08

897 125 13
                                    

Celine's POV

Aku tertawa saat Claire berhasil meluncur di papan luncur yang ada di taman bermain ini. Claire menggandeng tangan Harry dan berjalan menuju ke arahku yang sedang duduk di bangku yang tersedia di taman bermain inu.

"Bagaimana jika kita makan di restoran yang ada di ujung jalan sana? Ini sudah masuk waktu makan siang untuk Claire. Kau mau?" Tanya Harry seraya mendudukkan Claire di sebelahku.

"Tentu saja. Ayo!"

Harry membawa Claire untuk di gendongnya dan kami pergi untuk ke restoran yang ada di ujung jalan ini.

Sesampainya di restoran, kami segera mencari tempat duduk untuk kami dan memesan makanan.

"Ugh, aku sudah sangat lapar, Dad," Kata Claire seraya memegang perutnya.

"Bersabarlah sedikit, sayang. Makananmu akan datang sebentar lagi," Jawab Harry sambil terkekeh.

Kami terdiam saat Harry sudah menyelesaikan kata-katanya. Terlihat Harry yang sedang mengeluarkan handphone dari sakunya dan memainkannya. Claire yang sedang berkutat dengan pikirannya, dan aku yang tak tahu apa yang harus kulakukan.

Aku mengedarkan pandanganku ke segala penjuru arah di restoran ini dan membiarkan mataku melihat orang-orang yang sedang menyantap hidangan mereka.

Aku mengernyitkan dahi saat aku melihat seorang lelaki dan perempuan yang duduk di pinggir kaca tertawa bersama dengan bahagia. Seperti tak asing dengan lelaki itu.

Aku terus memandangi lelaki itu. Tak salah lagi.

"Celine! Apa yang sedang kau lihat?" Tanya Harry dengan kernyitan di dahinya.

Aku mengabaikan pertanyaan Harry dan bangkit dari dudukku untuk menghampiri lelaki dan perempuan itu.

"Kau lucu sekali, sayang," Ucap wanita itu.

Aku menggebrak meja saat aku sudah sampai di meja mereka, mengundang pandangan orang-orang yang sedang makan untuk melihat ke arah kami.

"Apa-apaan kau? Kau berbohong kepadaku? Kau bilang kau sedang di New York 'kan? Lalu kenapa kau disini sekarang? Kau membohongiku?!" Teriakku dengan marah.

"Celine? Sedang apa kau disini?" Tanya Lucky dengan nada terkejut dan takut.

"Kenapa memangnya? Kau terkejut? Kau sendiri? Apa yang sedang kau lakukan dengan kekasihmu ini?" Tanyaku dengan menekankan kata-kata kekasihmu.

"Uhm-- kau salah paham, Celine. Dia ini-- uhm-- sepupuku-- ya, sepupuku."

"Apa?! Aku kekasihmu, Lucky. Kau menganggapku sebagai sepupumu? Kau bilang kau dan Celine sudah putus 'kan?" Gadis dengan rambut pirang itu berdiri dari duduknya.

"Uhm-- Celine! Aku mohon dengarkan aku! Dia itu hanya--"

"Hentikan basa-basimu itu, Lucky. Aku sudah muak denganmu. Aku sudah menduga jika kau tak pergi ke New York karena kau pergi ke New York sangat lama dan aku tak percaya dengan ucapanmu. Kita putus!"

Aku berlari ke arah meja yang Harry dan Claire duduki. Aku mengambil tasku dan pergi dari tempat ini. Harry dan Claire meneriakkan namaku beberapa kali, tapi aku tetap keluar dari tempat ini tanpa menoleh kepada mereka.

"Celine!" Harry menarik tanganku membuatku berbalik dan memeluk tubuhnya.

.

"Kau sudah merasa lebih baik sekarang?" Tanya Harry seraya memberiku segelas air.

Aku mengangguk seraya menerima gelas yang Harry berikan, "Terima kasih," Aku meminum air itu sebelum bertanya, "Dimana Claire? Apa dia masih tertidur di mobil?"

"Iya, dia akan baik-baik saja di dalam sana," Jawab Harry.

"Baiklah. Hey, uhm-- aku minta maaf karena aku sudah membuat kalian batal makan siang. Aku benar-benar minta maaf. Aku yakin Claire akan lapar saat dia bangun nanti."

"It's okay, Celine. Aku bisa membuatkannya bacon saat sudah sampai di rumah nanti," Ucapnya lalu tersenyum kepadaku.

"Kau mencintai Lucky?" Pertanyaan tiba-tiba keluar dari mulut Harry membuatku harus menatap mata dengan iris hijau emerald itu.

Aku menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaannya.

"Lalu kenapa kau menangis untuknya?" Tanya Harry lagi.

Aku menghela napas sebelum menjawab, "Aku menangis karena aku-- aku merasa bodoh karena lagi-lagi, aku dibodohi oleh seorang pria," Harry kini membuang pandangannya ke arah lain. Aku tahu dia tersinggung dengan ucapanku, "Untuk kedua kalinya, aku tersakiti lagi oleh pria," Tambahku.

"Cukup, Celine! Aku pikir kau tahu apa penyebab aku menyakitimu dulu. Berhenti mengatakan itu semua dan berhenti membuatku merasa menjadi pria yang sangat brengsek. Kau harus tahu jika dulu, aku menikahi Kendall karena aku mencintaimu, bukan membencimu," Sergah Harry dengan tegas.

"Apa kau harus meninggalkanku jika kau mencintaiku? Yang benar saja, Harry!" Protesku.

Harry berdecak kesal sebelum menjawab, "Kau tak pernah tahu, Celine. Aku meninggalkanmu karena aku mencintaimu. Aku tak mau kau mati terbunuh karena Kendall. Kau juga harus tahu jika aku tak pernah berhenti mencintaimu, sampai detik ini pun, aku masih tetap mencintaimu seperti dulu. Tak ada yang berubah dariku untukmu. Semua masih sama."

Harry bangkit dari duduknya, meninggalkanku yang masih terdiam, mencoba untuk mengolah kata-kata yang Harry ucapkan. Aku tak percaya ini. Harry masih mencintaiku? Gosh!

Aku memejamkan mata, dan air mata ikut mengalir saat mataku terpejam.

Aku pikir dia sudah melupakanku dan tak pernah lagi mencintaiku. Tapi aku salah. Kami masih saling mencintai.

                           🍑🍑

Aku tau ini pendek.
But keep vomments yaa ;)
Oh ya, mau kasih saran buat judul sequelnya My Heart Belongs Harry Styles gak? Kalo mau kasih di comment yakk.
Author bingung nih mau kasih judul apa :(
Thanks a lot ;)

INFINITY ▶ H.S.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang