Permusuhan, kebencian, dan rasa dendam merupakan awal dari kisah ini.
____,______,______,_______,______,______,
Pov Nesca
Suara keributan di kelasku semakin menjadi jadi mungkin karna bu Rana, guru yang mengajar mata pelajaran fisikaku sudah keluar kelas sebelum bell istirahat ke dua berbunyi padahalkan masih ada lima belas menit lagi.
" Nes . . . Gue denger dari Ulfa katanya elo dibawa ke UKS sama Rifan ya? " tanya Irma teman sebangku sekaligus sahabatku, sebenernya sih aku sudah ngak sudi punya sahabat lagi tapi apa boleh buat nama nya juga makhluk sosial.
Dengan malas aku meliriknya sekilas lalu menatap tajam ke arah sahabatku Ulfa yang berada di belakangku.
" Elo tau dari mana Fa? " tanyaku padanya dengan menggangkat sebelah alisku.
" Dari semua orang " jawab Ulfa yang membuatku tak mengerti.
" Maksud lo? " tanyaku lagi.
" Semua udah tau Nes, yang belum tau cuman si curut ini doang " ejek Ulfa yang jari telunjuknya mengarah ke Irma dan dibalas dengan tatapan tajam olehnya.
Bagaimana Irma tau, dia kan yang menemaniku sampai bell masuk istirahat pertama, aku juga tidak menceritakannya, untuk apa juga aku cerita menurutku itu tidak penting. Aku mengirim pesan pada Irma untuk menemaniku karna si makhluk hidup itu langsung pergi gitu aja setalah ia mengobati lukaku dan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Menurutku dia itu orang kedua yang menyebalkan setelah pomo.
Awas aja kalo tuh makhluk hidup muncul di depan muka gue, bakal gue remukkin semua tulangnya.
Batin ku dalam hati, yang terus saja mengulangi kalimat itu.
" Nesca " teriak Ulfa yang membangunkan ku dari alam bawah sadar. Ia melambai lambaikan tangannya di depan mukaku.
" Nes ngelamunin siapa lo? " lanjutnya yang membuatku tersentak kaget.
" Nanti aja jawabnya Nes sekarang kita ke kantin dulu, laper nih gue " ucap Irma yang langsung menarik tangganku dan Ulfa.
" Ets... emangnya udah bell? " tanyaku yang membuat Irma dan Ulfa berhenti melangkah saat ingin keluar kelas.
" Udah dari tadi, agaknya mah yang elo lamunin itu spesial banget ya? " tanya Ulfa yang ku balas dengan gelenggan kepala.
Aku tidak sadar kalau bell istirahat ke dua berbunyi. Dan bahkan bagaimana bisa juga aku tidak menyadari ruang kelasku yang hampir kosong ini.
" Ah.. sudahlah Nesca jangan dipikirkan!! " gumamku lirih yang sepertinya tidak di dengar oleh Irma dan Ulfa.
Selama perjalanan menuju kantin, aku selalu mendapatkan tatapan tajam dari para siswi yang entah kelas berapa aku tidak tahu dan tidak ingin tahu. Dari tatapan para siswi itu sepertinya mereka ingin memutilasi tubuhku atau bahkan ingin memakan ku secara hidup hidup.
Ih mengerikan!!
Batinku dalam hati yang selalu mengucapkan kalimat itu, setiap kali melihat mata mereka.
Mungkin saja saat sampai di kantin tidak ada lagi yang menatapku seperti itu. Atau mungkin tidak?
Aku menghembuskan nafas lega, karena saat sampai di kantin tidak ada lagi mata yang menatapku dengan tatapan yang mengerikan.
" Lo pada mau mesen apa? " tanya Ulfa saat kami telah sampai di meja yang kosong.
" Gue bakso dan jus alpukat ya " jawab Irma yang menampilkan pupy eyes nya.
" Hmm gue siomay sama es teh aja deh " ucapku dengan memamerkan gigi putihku.
Tidak butuh waktu yang lama bagi Ulfa membawakan pesanan ku dan Irma. Mungkin karna ini istirahat kedua jadi tidak terlalu banyak siswa yang memesan. Atau mungkin mereka ke kantin hanya untuk nongkrong saja. Entahlah aku juga tidak tahu.
" Eh... Nes elo lagi ngelamunin siapa? " tanya Ulfa yang memulai percakapan.
" Ngelamunin apaan, ngak lagi ngelamun gue " jawabku yang sedari tadi hanya fokus dengan siomay ku.
" Itu loh yang pas di kelas " ucap Ulfa yang hampir membuatku tersedak. Lantas aku langsung menyeruput es teh ku.
" Ngelamunin Rifan ya lo? " sambung Irma yang ku balas dengan semburan es teh yang belum sempat masuk ke tenggorokkan ku.
" Iih... jorok amat sih elo Nes " ucap Irma menyibas rok dan bajunya yang telah terkena es teh ku. Karena memang Irma berada di hadapanku. Aku hanya bisa menyengir ala kuda.
" Ya elo sih kalo ngomong itu lain kali di saring dulu " ucapku yang hanya menahan tawa.
Ulfa yang melihat itu hanya bisa tertawa terbahak bahak tanpa menghiraukan mata mata yang melihatnya dengan tatapan tajam, mungkin para mata itu terganggu karena mendengar suara tawa yang bisa di bilang kaya toa musolah itu.
Byurrr.....
Aku merasakan air dingin yang berbau alpukat melekat di rambutku dan beberapa tetesan terkena bajuku. Aku lantas mengadahkan kepalaku ke atas melihat siapa yang berani beraninya menyiramku.
Aku terpaku...
Selama aku sekolah di sini, aku tidak pernah mempunyai masalah dengannya. Tapi mengapa dia menyiramku dengan jus alpukat milik Irma, kurasa dia sudah tidak waras.
Aku menggebrak meja yang ada di hadapanku dan bangkit dari duduk ku.
" Mau elo apa hah? " teriak ku pada ketiga manusia yang berada di depanku.
" Mau gue jangan pernah lagi elo deket deket sama Rifan!! " ucap Listha salah satu fans si makhluk hidup.
" Gue ngak pernah deket deket sama dia!! dan gue ngak akan sudi deket sama dia!! jadi tolong catat omongan gue di otak lo!! " ucap ku setengah berteriak.
Aku lantas berlari kecil. Menjauhi mereka bertiga. Aku tidak menghiraukan luka di lutut ku yang masih terasa sakit ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah aku tidak ada di sana apakah sahabatku membela ku atau tidak? Yang pasti semua ini gara-gara dia, dia si makhluk hidup dan aku tidak akan pernah memaafkannya.
____,_____,_____,_____,_____,_____,_____,
Tap sekali gambar yang berbentuk⭐bintang⭐dibawah dan berikan komentar anda😄
Terima kasih😊
21-01-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatred
Teen Fiction" Elo ngapain ikutan masuk hah? " ucapku pelan tapi masih dengan nada tegas karna aku tidak tahan dengan hembusan nafasnya yang menerpa di mukaku. " Gue mau ngecek aja sapa tau si Listha ada di dalem " ucapnya tidak masuk akal. Apa dia fikir Listha...