Awal dari hubungan kami..

1.7K 149 10
                                    

Edisi revisi. Enjoy it.

Dia masih terdiam, terpaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia masih terdiam, terpaku... dengan lelehan telur di sekujur tubuhnya, dan potongan tomat di sana~sini. 

Orang~orang itu telah meninggalkannya sendirian setelah polisi menghalau mereka.  Jayden masih mematung dengan tatapan terluka dan penuh amarah.

Aku tak tahan melihatnya,  mengapa hatiku ikut merasa tercabik~cabik?  Kudekati dia, sepertinya ia tak menyadari kehadiranku.

"Jay..."

Dia menoleh perlahan, mata hijaunya menatapku sendu.  Entah dorongan apa yang merasukiku, aku memeluknya seakan ingin menghapus lukanya.

Tubuh Jayden berdiri kaku dalam pelukanku, sesaat kemudian aku merasa ia mulai menerima pelukanku.  Tubuhnya tak lagi kaku dan ia balas memelukku. 

Jayden menangis di pundakku!

===== >(*~*)< =====

Jadi ini apartemen Jayden?  Meski kecil namun terlihat bersih dan rapi.

Apartemen ini terdiri dari satu ruangan utama yang berisi satu tempat tidur besar,  satu set meja makan kecil , dapur kecil , dan satu kamar mandi kecil.  Kondisinya serba minim namun terawat dengan baik.

Entah mengapa, aku tak tega meninggalkan Jayden.  Sepertinya ia tak punya siapa~siapa.  Setelah menemaninya melihat persidangan ayahnya, aku memaksa mengantarnya pulang.  Dengan tampilannya yang mengenaskan itu, masa tega aku membiarkannya pulang sendiri?

Kuambil beberapa potongan tomat yang masih tersisa di tubuhnya, namun sepertinya ia harus mencuci rambutnya yang terkena lemparan telur tadi.

"Jay, bagaimana kalau kamu mandi dulu?  Telur ini baunya mulai tak sedap."

Jayden hanya duduk terpaku, seakan ia tak mendengar ucapanku.  Ekspresinya persis seperti di ruang pengadilan tadi, mirip ekspresi hewan buas yang terluka namun merasa tak berdaya. 

Hhhh, pasti dia sangat mencintai ayahnya dan merasa ayahnya diperlakukan secara tak adil.

Kutarik lengannya lembut dan kubawa ia kekamar mandi.  Ia mengikutiku bagaikan robot. 

Apa aku sudah gila?  Aku memandikan seorang pria berusia 18 tahun!

He is not a child anymore, Jeany.  Batinku memperingatkan diriku sendiri.

Aku gila, betul~betul gila.  Tidak!  Ini hanya kasihan saja... tentangku dalam hati.

Lihat dia seperti membeku di tengah derasnya air shower yang membasahi tubuhnya yang masih terbalut kaus dan celana panjangnya.  Dia seakan tak sadar sekelilingnya!  Mana tega aku meninggalkannya seperti ini?

Kuraih shampo, kutuangkan isinya, dan aku mulai menggosok rambutnya yang lengket terkena telur.

===== >(*~*)< =====

Masih di apartemen Jay, aku sudah menyiapkan semangkuk ramen dengan sebutir telur mata sapi di atasnya. 

Kurasa Jayden perlu makan untuk menenangkan pikirannya, biasanya aku makan banyak kalau lagi galau.  Orang stress perlu asupan gizi untuk merubah hormonnya kan?
Hehehe itu teoriku.  Lagipula ini udah jam delapan malam, Sob.

Jay keluar dari kamar mandi, bau wangi sabun dan shampo tercium dari tubuhnya.  Ia juga sudah berganti baju yang bersih, Jay nampak segar dan sangat tampan. 

Huh, mengapa ia selalu terlihat tampan dalam kondisi apapun?  Bahkan saat kotor belepotan telur dan tomat tadi, bahkan saat membeku di bawah air pancuran shower tadi.

Wajahku memanas mengingatnya.
Tanpa berpikir panjang aku menyeretnya ke kamar mandi dan memandikannya.  Kalau mencuci rambutnya saja sih masih oke, tapi saat memegang sabun mandi aku tersadarkan. 

Hei, dia itu seorang pria, tubuhnya bukan tubuh anak kecil lagi!  Haruskah aku menyabuninya dan menyentuh setiap inci tubuhnya?  Bagaimanapun aku ini seorang gadis!

Untunglah saat itu Jay mulai kembali ke alam sadarnya, ia meraih sabun mandi di tanganku dengan malu~malu.

