18 - Roses

1.3K 160 58
                                    

"Sudah?" Tanya Yeri saat melihat Jungkook yang tengah menutup koper merahnya.

Pagi ini Yeri sengaja mampir ke apartment milik Jungkook, membantu lelaki itu menyiapkan beberapa barang keperluannya di Jepang nanti. Padahal sesungguhnya barang-barang itu telah siap, namun Jungkook membongkarnya lagi dengan dalih takut ada sesuatu yang tertinggal.

"Ayok pergi, pesawatmu terbang jam berapa memangnya?" Pasalnya Jungkook malah asik tiduran di kasurnya, terlihat sangat santai.

"Kalau begitu aku pergi, aku harus masuk kerja." Ucap Yeri.

Namun Jungkook menahan tangan gadis itu. "Kau serius tidak ingin ikut?"

"Tidak. Kecuali kau menaikan gajiku 10 kali lipat."

"Serius ya?"

"Tidak tidak aku hanya bercanda."

"Tapi aku tidak bercanda saat menawari kau ikut, Kim Yerim."

Yeri terdiam. Mendengar Jungkook memanggilnya Yerim saat serius membuatnya teringat akan Mingyu. Gadia itu menggelengkan kepalanya, menghapus bayang-bayang Mingyu.

"Tidak. Aku harus pergi, Kook. Sampai jumpa bulan depan. Pastikan tidak ada sesuatu yang tertinggal." Yeri membungkukan badannya, mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi.

Namun lagi-lagi Jungkook menahannya, membuat Yeri menatap mata coklat milik lelaki itu.

"Hatiku," Jungkook balik menatap manik mata Yeri sebelum melanjutkan kalimatnya. "Hatiku ketinggalan disini." Dengan kurang ajarnya, Jungkook mengelus pipi Yeri yang mulai memerah.

"Gombal!" Yeri mencubit lengan Jungkook dan beranjak pergi. Tidak ingin Jungkook melihat wajahnya yang memerah.

Pagi itu terasa manis bagi Yeri sebelum dirinya bertemu dengan Mingyu di lift. Ia merutuki kebodohannya karna lupa bahwa Jungkook dan Mingyu tinggal di satu gedung yang sama.

Awalnya Yeri mau menghindar. Namun gadis itu merasa bahwa ia tidak harus melakukan hal tersebut. Anggap saja Mingyu hanyalah orang asing yang satu lift dengannya.

Tampaknya Mingyu juga melakukan hal yang sama. Dirinya asik dengan ponsel, membuka tutup aplikasi tanpa tujuan yang jelas. Hanya untuk membuatnya terlihat sibuk.

Terjadi pergulatan di dalam hatinya, haruskah ia menyapa gadis itu atau tidak. Egonya berkata bahwa Yeri-lah yang harus menyapanya duluan. Mingyu merasa bahwa dirinya persis seperti lelaki remaja yang sedang jatuh cinta. Tapi bukankah memang itu yang ia rasakan sekarang?

Terlambat memang, namun akhirnya Mingyu menyadari bahwa ia mencintai Yeri. Gadis yang telah ia sakiti. Bahkan Mingyu tidak yakin bahwa Yeri masih mau menerimanya.
Awalnya Mingyu mengira bahwa kehadiran Yeri dipikirannya semata-mata karena rasa penyesalan. Ia bahkan sudah tidak memiliki keberanian untuk menanyakan kabar gadis itu. Mingyu selalu teringat akan kilatan kekecewaan yang terpancar dari mata Yeri di malam mereka berpisah. Dan sejak malam itu, Mingyu tidak pernah tidur dengan nyenyak. Ia bahkan harus menegak pil tidur.

Hingga kini, Mingyu hanya dapat melihat Yeri dari jauh. Orang-orang yang ada di sekitar mereka pasti tidak bisa menebak bahwa keduanya pernah sedekat nadi.

---

Yeri memijit kepalanya yang terasa pening. Kepergian Jungkook benar-benar mengubah keadaan 180°. Sikap para teman sejawatnya yang biasa ramah, kini malah tidak menganggap kehadirannya. Belum lagi dengan tugas-tugas yang mendadak dilimpahkan padanya.

"Kau tahu, dia kan anak pemilik perusahaan besar."

"Tapi kedua orang tuanya sudah meninggal ya? Kasian sekali ia menjadi bangkrut."

"Ia pasti mendekati boss kita hanya untuk mengambil uangnya. Kau tidak lihat dia tampak sangat akrab dengan Jungkook sajangnim?"

Yeri merasa karena dirinya sudah kebal akan itu semua. Jika saja dirinya tidak butuh uang, maka ia akan menolak kerja di kantor Jungkook. Jika saja dirinya menyukai keributan, maka ia sudah membalas setiap komentar negatif dari teman sekantornya.

Saat Yeri kembali dari istirahat makan siangnya, ia menemukan satu tangkai mawar putih yang tergeletak di mejanya. Yeri mengeryit, merasa heran karena kehadiran bunga favoritnya itu. Setidaknya mawar putih cukup memberikan semangat pada Yeri untuk melanjutkan harinya.

Malamnya, saat Yeri kembali ke apartment miliknya, Yeri kembali dikejutkan dengan kehadiran mawar putih di depan pintunya. Kali ini satu buket. Padahal Yeri merasa bahwa satu tangkai mawar putih yang ada di genggamannya saja sudah cukup. 

Yeri mencoba mencari nama pengirimnya, namun hal itu sia-sia. Yang ia temukan hanyalah satu kartu berisikan kata maaf. Tidak tertulis siapa pengirimnya, membuat Yeri penasaran.

Yeri membawa masuk buket tersebut. Pikirannya melayang ke masa-masa SMA, mawar putih, permintaan maaf, dan Mingyu. Ia ingat betul kejadian tersebut.

Namun Yeri hanya dapat tertawa miris. Tidak mungkin Mingyu yang mengirim bunga ini. Di satu sisi ia berharap bahwa Mingyu benarlah pengirimnya, namun disatu sisi ia juga tidak setuju akan hal itu.

Ia takut. Jika Mingyu benar-benar berniat meminta maaf, maka ia bisa saja jatuh kembali dalam pesona lelaki tersebut.

Karena Yeri merasa, bahwa jatuh cinta lagi pada Mingyu adalah tindakan yang harus paling ia hindari selama sisa hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapped ✿ MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang