Pov Rifan
Aku melangkah ke kelasku yang berada di lantai dua dengan jalan yang sangat pelan, seperti anak anak yang baru saja di sunat, ini semua karena si ketua PMR itu. Dia dengan sengaja menginjak kaki ku dengan kerasnya dan akan aku pastikan dia menerima balasannya dariku. Dengan cepat aku sudah memikirkan cara membalas perlakuannya itu.
Sekarang yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya agar aku tidak di keluar kan dari kelas oleh bu Rina, guru fisikaku akibat aku belum mengganti baju olahraga ini. Bagaimana aku mau ganti? punya baju aja kagak. Kalau saja koperasi sekolahku menjual baju osis pasti sudah aku beli dua lusin.
" Elo kenapa jalannya kaya gitu? " tanya Arya saat aku sudah menempelkan bokongku di kursi kesayanganku ini.
" Abis di injek gajah tadi " ucapku tanpa ekspresi.
" Hah?! Emangnya di sekolah kita ada gajah? Kok gue baru tau ya!! " ucap Rangga dengan mengkerutkan keningnya.
Lebih baik kaki gue di injek gajah dari pada di injek manusia yang gak tau diri itu!!
Gerutuku dalam hati, yang masih saja belum terima. Bagaimana aku bisa terima? Setelah semua yang aku lakukan. Dia bahkan tidak mengucapkan terima kasih atau apalah itu. Sumpah demi apapun aku sangat menyesal secara lahir dan batin. Akibat telah memberikan baju osisku padanya dan juga telah membuang waktu istirahat ke dua ku karena menunggu dirinya.
" Mulai lagi deh lo begonya!! " ucap Arya dengan tangan yang menepuk jidatnya.
" Jadi di sekolah kita gak ada gajah? " tanya Rangga dengan polosnya.
" Ya gak ada lah!! " ucap Arya mengacak rambutnya frustasi mungkin akibat menjawab pertanyaan dari Rangga itu. Aku hanya bisa terkekeh geli memperhatikan mereka berdua.
" Woy!! Bu Rina lagi jalan kesini!! " teriak teman sekelasku, Nabila dari ambang pintu.
Sontak saja suara kelas yang seperti pasar berubah secara drastis.
" Siang semua " ucap bu Rina yang baru saja duduk di kursi kekuasaannya.
" Siang bu " ucap semua teman kelasku dengan serempak.
Dan kini pasti yang akan aku perkirakan akan segera terjadi, terbukti bahwa tatapan tajam dari mata bu Rina tepat mengarah padaku. Bagaikan sang pemanah yang telah membidik mangsanya dari kejauhan. Rasanya dia seperti ingin melenyapkan ku dari muka bumi ini. Jadi apalah dayaku yang hanya bisa diam saja serasa tidak punya dosa selama tinggal di planet ini.
" Rifan kenapa di pelajaran saya!! kamu masih memakai baju olahraga? " ucap bu Rina yang sempat membuatku terkejut.
" Bajunya sama ketua PMR bu " celetuk Rangga yang di sambut dengan toyoran dari Arya. Karena faktanya Rangga duduk sebangku dengan Arya.
" Ups.. maaf fan keceplosan gue " ucap Rangga di susul dengan kekehannya.
Aku hanya menghela nafas kasar, kenapa aku bisa mempunyai sahabat durhaka sepertinya. Kalau saja membunuh itu tidak dosa, pasti sudah ku bunuh dia dari lahir.
" Keluar kamu!! " bentak bu Rina dengan menunjuk jarinya ke arahku.
" Tapi kan bu saya__ " ucapku terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatred
Teen Fiction" Elo ngapain ikutan masuk hah? " ucapku pelan tapi masih dengan nada tegas karna aku tidak tahan dengan hembusan nafasnya yang menerpa di mukaku. " Gue mau ngecek aja sapa tau si Listha ada di dalem " ucapnya tidak masuk akal. Apa dia fikir Listha...