"Baiklah Jay, kini kamu bisa mandi sendiri kan?  Aku akan keluar.  Mandi yang bersih, okey!"

Tanpa menunggu jawaban Jay aku keluar kamar mandi, lalu terinspirasi untuk menyiapkan makan malam bagi Jay.  Dan inilah hasilnya, mie ramen dengan telur mata sapi.  Kuakui aku tak pandai memasak, tapi kurasa memasak mie instan adalah salah satu keahlianku.  Hehehe..

"Makanlah Jay, hari ini hari yang berat.  Kamu perlu mengisi energimu," kataku menyarankannya.

Jayden terduduk di lantai, dekat ranjangnya.  Ekspresinya kembali seperti tadi, membeku.  Aku membawa mangkuk mie ramen ke hadapannya.

"Apa mie ramen ini tidak menggugah seleramu?" pancingku untuk menggugah seleranya.

Namun Jay hanya menatap kosong seakan tak ada apapun di depannya.
Jadi aku ini apa?  Tembok?  batinku kesal.

"Ayolah makan Jay, setelah itu kamu boleh tidur atau apapun," bujukku seperti kepada anak kecil.

Jay masih diam membisu, tapi perutnya yang menjawab.  Terdengar suara menjerit dalam perutnya pertanda minta diisi. 
Ah, kapan makan terakhirnya?  Pikirku khawatir.

"Baiklah kalau kamu tak mau makan, mie ini akan kuhabiskan sendiri.  Lapar banget nih."

Ancamanku sepertinya tak mempan, ia tetap tak bergeming.  Sialnya aroma mie ramen ini menggodaku, aku juga lapar.  Tak sadar aku mulai memakan mie ramen ini dengan lahap.

"Hmmmmmm, enakkkk"

Perut Jay berbunyi lagi.  Aku meliriknya dan menemukan tatapan penuh damba di mata hijaunya.

"Kamu mau?  Tapi aku masih lapar," godaku.

Jay melengos kecewa.  Tak tahan lagi, aku pun tertawa geli.  Jay membuang muka, dia enggan menatapku.

"Baiklah, ini untukmu," kataku akhirnya.

Dia tetap diam tak menjawab, duh gengsi amat Jay.  Tak sabar, aku meraih kepalanya dan menghadapkan ke wajahku.   Dia menatapku kaget, kemudian menunduk malu.

"Makan, Jay," aku menyuapkan sesendok mie ramen di depan mulutnya, sesaat ia seakan hendak menolaknya, namun kemudian ia melahapnya dengan ragu.

===== >(*~*)< =====

Sepertinya sudah saatnya aku pulang, kulirik jam tanganku.  Pukul 09.30.  Jangan~jangan Kak Lordi sudah panik mencariku.

Kurasa tugas ‘nanny’ku sudah selesai, Jay sudah mandi dan selesai makan.  Dan lihatlah, ia kembali termenung duduk di lantai, bersandarkan pada ranjangnya.

Aku menghela nafas, lalu menghampirinya.

"Jay, istirahatlah.  Hari~harimu masih panjang.  Kamu masih perlu berjuang untukmu dan untuk ayahmu.  Kamu harus menyimpan energimu.  Tidurlah."

Jay hanya diam.  Kusentuh tangannya perlahan.

"Jay, kamu bisa menggangapku sebagai kakakmu, aku tulus ingin membantu dan mendampingimu.  Aku tak tahu mengapa seperti ini, tapi mungkin ini juga bentuk kerinduanku akan adik laki~laki.  Kau tahu, aku anak terkecil dan cewek satu~satunya.  Kakakku adalah tiga cowok yang posesif yang suka menguasai dan menyusahkanku.."

Kak Sam, Kak Dodo, dan Kak Lordi adalah penyebab utama mengapa sampai sekarang aku tak pernah punya cowok!  Aku tersenyum kesal mengingat keposesifan mereka bertiga padaku.

"Kurasa aku harus pulang sekarang, take care ya..."

Kulepas tangan Jay, aku berbalik akan meninggalkannya.  Namun tiba~tiba tangan Jay menahan tanganku!

Deg.

Deg.

Deg.

Mengapa jantungku mendadak berdenyut lebih cepat?

"Cie~cie..." panggil Jay memelas seakan ia tak rela kutinggalkan.

Spontan kupeluk dirinya, dan ia kembali menangis di dadaku.

===== >(*~*)< =====

Bersambung..

01. Cinta Tak Berujung (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang