang penting, saat ini Tim kita sudah berkumpul."

°To be Continue°

ZZZZ =_= dikit? Emang :"v Entah karena mulai sibuk atau apa, yang jelas diriku udah mulai males nulis lagi. Kalau nggak inget ada yang nungguin cerita ini, mungkin diriku lebih milih ngilang sampe selesai UN :v

Duhhh,, diriku butuh moodboster  T_T

25 Januari 2017 ©

Psycho GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang