Pengkhianatan Kedua Satu

3.6K 359 73
                                    

Pengkhianatan Kedua Satu

Happy Readingo

Tim kita sudah berkumpul.

Semuanya bungkam. Tak ada lagi yang mau berbicara, begitupun dengan Aria. Mereka berempat hanya berjalan dalam diam mengikuti langkah rombongan memasuki bangunan besar seperti istana yang sama dengan gerbang di depan. Sama-sama dihiasi dengan berbagai macam bunga berwarna-warni.

Entah karena sedang dalam mood yang buruk atau karena pemandu mereka adalah Erliza, tak ada satupun orang yang terlihat mengamati sekitar. Mereka hanya terus berjalan ke depan seperti boneka, tidak mengamati sekitar sama sekali.

"KITA AKAN MEMULAI PERMAINAN ZONA NETRAL TIMUR!!" suara Erliza menggema dari atas panggung, membuat semua orang yang sudah berkumpul di aula Zona Netral Timur memfokuskan diri kepada pengumuman Erliza. "Siswa dari Scholí Thanátou tersisa 187 orang, dan mereka masih tersebar di seluruh wilayah sekolah. Karena pemain tinggal sedikit, dan game ini mulai membosankan, maka saya akan mengirim semua orang yang telah mencapai Zona Netral terdekat ke Zona Netral Timur. Dan mereka yang masih berada di luar Zona Netral akan dimusnahkan." Suara para murid terdengar riuh, bertanya-tanya apa permainan selanjutnya.

"Permainan kali ini sangatlah mudah. Kalian hanya perlu saling membunuh hingga tersisa tiga orang. Setelah tersisa tiga orang, permainan yang sesungguhnya akan dimulai." Suara Erliza membuat semua orang yang ada di sana bergidik ketakutan.

"Kepala sekolah!!" seorang pria berteriak dan mengangkat tangannya, tanda dia ingin mengajukan pertanyaan. Membuat semua orang terdiam mengalihkan perhatiannya. Setelah mendapat anggukan dari Erliza, pria itu mulai bertanya. "Bagaimana jika pada akhirnya ada lebih dari 3 orang yang masih hidup?"

Erliza menyeringai mendengar pertanyaan tersebut. "Pertanyaan bagus," teriaknya tersenyum. "Dalam game ini, pemain yang hebat pasti ada lebih dari satu orang. Dan jika pemain yang masih bertahan hidup lebih dari lima orang, maka permainan akan dilanjutkan hingga pemain tersisa kurang dari lima orang. Setelah itu akan ada duel untuk mengurangi pemain yang tersisa menjadi tiga orang."

Tak ada suara yang keluar dari mulut sama sekali, yang ada hanyalah suara dari senjata tiap orang. Semua orang sibuk menyiapkan senjata membunuh mereka masing-masing.

"Baiklah, sepertinya semua sudah siap. Selamat bertemu dengan kawan kalian dari Zona Netral yang lain dan selamat bermain."

Setelah itu cahaya menyilaukan menghalangi pandangan semua orang, membuat semua orang memejamkan matanya untuk menghalau sinar tersebut.

"SELAMAT BERTAHAN HIDUP."

***

Yang pertama kali dilihat Aria ketika membuka matanya adalah rumahnya yang dulu. Entah apa yang terjadi hingga dia bisa berpisah dari Felix dan sampai di tempat ini.

Aria memandang ke sekeliling halaman rumahnya yang sepi, mengingat kenangan indah yang pernah ada di tempat itu. Aria melangkah membuka pagar rumahnya. Jalan setapak dengan rumput di sisi kanan kiri menyambut langkahnya. Aria ingat, dulu keluarganya tinggal di sini sebelum pindah ke rumah yang sekarang. Dulu, ketika di sini Aria bertemu dengan orang-orang yang sangat disayanginya.

Salah satunya adalah Freysen. Aria selalu memanggilnya Kak Frey, dan dia sangat dekat dengannya. Saking dekatnya hingga lama-lama dia bisa jatuh cinta dengannya. Hal konyol yang pernah dialami Aria dalam hidupnya. Dan karena hal itulah Aria begitu menggilai Frey, begitu memercayainya, hingga dia tidak sadar bahwa dia telah jatuh terlalu dalam.

Salah satu teman yang dipercaya Aria, Aina ternyata menusuk Aria dari belakang. Dan saat Aria sadar, dia telah terluka sangat parah. Terluka hanya karena mengetahui kebenaran bahwa Frey yang amat dicintainya menjalin hubungan dengan Aina yang sangat dipercayainya. Padahal Aria yakin, saat itu dia dan Frey masih memiliki hubungan yang dinamakan kekasih. Dan Aina mengetahui hal tersebut. Tapi kenapa Aina malah menjalin hubungan yang sama dengan Frey?

Tiba-tiba Aria ingat, saat itu dia sangat marah sehingga membuat sisi gelapnya keluar untuk yang pertama kalinya. Dengan berbekal pisau dapur dan cairan pembersih yang dia tidak tahu namanya, Aria mendatangi rumah Aina yang berjarak dua blok dari rumahnya. Dirinya terus mengetuk rumah Aina –tepatnya menggedor–. Entah Karena kebetulan atau memang setiap hari mereka bertemu, Frey juga ada di sana. Berdua saja di rumah Aina yang sepi. Dan Aria benar-benar marah saat itu!

"Aria, ada apa?" Tanya Aina yang bahkan tidak bisa menutupi kegelisahannya.

"Aku hanya berkunjung," jawab Aria tenang menatap Aina yang terlihat kacau. Pandangannya kini beralih pada Frey yang duduk dengan rambut acak-acakan di sofa, "Apa yang kau lakukan di sini, Kak Frey?" Aria masih terlihat manja di hadapan Frey, meski di dalam hatinya sudah tidak sabar menghukum Frey.

"Aria," sapa Frey riang seolah-olah sudah lama tidak melihat Aria. "Aku hanya berkunjung ke rumah Aina." Jawab Frey tenang. Frey memang belum mengetahui bahwa Aria telah tahu hubungannya dengan Aina.

"Oh ya?" Tanya Aria skeptis. "Kau bahkan tidak menemuiku selama dua hari, dan kau mengunjungi Aina seolah dia ini adalah kekasihmu yang sudah lama terpisahkan."

Entah Frey yang tidak mau memikirkan perkataan sinis Aria atau dia memang terlalu bodoh untuk menyadari kemarahan dalam suara Aria. Dia malah terkekeh pelan menanggapi Aria, "Oh, Aria. Kau hanya cemburu saja bukan?" goda Frey.

Aina yang sejak tadi diam juga turut terkekeh pelan, tidak menyadari bahaya yang akan menimpanya.

Aria mendengus, merasa jengkel ditertawakan oleh dua orang yang kini sangat dibencinya. "Tentu saja aku cemburu," ketusnya yang membuat senyuman Frey semakin melebar. Frey baru akan meraih Aria dalm dekapannya sebelum perkataan Aria membuatnya pucat pasi. "Apalagi setelah mengetahui bahwa kekasihmu selingkuh dengan sahabatmu sendiri,"

°To be Continue°

28 Januari 2017 ©

Psycho GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang