4. Berfikir Positif

192 10 0
                                    

Angin bisakah kau terbangkan aku ke atas awan seperti halnya layang layang. Agar aku dapat melihat indahnya dunia dari kejauhan. Tapi aku tidak ingin kau menjatuhkan ku setelahnya. Tidak ingin.

_______,_______,_______,_______,_______,

Pov Rifan


Bell istirahat kedua telah berbunyi beberapa menit yang lalu tapi entah mengapa aku tidak berniat, beranjak dari bangku kesayangganku. Entah itu ingin ke kantin untuk membeli minuman atau sekedar ke meja Denny yang berada di depanku untuk menggambil barangku yang ia pinjam kemarin.

Mungkin karena setelah pelajaran olahraga dan materinya tentang bola basket jadi mau tidak mau harus menggambil nilai. Yah walaupun aku menyukai olahraga yang satu ini. Tapi kalau lagi bad mood yah apa boleh buat, sudah nasib. Aku bahkan belum mengganti baju olahragaku ini.

Aku mengarahkan mataku mencari manusia yang bisa ku suruh untuk membelikan ku air mineral. Tatapanku berakhir pada Rakha siswa culun yang berkacamata. Lantas aku memanggil namanya dan menyuruhnya kemari. Setelah ia hampir sampai di mejaku aku lantas melempar uang ku padanya. Ia dengan sigap mengambil uang ku yang hampir saja jatuh ke lantai.

" Beliin gue air mineral, sisanya ambil buat elo!! " perintahku padanya dengan suara pelan.

Ia yang sepertinya mendengar suaraku langsung keluar kelas dengan berlari kecil.

" Fan gas!! Fan!!" teriak Rangga padaku yang masih berada di ambang pintu kelas.

Para manusia yang masih berada di dalam kelas menatap Rangga dengan tatapan horor. Termasuk juga aku yang menatapnya dengan intens.

" Gas emak nasi goreng meledak? " ucap ku asal tebak. Karna kalau memang meledak pasti aku mendengar suara ledakkan itu dan pasti bisa kebayang bagaimana hancur nya kantin.

" Bukan, tapi gaswat!! si Listha nyiram anak orang lagi!! " jawab Rangga dengan nafas yang terengah engah seperti baru saja melakukan lari maraton.

" Ckck... tuh anak gak ada kapoknya!! nyiram siapa lagi dia? " tanyaku padanya dengan mengkerutkan dahiku.

Walaupun ucapan Rangga sudah basi di dengar oleh telingaku tapi tetap saja membuat ku bertanya tanya.

" Ketua PMR " sambung Arya tepat berada di belakang Rangga.

Mataku terbuka sempurna, aku sontak bangkit dari dudukku.

" Ar.. baju osis gue masih di loker elo kan? " tanyaku pada Arya yang telah duduk di mejaku.

" Masih " jawabnya singkat.

" Mana kunci loker elo? " ucapku padanya yang di balas dengan mengeluarkan kunci loker yang berada di saku celananya. Aku langsung merebut kunci itu darinya.

" Jangan bilang kalo lo mau ngasih baju elo itu ke dia " tanya Arya dengan menaikkan sebelah alisnya.

" Kalo iya emang kenapa? " ucapku yang sejujur nya.

" Sejak kapan elo Fan peduli sama korban bully nya Listha? " tanya Rangga yang membuatku sedikit terkejut. Pasalnya aku juga tidak tahu sejak kapan aku peduli pada sesama manusia.

" Sejak kucing bertelur " ucapku asal bersuara.

Sebelum aku menerima amukkan nya lebih baik aku segera pergi dari sini. Aku berjalan dengan sangat hati hati agar mereka tidak mengetahui kalau aku nantinya tidak ada di hadapan mereka.

" Ar.. emangnya kucing sekarang bisa ya bertelur? " tanya Rangga pada Arya yang masih bisa ku dengar dengan jelas.

" Ya gak bisa lah, mau maunya di bego in Rifan lo!! " jawab Arya dengan sabarnya.

HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang